# 4 #

1.5K 66 0
                                    

Hingga waktu pulang sekolah telah tiba. Semua murid berhamburan keluar sekolah. Ada yang mampir ke warung, ada yang mampir ke asrama temannya dan ada yang langsung pulang ke asrama masing-masing. Begitu pula dengan Suci dan Amel, mereka memutuskan untuk pulang ke asrama langsung.
Di perjalanan.

~Suci p.o.v~

Diperjalanan pulang.  Aku melihat seekor anak kucing tengah melintas. Akan tetapi anak kucing itu berlari terpincang-pincang. Sementara itu ada mobil melintas ke arah anak kucing itu dengan kecepatan penuh.
Tanpa basa-basi, aku melompat dan mengambil anak kucing itu lalu berlari menepi. Untungnya, aksiku tak di tonton oleh banyak orang. Hanya ada Amel dan dua orang lelaki yang melintas di situ.
Amel hanya terpaku melihat aksiku. Begitu pula kedua lelaki itu. Tapi, aku tak menghiraukannya. yang penting anak kucing ini selamat dan tak lupa juga, Alhamdulillah aku pun juga tak kenapa-kenapa.
Aku membawa anak kucing itu ke asrama lalu mengobatinya.
"Kau tadi hebat, Ci!" puji Amel.
"Hmmm" jawabku tak menghiraukannya. Aku tetap terus mengobati luka kucing itu. Kucing itu pun diam dan hanya mengeong-ngeong tak memberontak.
"Nah! Kucing kecil! Semoga kamu cepat sembuh! Aku akan tetap merawatmu" ucapku lalu memeluk kucing itu.
"Kau sangat sayang pada hewan ya?" tebak Amel.
"Iya, apalagi kucing!" jawabku yang belum melepaskan pelukan pada kucing itu.
"Kau mau menamai kucing itu?" usul Amel.
"Mmm..Iya! Akan ku beri nama ia Hirrun!" ucapku sembari mengangkat kucing itu ke atas.
"Nama yang bagus! Tapi, hati-hati nanti kalau ketahuan sama petugas asrama. Bisa-bisa mereka akan membuang kucing itu!" ucap Amel mengingatkan.
"Mereka tak akan sekejam itu!" ucapku husnudzon lalu memeluk kucing itu lagi

~Suci p.o.v end~

****

Di sisi lain...
"Hey, Kawan! Gadis itu tadi sepertinya pemberani ya!?" kata lelaki berpeci hitam dengan wajah putih, bersih dan manis. Manis seperti dirimu yang baca. Eaaaa!!!
" Hahha iya. Kamu suka ya?" ledek lelaki berpeci putih yang memiliki wajah tampan dengan kulit sawo matang.
"Ah! Enggak lah! Cuma kagum. Kira-kira.... Siapa ya namanya?" pikir lelaki berpeci hitam itu yang pandangannya belum hilang dari gadis yang dimaksud.
"Manaku tahu! Tanya aja sendiri!" jawab lelaki berpeci putih lalu pergi meninggalkan lelaki berpeci hitam itu.
"Hey, Bro! Mau kemana?" tanya lelaki berpeci hitam.
"Mau tidur lah!"
"Tiduuur aja bisanya! Nggak bosen apa? Ngaji-ngaji, Kek!" ledek lelaki berpeci hitam.
"Biarin! Kamu juga kale!"
"Huh! Terserah!" lelaki berpeci hitam itu mengikuti temannya pergi.


Sementara itu, di tempat Amel dan Suci berada...
"Ayo Hirrun kita beli makan!" ajak Suci pada kucingnya.
"Kucing aja di ajak masa aku enggak sih!" ucap Amel merajuk.
"Hahahaha! Kalau aku mengajak Hirrun berarti secara otomatis aku juga mengajak kamu, Neng Amel!"
"Hihhh! Jangan panggil aku Neng lah! Nggak enak di denger tau!" protes Amel dengan membulatkan matanya kesal.
"Lalu? Dipanggil apa? Nona?" canda Suci.
"Kamu itu! Hiiiih!" Amel mendengus kesal. Ia langsung membelakangi Suci.
"Hehehehe! Bercandalah!" Suci menepuk pendak Amel. Tapi Amel meghempaskannya.
"Udah tau!" ucap Amel dengan nada yang masih merajuk.
"Kalau udah tau kenapa kamu merajuk gitu?"
"Biarin!"
"Udah-udah! Jadi makan nggak nih!" Suci berusaha mencairkan suasana lagi.
"Jadilah! Ayok ke kantin!" ucap Amel yang kembali gembira.
"Ok!"
Di perjalanan menuju kantin
"Eh! Bukankah itu, Gadis kemarin!" ucap seorang lelaki.
"Ah biarin!" gumam lelaki itu.

*****

"Hirrun mau beli apa? Piscock? Batagor? Burger? Pizza?" canda Amel yang menanyai kucing milik Suci.
"Astaghirullahaladziim! Kamu tuh! Asal aja! Mana mungkin Hirrun mau!" celetuk Suci sembari membelai bulu halus kucing itu. Kucing itu hanya terdiam di pangkuan Suci.
"Lalu di beliin apa? Di sini nggak ada ikan!"
"Di beliin aja pentol! Semoga aja mau!" usul Suci. Mereka pun segera mencari pedagang pentol. Setelah beli pentol...
"Ayo Hirrun! Makanlah!" pinta Suci dengan menyuapkan pentol itu ke Hirrun.
"Miuuw!"
Eh dia makan!" ucap Amel senang. Amel yang gemas dengan kucing itu pun langsung membelai-belai bulunya dan sesekali mencubit pipi tembem kucing itu.
"Bener kan ia mau!" ucap Suci yang masih menatap kucing kecilnya.
"Iya ternyata. Lalu, apa kamu nggak beli makanan?" tanya Amel.
"Nggak ah ! Nggak laper!" jawab Suci tanpa menatap lawan bicaranya karena masih asyik dengan kucingnya.
"Nggak laper apa nggak punya uang?" tebak Amel.
"Kamu ngejek ya!" ucap Suci datar dengan tersenyum miring.
"Enggak!" jawab Amel singkat. Amel kembali membelai kucing kecil itu.
"Memang bener! Bukannya nggak punya uang, tapi hemat uang! Belum di kirim sama Paman nih!" jelas Suci. Amel mengangguk-angguk mengerti.
"Kalau gitu aku traktir yok!" tawar Amel.
"Nggak ah!" Suci menolak tawarannya.
"Ngga apa! Ngga perlu sungkan-sungkan!" ucap Amel dengan tersenyum manis.
"Kubilang nggak! Terima kasih!" Suci masih ngotot menolaknya. Padahal, baru saja perutnya berbunyi manggil-manggil kelaparan.
"Jangan-jangan kamu puasa ya?" tebak Amel lagi.
"Hmmmm."
"Iya kan!"
"Insyaallah!" jawab Suci yang belum mengalihkan pandangannya pada kucingnya.
"Ooo....Maaf ya aku ngga tau!" ucap Amel dengan menggaruk kepalanya yang nggak gatal
"Ngga apa kok!" jawab Suci datar.
"Kalau gitu, ayo kita balik kelas!" ajak Amel pada Suci.
"Kamu nggak beli?" tanya balik Suci pada Amel. Kini ia memandang lawan bicaranya.
"Enggak!" jawab Amel singkat. Kini ia masih terfokus memandang imutnya kucing kecil itu makan.
"Nanti kamu laper loh! Nanti kamu sakit gimana? Eaaaaa!" kata Suci yang sok perhatian. Ia kembali membelai kucingnya.
"Nggak kok!"
"Jangan-jangan, kamu juga puasa!" tebak Suci.
"Heheheheheee. Insyaallah!"
"Lalu, kenapa tadi kita ke kantin!" ucap Suci kesal.
"Kan kamu mau beliin Hirrun makan!"
"Eh! Iya-ya. Wah Hirrun nggak puasa!" canda Suci dengan tawa kecilnya.
"Kamu itu bisa aja! Tapi, kamu sahur jam berapa kok nggak lihat aku kemaren?" pikir Amel. Karena semalam ia bangun sahur sendirian sedangkan Suci masih tertidur pulas.
"Aku nggak sahur!" jawab Suci singkat.
"Haaa? Nggak sahur! Apa kamu kuat!" tanya Amel dengan terkejut.
"Insyaallah!"
"Hebat kamu, Ci!" Amel mengacungkan 2 jempol pada Suci. Biasa aja kali! Nggak perlu berlebihan. Nanti aku malah besar kepala. ujar Suci. Setelah itu ia menggendong kucingnya dan pergi dari tempat itu meninggalkan Amel.
"Hey! Kebiasaan deh! Sukanya ninggalin orang! gerutu Amel."
"Ayo!" teriak Suci yang udah agak jauh. Amel pun beranjak mengikuti Suci dengan mendengus kesal.

 Perjuangan Seorang Santri(Masih Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang