"Mina.." Panggil Jeongyeon yang sibuk melihat Mina makan tanpa memperhatikannya sedikitpun.
"Hmm." Deheman Mina mewakili pertanyaan Jeongyeon.
"Aish! Apakah ramen itu lebih menarik dari pada aku?" Tanya Jeongyeon yang sukses membuat Mina tersedak.
"Uhuk! Uhuk!"
"Yak, Mina! Pelan pelan.." Momo yang tiba tiba datang langsung menyerahkan minuman di tangannya. Dia menatap Mina khawatir kemudian mengelus lembut rambut Mina.
"Jangan terburu buru, ok?" Ucapnya seraya tersenyum.
"Aku rindu tatapan itu." Jeongyeon menatap Momo sendu dan berharap wanita itu bisa menyadari keberadaannya.
Jeongyeon berjalan menghampiri Momo yang masih pada posisi awal.
"Aku merindukanmu. Bisakah kau membalas pelukanku?" Lirih Jeongyeon sambil meraba raba wajah Momo walaupun ia sadar bahwa 'mustahil untuk menyentuhnya'.
"Mina.." Panggil Momo.
"Ya, unnie?"
"Kau merasakan sesuatu yang aneh? Sebentar... Aku mengenal aroma ini." Momo bermonolog sambil meremas pundak Mina.
Mina berbalik menatap Momo dan dilihat Jeongyeon sedang tersenyum.
"Dia ada disini." Jawab Mina singkat dengan sunggingan senyum manisnya.
"Jeongyeon? Dia ada disini?" Tanya Momo hati hati.
"Iya, tepatnya di sini." Mina membalikkan badan Momo dan secara otomatis dia berhadapan langsung dengan Jeongyeon.
"Jeongyeon? Kau kah itu?" Mata Momo berkaca kaca sambil meraba raba 'udara' di depannya.
"Mina, bilang padanya untuk membeli jokbal dengan uang yang sempat aku selipkan di tas hitam milikku. Padahal hari itu aku berencana menaktirnya." Jeongyeon tersenyum lebar. Ada rasa tidak percaya pada hatinya. Ia tidak percaya karena Momo mempercayai bahwa dia masih disini.
"Momo. Jeongyeon berpesan padamu agar membeli jokbal dengan uangnya yang diselipkan di tas hitam miliknya. Dia juga bilang hari itu ia ingin mentraktirmu jokbal." Mata Mina berkaca kaca saat menjelaskan hal itu. Sedangkan Momo sudah menangis sesenggukan.
"Jeongyeon, maafkan aku jika aku menjadi roomate yang selalu merepotkanmu." Momo masih menangis hingga hidung dan matanya merah. Jeongyeon hanya tersenyum kemudian menggenggam cup ramen Mina.
"Suruh dia memegang cup ramen ini. Maka dia akan menggenggam tanganku." Mina mengangkat tangan Momo dan menuntunnya untuk memegang ramen itu.
"Kalian sedang berpegangan tangan." Mina menjelaskan dengan sangat lembut. Setidaknya masih ada yang mempercayainya.
"J-Jeong.." Momo menarik tangannya dan berlari menuju kamar. Ia mengunvi pintu dan menangis. Mungkin dia masih sedikit terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"See? Mereka masih sangat sangat menginginkanmu kembali." Mina berjalan memeluk Jeongyeon yang tersenyum.
"Terima kasih."
.
.
.
.
.
"Jihyo." Panggil Momo pada Jihyo yang sedang merapikan tempat tidur Momo."Ya?"
"Apakah mungkin jika Jeongyeon kembali?" Pandangan Momo kosong sambil mengayunkan kakinya sedangkan kedua tangannya diletakkan untuk sedikit menyangga tubuhnya. Jihyo berhenti dan menatap Momo.
"Unnie.. Lihat aku." Jihyo menarik dagu Momo agar menghadapnya.
"Kau tahu kenapa aku sama sekali tidak mau larut dalam kesedihan? Karena aku tahu, jika Jeongyeon tidak akan suka melihat kita menangis. Aku tahu dia akan lebih sakit jika kita menangis. Karena aku tahu dia menyayangi kita semua. Biarkan dia tenang, unnie. Setidaknya buat dia bahagia dengan memperlihatkan bahwa kau juga bahagia." Jelas Jihyo. Dia menggigit bibir bawahnya agar air matanya tidak turun.
"Tidak, Jihyo. Dia ada di-"
"Sstt.. Sudahlah, unnie. Ayo tidur." Jihyo dengan lembut menarik Momo agar berbaring kemudian menyelimutinya.
"Aku akan menemanimu malam ini." Jihyo menggenggam tangan Momo erat seperti apa yang dilakukan Jeongyeon saat mereka akan tidur.
Dan tanpa sadari, Jeongyeon melihat semuanya. Entah kenapa hatinya kembali sakit saat Jihyo seperti tidak menerima kehadirannya.
.
.
.
.
.
Hai.. I'm back
Typo abaikan
Btw, cerita ini menurut kalian menarik GK sih?
Gw sempet putus asa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong? [JeongMi]
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅✓] Tolong! Siapapun jawab pertanyaanku! - Yoo Jeongyeon