A Tune in the Wind

2.7K 233 10
                                    

-6-

Di momen Valentine bulan Februari yang lalu, Hinata ingat segalanya dengan sangat jelas. Hari itu langit cerah tanpa awan. Suhu udara sekitar 17°C. Jalanan masih sedikit basah berkat mencairnya salju Januari. Beberapa sudut jalan dan pertokoan masih menyisakan salju tipis yang terlihat kotor. Ranting-ranting pohon meneteskan air yang sebelumnya membeku. Aroma cokelat dan lagu cinta mengambang di udara, menambah kesan hangat.

Semua itu bukanlah alasan bagi Sasori untuk menyimpan motor favoritnya. Kendaraan roda dua itu tetap dia pilih sebagai satu-satunya alat transportasi yang paling bisa mengerti seleranya soal kecepatan. Hari itu Sasori datang sedikit terlambat dari jadwal kelas, kebiasaannya yang nggak pernah lepas. Lagian, nggak ada yang keberatan juga.

Hinata sengaja nggak menemui senpai yang dia gandrungi. Kelas mereka pastinya beda. Sepanjang hari itu, Hinata sibuk dengan jadwal kuliahnya. Dia harus masuk ke beberapa kelas karena hari Selasa itu emang jadwal kuliahnya yang paling padat. Hinata yang udah kenal baik Sasori, nggak kaget waktu nemuin senpai-nya udah nungguin dia di pintu kelas.

Posenya yang keren saat dia berdiri bersandar di dinding, hanyalah satu dari banyak alasan yang bikin jantung Hinata bergemuruh. Senyumnya punya nilai plus lebih banyak. Hinata menyapanya seperti biasa. Dan di saat seperti ini, Sasori juga udah biasa banget untuk kasih pelukan ke kouhai-nya yang manis. Jangan tanya alasannya, karena Sasori sendiri nggak pernah bilang. Intinya dia peluk Hinata dan cewek yang dipeluknya itu nggak keberatan. Cuma agak risih aja. Apalagi kalo di sepanjang lorong penuh orang.

"Kau ingat hari ini Valentine?" tanya Sasori setelah melepas pelukannya. Hinata ingat. Bahkan sangat ingat. "Aku tidak menerima cokelat dari siapa pun." Yang itu juga Hinata tahu kenapa. Soalnya Sasori selalu bilang alasan yang sama. Dia pasti ngomong ke setiap cewek yang ngasih atau berniat ngasih cokelat ke dia kalo dia nggak bisa nerima kebaikan orang lain dan membuangnya. Alasan yang paling utama karena dia nggak punya tempat untuk nyimpen cokelat-cokelat yang jumlahnya nggak pernah sedikit itu. Dia selalu bawa motor BMW-nya dan bukan mobil. Di ujung kalimatnya, Sasori kasih saran ke cewek-cewek itu untuk nabung atau disumbangin aja ke orang-orang yang nggak mampu.

Dengan caranya yang mulus waktu nolak pemberian cokelat Valentine, nggak ada satu pun cewek yang nangis karena hari itu nggak bisa ngasih cokelat. Tahun berikutnya, jumlahnya mulai berkurang. Dan setelahnya, nggak ada lagi yang ngasih Sasori cokelat.

Cuma untuk tahun ini, Hinata sengaja bikin cokelat untuk Sasori. Ukurannya nggak terlalu besar, bentuknya hati, dan rasanya udah pasti enak.

Tapi waktu Hinata menyodorkan cokelat dalam kemasan cantik itu, senyum Sasori langsung lenyap.

"Apa ini?" Sasori nanya. Nada suaranya mirip banget orang yang lagi tersinggung.

"Co-cokelat," Hinata ragu buat ngomong lebih banyak.

"Buat apa?"

That's it! Ini nggak akan berhasil. "A-a-ano..."

"Kau memberiku cokelat Valentine? Untuk apa? Menyatakan perasaanmu?"

Sasori meluruskan punggungnya. Dia berdiri dengan mengurangi jarak di antara mereka. Beberapa orang yang sebelumnya berniat untuk masuk kelas, nggak jadi masuk dan malah nonton. "Jadi kau suka padaku?"

Di sini Hinata nunduk untuk nahan malu. Udah kacau banget hatinya.

"Jadi kau menyukaiku?"

Nggak ada kata-kata yang bisa bantuin Hinata sekarang. Kalaupun ada, dia nggak akan mampu untuk ngomong.

Kemudian Hinata merasakan tekanan lembut jemari Sasori di bahunya. Cowok itu nggak ragu-ragu untuk ngungkapin apa yang dia simpan di hatinya. "Hinata, kau tahu bahwa kau adalah adik perempuanku. Kau adalah adik perempuan yang pastinya akan selalu kupilih jika saja aku diharuskan untuk memilih. Jika kau ingin mengubahnya, maka yang kurasakan hanyalah perasaan aneh yang canggung seperti seorang kakak yang menyukai adiknya sendiri. Kau paham?"

My Martian BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang