4.

613 80 12
                                    

Krystal yang sedang melamun dikagetkan dengan kehadiran sebuah cangkir dengan latte art bergambar smiley dari sirup coklat. Wajahnya mendongak menatap Amber yang kini tersenyum sambil menyerahkan cangkir tersebut. Krystal terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri sambil memandang Amber yang masih betah berdiri di hadapannya. Entah sejak kapan senyum Amber menjadi begitu menarik baginya. Hangat. Itu yang Krystal rasakan dari balik senyum Amber.

Gadis itu menunduk dan melihat latte art yang sengaja dibuat oleh Amber, senyum tipis tersungging di sana meskipun Amber tidak tau itu karena Krystal menggunakan masker putih untuk menutupi wajahnya. Amber memang selalu membuatnya kesal tapi dibalik itu semua dia bisa merasakan tulus perhatian Amber ketika Krystal sedang tidak baik-baik saja seperti sekarang.

Amber melihat luka di sudut bibir Krystal kemarin, tapi dia tidak ingin menanyakan alasannya, tidak ingin membuat Krystal merasa tidak nyaman karena pertanyaannya yang menjurus ke arah pribadi.

Amber tidak berkata apapun, dia hanya berdiri, menyerahkan secangkir latte art bergambar smiley, kemudian mengusap lembut kepala Krystal dan meninggalkannya terdiam di kitchen seorang diri. Krystal yang memperhatikan punggung Amber bergerak menjauh hanya terdiam dengan senyumannya, meskipun perih tapi Krystal tidak bisa menutupi rasa senang karena Amber memperhatikannya. Tunggu, senang karena Amber memperhatikannya? Sejak kapan?

Amber yang baru saja keluar dari dapur melihat Seulgi sedang membereskan stationnya, gadis itu berjalan mendekat dan menepuk pundak Seulgi pelan. "Hey, can we talk?"

"Sure."

Kebetulan pagi ini suasana kedai kopi tidak terlalu ramai. Sebagian pegawai bisa meregangkan otot mereka sejenak.

Amber dan Seulgi berjalan menuju ruangan Seulgi yang jarang sekali dikunjungi pemiliknya. Hanya sesekali, ketika Seulgi sedang ingin. Selebihnya Seulgi akan menghabiskan waktunya di depan station miliknya.

"Please take a sit." Ucap Amber belaga seperti bos dan mempersilahkan Seulgi duduk di salah satu kursi hitam yang ada di sana.

Seulgi hanya melirik tajam pada Amber membuat Amber tertawa kecil melihatnya. "So, what is it?"

"I saw it," nada bicara Amber menjadi lebih serius membuat suasana ruangan ini menjadi sedikit tegang. Seulgi yang melihat perubahan dalam nada bicara Amber ikut terdiam memperhatikan. "The wound."

"What are you talking about?" tanya Seulgi dengan raut wajah bingung terpasang di wajahnya.

"Krystal's wound." Jawabnya tegas dan serius.

"Mwo?"

"She has a wound on the corner of her lips, Seul."

"Jinjja?" Amber mengangguk. "Eotteokhae ara?"

"I said I saw it, ya pabo!"

Seulgi tertawa melihat reaksi Amber yang berubah menjadi kesal meskipun dalam hatinya ada rasa khawatir di sana. "Okay-okay, by the way, where's it from?"

Amber mengangkat kedua bahunya. "Molla." Seulgi bisa melihat raut khawatir dari kedua mata Amber.

Sejenak kemudian suasana menjadi hening. Hanya ritme suara napas Seulgi dan Amber yang terdengar samar. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Brak!

Amber hampir saja terjatuh dari kursinya ketika Seulgi dengan tanpa aba-aba memukul mejanya cukup keras. "Ya! Michyeosseo?!"

"Ehehe mian," ucap Seulgi sambil membantu Amber kembali duduk di kursinya. "Jadi, dari kemarin dia selalu pakai masker karena dia punya luka di wajahnya?"

Rendezvous Coffee BarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang