BAB 2: Twice

26 3 0
                                    


Weekend adalah hari dimana gue terlepas dari jeratan rutinitas sekolah yang bikin kepala bobrok. Setelah menanti sekian lama, akhirnya gue mempunyai waktu untuk memanjakan diri. Read: males-malesan.

Setelah menghabiskan sarapan sehat gue alias sarapan irit. Hanya segelas susu coklat sisa kemarin malam yang gue awetkan dikulkas. Dan sereal coklat bergizi yang gue dapatkan di warung depan komplek dengan harga dua rebu.

Sebagai generasi muda, kita harus membiasakan diri hidup hemat. Kalau enggak hemat, nanti akhir bulan makan promagh.

Rambut lurus dan panjang gue dibiarkan tergerai agar gue merasa nyaman. Gue bukan orang yang haus akan tampil glamour ataupun menawan tapi menyiksa diri. Lebih baik tampil apa adanya namun nyaman lahir batin.

Tin!Tin!

Suara klakson mobil dari halaman rumah gue terdengar hingga lantai dua. Gue langsung bangkit dan menyamber hp gue yang tergeletak diatas kasur.

"Lama amat lo kaya persiapan resepsi." Yohanna langsung melajukan mobilnya tanpa ba bi bu lagi.

"Namanya juga perawan, kudu tampil cakep kan."

Yohanna langsung mendesis begitu mendengar ucapan gue. "Perawan macem apa jam sepuluh baru bangun?!"

Gue hanya meringis pelan. "Lagipula inikan weekend, enggak baik menyia-nyiakan waktu luang untuk mengistirahatkan diri."

"Gaya lo mengistirahatkan diri. Tiap disekolah aja molor."

"Itu kan khilaf sobatku."

Hari ini kami akan berkumpul dirumah Fiska. Berhubung rumahnya lagi kosong, jadi kami bisa bermain sepuasanya disana. Plus dapet pelayanan gratis.

Setelah menjemput Yemma, kami langsung meluncur ke rumah Fiska. Sepanjang perjalanan menuju rumah Fiska, banyak diselingi gelak tawa dan saling melempar umpatan.

Tak jarang hinaan hingga sindirian terdengar silih berganti. Tapi tidak ada sakit hati, tidak ada rasa benci. Semua murni kami anggap candaan untuk menghibur hati.

Berteman lebih dari enam tahun membuat gue mengenal betul watak dari teman-teman gue. Mau yang buruk atau baik, gue bisa menerima itu hingga kini.

Meskipun kadang mereka rese dan pelit! Tapi mereka selalu ada buat gue. Ada pas gue lagi banyak duit maksudnya.

Tapi enggak juga, kalau gue ada masalah mereka selalu menemani gue. Memberikan saran yang kadang tidak masuk akal tapi manjur.

Entahlah mereka ini keturuan apa. Biar begitu mereka adalah orang yang sangat berharga dihidup gue. Lebih dari yang seharusnya gue hargai.

Sekitar tiga puluh menit kemudian kami sampai dirumah Fiska. Halaman rumahnya cukup sepi, hanya ada sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Gue mendorong pintu rumah Fiska yang tidak dikunci. "Siang mbak! Mau numpang ngamen!"

Yemma dan Yohanna reflek menyanyikan sebuah lagu kondang yang begitu memekakan telinga. Sementara gue hanya mengimbanginya dengan berjoget manja. Seketika gelak tawa kamipun pecah.

Lalu mata gue tertuju pada seorang cewek yang sedang duduk diruang tengah sambil menahan tawa. Lah gue diketawain nih?

Wajah cewek itu terliat nggak begitu asing. "Lo siapa ya?" tanya gue.

Cewek itu langsung bangkit dan bersalaman dengan kita bertiga. "Rosela."

"Lo anak IPS 5 ya?" tanya Yemma sambil memperhatikan cewek itu dari atas hingga bawah.

SUNFLOWERWhere stories live. Discover now