Arna 15

61 13 0
                                    

  

Happy Reading :)

Bau obat begitu menusuk kedalam indra penciuman. bunyi alat pendeteksi jantung terdengar mengisi ruangan yang tak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil ini. slang oksigen bertengger rapi di hidung mancung miliknya. Gadis yang lagi terbaring lemah  di atas kasur yang diketahui sebagai kasur rumah sakit ini mengerjap pelan guna menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam pelupuk matanya.

Mata indah nan bulat itu terbuka sempurna, udara yang dihirupnya begitu segar serta tidak ada satupun suara terdengar melainkan suara pendeteksi jantung. Ia menoleh ke samping kanan mendapatkan cahaya yang begitu kecil masuk di jendela ruangan tersebut. Lalu ia menoleh ke samping kiri, mendapati seorang pria yang terakhir kali ia temui di halte. tertidur dengan baju dan celana yang masih sama. jaket yang ia kenakan tadi menjadi pengganti selimut sekarang, matanya ditutup dengan tangan kanan dan tangan kiri berada di atas perut.

Tiba tiba gadis itu teringat sesuatu, ia pun langsung duduk dan menyibak selimut yang sedari tadi memberikan kehangatan, lalu membuka slang yang mengganggu hidungnya pelan, dan berjalan ke arah meja di dekat cowok yang sedang tertidur itu, lalu mengambil benda pipih persegi panjang tersebut. ia langsung mengotak atik dan menempelkan benda tersebut ke telinga kanan.

Tuuut.....

"Hallo?" Suara seseorang di sebrang telvon itu terdengar khawatir.

"Bunda," ujar Tina sedikit berbisik, ia takut mengganggu acara tidur cowok yang berada dihadapannya sekarang.

"Aina..." pekik seseorang di balik telvon.

"Iya bunda?"

"Aina kamu dimana sayang? Kamu gapapa kan? Kamu aman sekarang kan sayang? Aina bunda khawatir sama kamu nak, bunda mohon jangan pergi nak, jangan matikan telvon nya, bilang sama bunda kamu dimana sekarang, bunda akan jemput kamu!" Suara Lia terdengar antusias karena dapat mendengar suara anaknya.

"Bunda, Aina gapapa kok, Aina sekarang ada di rumah sakit, besok aja ya bunda kesini, udah malam!"

"kamu sakit? Kamu sakit apa? Kenapa bisa disana?, bunda gak bisa tidur mikirin kamu, bunda mohon kasih tau sekarang kamu di rumah sakit mana?"

"Besok aja ya bun kesininya, udah malam. besok Aina kasih tau alamat Rs nya. bunda gak perlu khawatir Aina baik baik aja kok." balas Tina menenangkan Lia.

"Sayang kamu aman disana kan?" Tanya Lia memastikan.

"Iya bun, bunda tenang aja, Aina aman kok."

"Baik lah jaga diri kamu baik baik ya nak!"

"Iya bun."

"Kamu harus istirahat, jangan banyak gerak dan gak boleh kemana mana, tunggu bunda besok disana!!"

"Iya bun, Aina tutup telvon nya sekarang ya," ujar Tina lirih, sedari tadi ia menelvon menggunakan ponsel Vino

"Iya sayang."

Tut.

Tina menaruh ponsel itu ketempat semula, ia tau pasti cowok itu mengambil dari dalam tas selempang miliknya. ia relakan saja ponselnya yang rusak dan memberikan kembali ponsel Vino. Tina kembali berbaring dan menatap langit langit ruangan tersebut.

Maafin Aina ya bun, udah bikin bunda khawatir. Batinnya lalu memejamkan mata.

*****

Vino membuka matanya pelan lalu duduk di sofa yang ia pakai untuk tidur tadi. sedari tadi cowok itu ternyata  mendengar obrolan singkat antara Tina dan orang yang dipanggil bunda itu. ia tidak tidur, matanya susah sekali di ajak berdamai, rasa bersalah menghantuinya sekarang. ia teringat kejadian di halte tadi, ini 100% adalah kesalahnya. jika ia tadi tidak membiarkan Tina kedinginan mungkin sekarang cewek itu berada di rumah, bukan terbaring lemah di rumah sakit.

Tina (Dan) VinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang