-2- Let's Love

3.5K 387 43
                                    

...

...

...

Doyoung membisu memandang gundukan tanah yang menenggelamkan kakaknya. Dia sendirian sekarang, sebatang kara. Keluarga satu-satunya yang dia miliki, sudah pergi menghadap Tuhan. Air matanya tumpah lagi. Doyoung mulai lelah menangis. Tapi tak ada yang bisa dia lakukan untuk menekan rasa sakit di dadanya, selain menangis.

Sebuah lengan kokoh memeluknya erat. Sayangnya Doyoung tidak punya cukup tenaga lagi untuk menjauhkan tubuh lelaki ini, kalau tidak, Doyoung pasti sudah mendorong dan memukulnya hingga babak belur.

Setiap mengingat lagi tentang kakak perempuannya yang amat mencintai lelaki pengkhianat ini, Doyoung semakin terluka. Setahun pernikahan kakaknya dengan lelaki ini, Doyoung tahu kakaknya begitu menderita. Lelaki itu punya wanita idaman lain. Begitu yang dapat Doyoung tangkap dari surat terakhir yang dititipkan kakaknya, sebelum perempuan malang yang begitu ia sayangi itu bunuh diri.

...

...

...

"Mau kemana kau?" aura kurang menyenangkan langsung Doyoung terima saat ia mendengar lelaki itu berkata padanya.

"Kurasa kau lebih tahu. Aku tidak punya urusan apa-apa lagi di rumah ini." Doyoung kembali melanjutkan langkah sambil menarik koper besarnya.

"Kau tidak kuizinkan meninggalkan rumah ini." getar dalam suara itu membuat Doyoung mulai ketakutan.

"Bukan kau yang menentukan hal itu." tapi Doyoung bukanlah Doyoung kalau tidak mendebat setiap ucapan lelaki ini.

Sejak dulu, dia memang tidak menyukai suami kakaknya. Lelaki itu selalu menatapnya dengan pandangan tajam yang seolah ingin menelannya hidup-hidup. Setiap Doyoung pulang larut malam untuk menyelesaikan tugas kuliahnya, atau sehabis bersenang-senang dengan teman-temannya, dia selalu menemukan lelaki itu menunggu di ruang tamu dengan wajah mengerikan.

Meskipun tidak memaki Doyoung dengan amarah yang ditahannya, Doyoung tahu bahwa lelaki itu tidak menyukai apa yang dia lakukan. Tapi, Doyoung mana pernah peduli. Satu-satunya alasan dirinya bertahan untuk tinggal di rumah ini adalah kakaknya. Kalau bukan karena kakaknya, Doyoung pasti sudah menyewa flat sederhana di dekat kampus.

Doyoung melihat lelaki itu berjalan cepat menuju dapur, kemudian kembali lagi dengan sebilah pisau. Mata Doyoung membulat karena rasa takut. Dia sedang mencoba menerka apa yang akan lelaki itu lakukan dengan pisaunya, tapi pisau itu justru sudah berada di tangannya dan menyayat lengan mantan suami kakaknya itu.

"Apa yang kau lakukan?!" Doyoung berteriak, lalu membuang pisau ditangannya. Lelaki itu baru saja menggunakan tangan Doyoung untuk melukai tangannya sendiri.

Sementara Doyoung ketakutan melihat darah yang mulai merembes keluar dari luka sayatan yang mengenai lengan lelaki itu akibat ulahnya, lelaki itu justru tersenyum lembut sekali, sampai-sampai membuat Doyoung berdebar.

"Sekarang kau punya alasan untuk tetap tinggal disini. Kau melukaiku, maka kau harus merawatnya hingga sembuh."

Doyoung kehilangan kata-kata. Lelaki ini pasti sudah gila. Jung Jaehyun sepertinya memang gila.

"Aku mohon jangan pergi. Aku sudah membuat janji pada kakakmu, bahwa aku akan melindungimu."

Doyoung terduduk dilantai yang dingin. Mimpi buruk yang sebenarnya, baru saja dimulai.

...

...

...

Seperti yang diharapkan oleh Jaehyun. Doyoung tetap tinggal dan merawatnya. Meskipun tak ada senyum yang diberikan pemuda manis itu padanya. Doyoung masih berpikir kalau dirinya mengkhianati Soojung—almarhumah kakak Doyoung. Tapi seandainya Doyoung mengetahui hal sebenarnya, pemuda manis itu pasti juga membenci dirinya sendiri.

Jeffrey & CharlieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang