A Little Too Much to Believe

11.2K 403 43
                                    

TIDAK DIPERKENANKAN MENERBITKAN ULANG FANFIC INI DI SITUS LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS

.:R E S P E C T:.

ENJOY YOUR READ BUT DON'T STEAL ANY CONTENT FROM THIS FANFIC

.

.

.

.

Disclaimer: Kishimoto Masashi

.

.

Bacalah fic ini di waktu senggang Anda. Jangan sia-siakan waktu utama Anda untuk baca fic ini.

Khusus untuk yang muslim, jangan lupa sholat, ya...

Sincerely,

miyazaki rully bee

.

.

.

.

.

.

PLEASE DO KINDLY REMIND YOURSELF THAT THIS IS 100% A WORK OF FICTION

YES, FICTION! IT'S NOT REAL

.

.

.

.

.

.

.

.

1.

"Tuh kan, gue udah bilang sebelumnya. Ini nggak murah."

Mata pucat Hinata menatap ke lantai, poni rambutnya membuat bayangan di wajahnya yang memerah. Lawan bicaranya terpaksa menyerah dengan sikap Hinata yang tipikal. Cukup tunggu beberapa detik hingga reaksi berbahaya muncul.

"Ya udah lah, gue kasih diskon karyawan punya gue," lanjut Kiba.

Hinata menampilkan senyumnya, mengangkat wajah yang merona.

Kiba nyerah setiap kali Hinata muncul dengan ekspresi sedih yang bisa bikin awan gelap berpihak padanya. Nggak tau sejak kapan, Hinata tuh jadi ratu melodrama. Pertama sih, Kiba yakin, Hinata cuma sok cengeng tanpa air mata. Ah... sayang seribu sayang, Inuzuka itu salah. Nangis Bombay, nangis histeris, nangis bawang merah, atau nangis kena asap; jenis apa pun nggak bisa disetarain sama jenis nangisnya Hinata. Cewek Hyuuga itu nangis dengan mata yang seakan kosong, pasti bikin siapa pun ngerasa bersalah dan akhirnya nurutin kemauan Hinata.

Bagusnya, tuh cewek punya kebaikan hati dan jarang memanfaatkan 'keahliannya' untuk hal-hal yang negatif. Tapi kalo udah nemu Hinata yang nangis, mending langsung kabur, puppy eyes nggak ada artinya dibandingin mata Hinata yang bisa banget nunjukin lara yang menyayat-nyayat hati.

So, apa sih yang bikin Hinata akhirnya menghadirkan sisi sedih yang bikin orang stres?

Ulang tahun bokapnya, papa Hiashi.

Tanggal delapan Januari menjadi hari yang penting bagi seorang Hinata. Dia udah rela kerja sambilan di kedai ramen, toko bakery, toko buku dan kedai es krim dari musim panas hingga akhir tahun. Meski Hinata udah rajin kerja, yang namanya kerja sambilan, gajinya tetep nggak bisa bantu banyak. Dengan uang yang terkumpul, Hinata mencoba keberuntungannya, kali aja ada obral. Sore ini, dia udah harus bawa hadiah yang dia incer sejak ulang tahun Hiashi tahun sebelumnya.

My Martian BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang