Happy reading
Luv,
Carmen
_______________________________________________________________________________
Membuktikan kebenaran kata-kataku?
Aku bahkan tidak tahu bagaimana harus meresponnya. Aku takut bila aku mengatakan sesuatu yang salah, mengambil kesimpulan yang salah ataupun salah memahami maksud pria itu dan kemudian membuatnya marah.
Aku berada di sini semata-mata untuk menjamin ayahku, his to keep, his to command, begitulah adanya. Aku - yang selama ini tidak pernah berurusan sedikitpun dengan dunia kotor, - demi ayahku, aku kini harus berhadapan dengan Lucio Bartoletti – predator paling kejam di San Silvado.
I am terrified.
Apalagi ketika berhadapan dengan Lucio Bartoletti yang penuh intimidasi. Seandainya saja dia bisa melihat betapa takutnya aku ketika harus memasuki rumahnya yang megah dan menakutkan, melangkah ke dalam ruang kerjanya yang sama megah dan menakutkan, lalu harus menghadapi sosok yang tidak segan-segan menghabisi nyawa seseorang, Lucio Bartoletti akan tahu bahwa diperlukan segenap kekuatan bagiku untuk duduk di sini dan menatapnya.
Lucio Bartoletti – sang mafia yang nyaris tak tersentuh oleh siapapun.
Aku menggigil. Rasa takut itu membungkusku kian erat. Bagaimana mungkin aku melakukannya? Datang ke sini seorang diri, menawarkan diriku sendiri sebagai jaminan. Aku pasti sudah gila, tapi sudah terlambat untuk berbalik dan berlari pergi. Entah kenapa, aku tidak suka cara pria itu menatapku. Bukan kejam, bukan menakutkan, tapi sesuatu yang dalam, sesuatu yang membuatku tidak nyaman.
Oh bukannya, Lucio Bartoletti orang yang mengerikan. Aku memang tidak pernah bertemu dengannya, dan rumor tentang pria itu seolah makanan utama bagi kami para penduduk San Silvado, semua akan setuju bahwa dia pria yang berbahaya, kejam, dominan dan tak segan-segan melindas orang yang menghalangi jalannya. Tapi, aku tidak ingat ada yang pernah berkata bahwa pria itu sama sekali tidak mengerikan – secara harfiah, namun malah sebaliknya.
Dia memang dominan dan penuh intimidasi, aura yang melingkupinya memang gelap, tapi untuk ukuran seorang mafia, pria itu memiliki sesuatu yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Rasanya tidak adil bila seorang pria seperti Lucio Bartoletti terlihat indah dan menawan, gelap dengan pesona yang membuat seseorang bisa lupa bahwa di balik senyumnya tersimpan sesuatu yang menakutkan. Percayalah, dia jauh dari bayanganku semula. Rambutnya gelap, matanya bahkan lebih gelap menyerupai hitam, rahangnya tampak sekeras baja, dan darah Italia dalam tubuhnya membuat sosok pria itu lebih gelap dengan kulit kecokelatan. Sosoknya gagah, otot kuatnya tampak menyembul dari lengan kemeja hitamnya yang tergulung dan ketika dia berjalan memutari meja dengan perlahan-lahan, aku kembali bergetar.
Aku masih diam tak mampu menjawab pertanyaaannya. Sesuatu dalam nada suaranya membuatku tak nyaman, seperti juga tatapannya padaku. Aku bertanya-tanya apa yang mungkin akan dilakukannya padaku, seorang gadis yang datang untuk menjamin utang-utang ayahnya? Aku berada di sini untuk memastikan bahwa ayahku tidak lari, bukankah begitu maksud Bartoletti?
As long as you play well, you father will be safe. Kau akan menuruti semua kata-kata, bukan?
Aku akan menurutinya, tentu saja aku akan menurutinya asalkan dia tidak menyakiti kami. Setiap kata-katanya, setiap...
Aku terkesiap ketika kursiku diputar dan dalam detik yang singkat, aku menatap sepasang mata hitam yang mengintimidasi itu. Spontan, aku memundurkan wajah namun punggung kursi menghalangiku untuk mundur terlalu jauh. Wajah pria itu kini sejajar denganku ketika dia membungkuk ke arahku, kedua tangannya bertumpu pada lengan kursi, memerangkapku sehingga aku tidak bisa lari, persis seperti dia memerangkap ayahku dan mungkin ribuan orang lainnya sebelum kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER HIS COMMAND (DOMINATION #2)
RomanceDark Romance The Girl Tak akan ada seorang gadis pun yang secara sukarela datang mencari Lucio Bartoletti - sosok paling menakutkan di seluruh San Silvado. Tapi sayangnya, Mia tidak memiliki pilihan. Demi ayahnya, ia harus pergi menemui pria itu, sa...