One Answer for Everything

2.7K 275 7
                                    

-4-


Hinata harus mengakui bahwa dia memang sempat kepikiran untuk manfaatin kehadiran Sasuke dengan menjadikannya pacar. Tapi kemudian, dia segera mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Betapa malangnya sang ronin jika harus tertimpa nasib seburuk itu.

Sadar dirinya nggak secantik kebanyakan cewek di kampusnya, Hinata nggak mau Sasuke kepaksa jadi cowoknya. Kalo emang dia harus bertugas, mendingan cari kerja di tempat lain aja. Saat itulah Hinata punya pikiran lain.

Toh semuanya kembali ke satu nama: Orochimaru.

Dan karena itu juga, mumpung masih pagi dan Hiashi juga Neji lebih milih tidur terus sampai dibangunin pelayan bersuara indah, Hinata mau balikin Sasuke ke Oto. Dia, kan beli pedangnya doang, mana pernah kepikiran bakal dapet seorang ronin segala. Nggak ada penjelasannya tuh di kotak warning.

Hanabi masih berharap kakaknya ngebatalin ide konyolnya itu. "Ayolah, Nee-chan... kalo dia jadi pacarmu, Nee-chan pasti bisa pamer ke cewek-cewek lain di kampus. Dijamin mereka semua pasti iri sama Nee-chan."

Hinata berjalan menuju kamar mandi, berniat untuk cuek aja dan nggak peduliin adiknya yang tiba-tiba jadi jago bikin skenario buat kakaknya. "Nee-chan juga bisa ngajak dia makan, nonton, belanja baju, main ke taman hiburan, festival, konser, jalan-jalan, makan es krim..." dan masih banyak ide lain yang masuk dalam daftar panjang Hanabi.

Dari dulu, Hinata mau semua itu. Cowok yang bisa dia bawa ke kampus sebagai pacar dan juga ngelakuin hal-hal yang udah disebutin Hanabi dengan tepat.

"Nee-chan juga bisa ngerayain Valentine, trus candle light dinner, trus..."

Entah Hanabi udah berpengalaman atau karena adik-kakak itu akrab banget sampe-sampe tahu apa yang dimauin, yang jelas, semua perkataan Hanabi benar adanya.

"Trus kissing deh."

Hinata yang mulai membasahi tubuhnya di kamar mandi, mendadak mematung.

Kissing.

"Ciuman sebelum tidur, cium pipi, di bibir..." Hanabi memekik kegirangan. "Ya ampun... so sweet..."

Tanpa sadar Hinata memejamkan mata saat menghirup napas dalam-dalam. Ini semua mimpi. Semakin Hinata terlena pada hal yang semu, semakin jauh dia dari kenyataan. Sebelum keadaan semakin parah, lebih baik dihentikan sekarang.

Hinata melanjutkan mandinya sambil berusaha keras untuk ngelawan keinginannya sendiri mempertahankan Sasuke. Nggak boleh, Sasuke harus pulang. Mungkin ada cewek lain yang sekarang resah nunggu dia di rumah. Cowok sekeren itu, kan nggak mungkin jomblo. Kalo ternyata nggak punya cewek, jangan-jangan dia nggak selera sama cewek. Apa pun alasannya, Hinata harus memulangkan Sasuke.

Titik.

.

.

.

Kedua cewek Hyuuga berjalan keluar setelah memastikan nggak akan ada orang lain yang ngeliat Sasuke. Salju yang telah menyingkir dari jalan utama menuju gerbang, bikin jalan aspal itu agak licin. Kedua cewek nyadar dengan tidak mengenakan high heels dan cari aman pilih sepatu yang lebih nyaman. Hanabi milih Doc Martens, sedangkan Hinata cukup pede pake sepatu bot trendi.

Sasuke yang masih betah dengan fashion statement-nya yang aneh pun ngikutin dengan setia cewek Hyuuga berambut panjang yang terlihat manis dalam lapisan mantel Chanel putihnya. Hinata bener-bener kelihatan beda sama Hinata yang ada tadi pagi atau kemarin malam.

Legging hitam membuat kakinya terlihat jenjang. Masih dengan jiwa casual, Hinata milih t-shirt putih polos berlengan panjang yang dipadukan dengan gaun bertema vintage warna abu-abu. Dan buat nambah kesan girlie, dia gulung rambutnya berbentuk cepol gantung dengan poni yang rapi dan lebat di kening. Kacamata hitam bikin si pewaris Hyuuga semakin gaya, plus tudung putih dari mantelnya untuk menutupi sebagian kepalanya.

My Martian BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang