3.Merasa Dekat

3.7K 179 68
                                    

Dokter Alfa kembali menuju rumah sakit. Membawa dua kotak makan. Dia mengira kalau Kanaya pasti belum makan. Dan benar saja. Alfa melihat dia memegangi perutnya. Seperti menahan lapar.

"Sabar, Nay. Kamu pasti bisa nahan lapar. Kamu harus ngirit."

Dokter Alfa menaruh satu kotak nasi itu didepan Kanaya.

"Kebetulan. Saya tadi beli dua kotak. Saya gak biasa makan sendiri. Kamu bisa kan, temani saya, makan disini?" Ucap Alfa.

Kanaya menatap Dokter Alfa.

"Ah, Dokter. Tapi saya ..."

Kanaya ragu untuk menolak, karena posisinya benar-benar lapar. Dan diapun juga sungkan untuk menerima. Dimatanya, Dokter Alfa sangat baik. Diapun merasa tidak enak karena mengenalnya hanya dua hari.

"Sudahlah, Ayo makan. Kamu butuh tenaga untuk menjaga ibu kamu." Ucap Alfa

"Terima kasih Dokter."

Kanaya makan dengan lahap. Sedangkan Alfa memandangnya.

"Apa aku tidak salah lihat?? Dia begitu cantik. "

Alfa baru menyadari kalau Kanaya ternyata cantik sekali. Alfa tidak begitu memperhatikannya kemarin.

"Astaghfirullah." Alfa sadar dari lamunannya.
Dia memandang seorang wanita yang bukan mahramnya.

••

"Ibu kamu sudah membaik. Tapi dia butuh penanganan yang lebih lanjut. Menurut riwayat pasien, dia belum pernah melakukan kemoterapi ya?" Tanya Alfa.

"Iya dok. Saya sudah pernah menyuruhnya. Tapi, dia selalu menolak. Dia hanya melakukan pengobatan herbal saja."

"Saya pikir, seseorang penderita kanker bisa bertahan selama ini dengan hanya melakukan pengobatan herbal? Ini sungguh bagus."

"Tapi, sudah dua bulan ini ibu berhenti. Karena biaya. Mungkin ini alasan dia seperti ini."

Kanaya meneteskan air mata.

"Boleh saya bertanya?"

"Silahkan, dok."

"Ayah kamu dimana?" Tanya Alfa

"Sebenarnya...."

••

Alfa masih memikirkan cerita dari Kanaya. Bagaimana bisa, ada dua wanita yang begitu tangguh. Mereka saling menyanyangi. Walau sebenarnya, ada kisah pilu dihidup mereka.

Flash back...

" Semuanya berawal saat saya berumur lima tahun. Dia menemukan saya dipersimpangan jalan. Sedang menangis karena kedinginan. Saya kelaparan dan kehausan. Tapi, tanpa menanyakan siapa saya, dia mengulurkan tangannya. Merawat dan membesarkanku sampai sekarang. Dia bukan ibu kandung saya. Tapi saya ingat jelas. Saat saya ketakutan, tangannyalah yang memeluk saya. Saat saya kedinginan. Dialah yang membawa saya kerumahnya. Menjadikan saya anaknya dan mencurahkan semua kasih sayangnya. Bahkan, walaupun nyawa saya harus hilang untuknya. Saya ikhlas. Saya tidak bisa hidup tanpanya. Dia juga tidak pernah menceritakan tentang kehidupan masa lalunya. Saat aku bertanya, dia hanya bilang. Tak perlu melihat masalalu . Karena masa lalu hanya akan membuat kita terpuruk."

Kata-kata Kanaya tadi siang, berhasil membuat Alfa tercengang. Mereka buakanlah ibu dan anak kandung. Tapi mereka begitu saling menyayangi. Sedangkan hidupnya, hanya dipenuhi dengan kepura-puraan.

••

Alfa memarkirkan mobilnya didepan sebuah minimarket. Ada beberapa barang yang harus dia beli. Namun, dia melihat Kanaya berada disebuah toko perhiasan. Sepertinya Kanaya hendak menjual sesuatu. Alfa terus memperhatikan sampai gadis itu keluar dengan membawa beberapa lembar uang.

Alfa dan KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang