chapter 5

145 7 2
                                    

apa kabar, semua? buat kalian yang tetep nungguin lanjutan cerita ini. hari ini aku nurutin permintaan itu:)

dan hari ini aku mau ngenalin Keenan Anggara. 

gimana? ganteng, gak? comment ya :) oke lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gimana? ganteng, gak? comment ya :) oke lanjut.

***

Lina duduk di kursi panjang di depan kelasnya. Tertunduk lesu. Malas. Melihat sekeliling. Koridor terlihat sepi. Ia memainkan ponselnya. Tidak ada notifikasi masuk. Ia menatap ke depan. Lapangan sekolah pun juga tampak sepi. Biasanya ada satu atau dua kelas memenuhi lapangan ini. Satu menit. Dua menit. Lina bosan. Sebuah gulungan kertas jatuh tepat di kepala Lina. Ia mendengus sebal. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. Nomor tak dikenalinya.

082234xxxxxx : Buka kertasnya.

Lina penasaran. Ia mengambil gulungan kertas yang tergeletak di sampingnya. Membukanya perlahan.

Ikut gue, yuk, Ngga.

-Keenan

Lina hampir saja tertawa membaca tulisan itu. Tidak bisa dipungkiri, tulisan tangan Keenan lebih mirip coretan. Untung saja, Lina bisa membacanya. Ia terkekeh pelan. Oh, jadi ini pelakunya. Dasar! Lina berpikir sejenak. Lalu, mengetikkan pesan kepada Keenan.

***

Lina : Maksud lo?

Sebuah pesan singkat dari Lina membuat senyum Keenan merekah. Ide jail muncul di benaknya. Gadis itu pasti sedang bertanya-tanya apa maksud dari tulisannya. Keenan beranjak dari duduknya. Meminta izin kepada Pak Dito dan langsung dijawab dengan anggukan.

Keenan menemukan Lina dengan wajah kusut terduduk sendirian di depan kelasnya. Ia menarik lengan Lina. Menyuruhnya mengikuti langkahnya. Lina menurut saja. Mereka berjalan bersisian.

"Kusut amat muka lo?"

"Sebel, gue."

"Makanya, kalo pelajaran tuh didengerin. jangan malah nge gosip." Keenan terkekeh pelan. Lina memutar bola matanya. Tak menggubris ucapan Keenan.

Keenan membawa Lina ke taman belakang sekolah. Berhenti di depan pagar. Keenan melihat sekeliling. Ia menemukan sebuah tangga. Lina hanya menatap Keenan dengan tatapan bingung.

"Lo mau ngapain, sih?"

"Lo naik, gih," sahut Keenan dengan wajah sumringah.

"Naik? Lo mau ngajak gue kabur? Lewat tangga ini? Enak di lo, dong. Gak mau gue."

"Pikiran lo kotor banget, sih, Lin. Gue cowok baik. Udah cepetan, gue gak bakal ngintip kok."

Lina mendengus kesal. Ia menuruti permintaan Keenan barusan. Ia sesekali melihat ke bawah. Melihat Keenan yang memegang sisi tangga ia spontan memegangi rok nya takut jika Keenan mengintip. Sementara Keenan berusaha tetap menyeimbangkan tangga tersebut agar Lina tidak jatuh.

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang