3.

576 89 6
                                    

Seulgi sedang berjalan santai sambil membawa beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya yang terlihat penuh. Gadis itu terlihat menikmati keramaian yang ditawarkan kota Seoul siang itu, terlebih lagi cuaca hari itu sedang benar-benar cerah. Dia baru saja selesai berbelanja kebutuhan kedai kopinya yang mulai menipis, sebenarnya Seulgi tidak harus turun langsung membeli segala hal yang diperlukan kedainya jika mau dan bisa saja dia meminta tolong salah satu pegawainya tapi Seulgi merasa akan lebih tenang jika dia melakukannya sendiri. Beruntung jarak antara tempat Seulgi berbelanja dengan kedai kopinya tidak terlalu jauh, hanya dengan berjalan kaki cuma membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit. Dengan kantong plastik penuh yang dia genggam akan lebih mudah dan ringkas jika Seulgi menggunakan kendaraan umum seperti taksi atau bus, tapi Seulgi justru lebih memilih untuk berjalan kaki, sekalian berolahraga dan menghemat ongkos, katanya.

Ditengah-tengah perjalanannya kembali menuju kedai kopi, Seulgi melihat seorang wanita yang duduk terdiam di samping ban mobilnya. Sesekali wanita itu membuang napasnya seolah mengatakan bahwa dia sudah menyerah dan membutuhkan bantuan. Langkah kaki Seulgi berjalan pelan menuju sosok wanita yang nampaknya tidak asing, meski sedikit ragu, Seulgi tetap mendekatinya.

"Ada yang bisa dibantu?" gadis itu sedikit terperanjat ketika mendengar suara Seulgi, Seulgi bisa melihat dari gerak tubuhnya.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam sampai akhirnya gadis berambut Brunette itu membalikkan badannya menghadap ke arah Seulgi.

Mata keduanya melebar ketika bertemu, mulut keduanya sedikit terbuka menandakan mereka terkejut satu sama lain. "Kamu?"

"Aku?" Seulgi mengulang dengan nada yang sama persis membuat gadis Brunette itu tersenyum kecil. Seulgi tertawa sambil berjalan mendekat. "Is there any problem?"

Gadis Brunette itu mengangguk dan menunjuk ke arah ban mobilnya. "Bannya."

Tanpa banyak bicara, Seulgi meletakkan barang belanjaannya dan berjalan ke mobil tersebut kemudian berjongkok. "Ada dongkrak yang bisa dipakai?" gadis itu masih terdiam, tidak tau harus menjawab apa. "Ban cadangan ada kan?" masih juga tak ada jawaban, raut wajahnya menapakkan bahwa gadis itu sedang bingung, dia sama sekali tidak mengerti soal barang-barang yang Seulgi tanyakan. Seulgi tersenyum kemudian berdiri, "Boleh aku cek mobilnya buat cari dongkrak dan ban cadangan?" gadis itu tersenyum kemudian menatap Seulgi yang mulai mencari peralatan yang dia butuhkan.

Selang beberapa menit Seulgi kembali dengan membawa sebuah dongkrak dan ban cadangan yang berhasil dia temukan. Gadis itu menggulung lengan kemejanya agak lebih tinggi dan mulai melakukan aksinya.

"Jamsimanyo!" Seulgi yang tengah berjongkok menatap wanita dihadapannya dengan tanya. "Em, itu kemejanya..." gadis itu menggantungkan kalimatnya dan Seulgi masih menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. "Engh, ke...mejanya nanti kotor, is that okay?"

Seulgi tersenyum sangat manis membuat gadis di hadapannya semakin salah tingkah. "It's okay, bisa dicuci kalau kotor kan?"

"Tapi bakal susah hilang."

"Kalau gitu kamu tinggal beli kemeja baru buat aku sebagai ganti ongkos pasang ban mobilnya, gampang kan?" candanya. Gadis dihadapan Seulgi itu hanya terdiam, merasa tidak enak kalau kemeja Seulgi sampai kotor hanya karena membantunya. Seulgi yang melihat gadis di hadapannya terdiam buru-buru melanjutkan perkataannya. "It's okay, bisa pakai kemeja lain kalau memang nodanya nanti ngga bisa hilang." Seulgi kembali memasang konsentrasinya dan mulai berusaha mengganti ban mobil tersebut.

Tak ada yang bersuara, hanya sautan dari kendaraan yang berlalu lalang meramaikan diamnya kedua gadis ini. Seulgi yang tengah bergulat dengan dongkrak dan ban mobil memang lebih memilih untuk diam agar bisa menyelesaikannya dengan cepat, merasa kasihan jika harus membuat gadis pemilik mobil berwarna merah metalik ini menunggu lama.

Rendezvous Coffee BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang