1

425 37 0
                                    

“Gue balik duluan ya Jisoo.”

“Hati-hati Jen.”

Jennie melambaikan tangannya pada Jisoo, lalu ia keluar dari kelasnya. Siang ini, niatnya, Jennie akan mampir ke toko buku membeli buku ekonomi untuk tugasnya. Temannya Jisoo, tidak bisa menemani karena harus latihan teater. Sedangkan Lisa dan Rosé yang berbeda jurusan dengannya, yaitu IPS, hari ini tidak masuk karena harus survey untuk tugas mereka.

Sebelumnya, gadis itu pergi ke belakang sekolah, tempat dimana terdapat pohon besar yang menjulang dan taman kecil yang jarang didatangi karena letaknya terlalu jauh. Terkadang para siswa yang suntuk diam-diam selalu menjadikan area ini sebagai area merokok.

Ia menghampiri belakang pohon tersebut. Disana terdapat kandang kelinci yang memang dipelihara dan dirawat oleh pengurus sekolah. Kelinci itu berwarna abu-abu dengan bulunya yang lebat dan lembut. Jennie tersenyum melihatnya. Ia berjongkok dan mengangkat kelinci itu ke atas pangkuannya.

“Kaiyaaa kangen sama mama ya?” Jennie menempelkan pipinya ke wajah kelinci tersebut.

Ia memang menganggap kelinci yang diberi nama Kaiya ini adalah anaknya. Hampir setiap hari setelah pulang sekolah, ia selalu datang ke sini sekedar menyapa atau memberi makan kelinci tersebut. Maklum, walaupun ia sungguh menyukai hewan berbulu lembut itu, ia tidak bisa merawatnya karena kakaknya, -Kim Namjoon alergi terhadap bulu.

“kamu makin besar ya, Kai.” Jennie mengelus kepala kelinci itu dan tersenyum lebar. “Tapi kamu harus tetep makan banyak, biar makin gendut hihi”

Lalu, ia memasukkan kembali kelinci itu ke dalam kandangnya. “Mama pulang dulu ya, nanti besok kita ketemu lagi.”

Jennie berdiri dan hendak berjalan, ketika tanpa sengaja kakinya seperti menginjak sesuatu yang keras. “Apa ini?”

Jennie mengambil benda berwarna merah muda itu, yang ternyata adalah sebuah buku kecil yang lebih besar dari telapak tangannya. Ia membulak-balikkan buku tersebut untuk mencari tahu siapa pemilik buku cantik ini, namun nihil, buku tersebut polos dan hanya ada gambar bintang kecil yang sepertinya buatan tangan, yang letaknya di sudut belakang buku tersebut.

“pasti punya siswi disini.”

Merasa perlu untuk mengembalikkannya, Jennie membuka buku tersebut untuk melihat lembar pertama, yang biasanya ditulis nama pemiliknya. Namun matanya membola saat melihat tulisan itu.

100 reasons why i love Jennie Kim

Tidak ada alasan baginya untuk tidak membaca buku tersebut.

His Diary About Jennie KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang