Dear Master

2.7K 248 3
                                    

-7-

 

Sejak lima belas menit yang lalu, Hinata terus mondar-mandir di dalam kamar. Kalau dia memutuskan untuk istirahat sejenak, dia akan menjatuhkan beban tubuhnya di atas ranjang, duduk dan terus berpikir.

Apa maksud syair yang diberikan Sasuke padanya? Terus... kalimatnya?

"Apa dia suka padaku?" Hinata kesulitan menemukan jawabannya. "Masa, sih?" Sebisa mungkin Hinata berusaha untuk nggak terlalu peduli. Tapi dia Hinata, dan pribadinya selalu nggak bisa cuek kayak adiknya. "Kalau aku yang suka, mungkin. Tapi dia...?" Hinata bangun lagi, mondar-mandir lagi.

Tunggu.

Aku yang suka?

"Ya ampun..." Hinata menepuk-nepuk pipinya yang terasa terbakar. "Aku suka Sasuke-san?"

Baguslah ada suara ketukan di pintu yang mengalihkan perhatian sang Hyuuga yang bingung dari Sasuke sejenak.

"Ya?"

"Hinata?" Suara Sasori. "Kita sarapan."

Sarapan? Saking sibuknya mikirin soal asmara, Hinata nggak ngerasa lapar lagi. Sesaat Hinata berniat untuk skip sarapan, tapi kalau dia di sini terus, mungkin nggak akan selesai pikirannya yang buntu tanpa jalan keluar ini. Sarapan kedengarannya bagus. Lihat-lihat samudera luas mungkin bisa membantu untuk menjernihkan pikiran Hinata.

Sasori menunggu dengan sabar di luar. Setelah pintu dibuka, dia menyapa dengan senyumannya. "Kau sedang apa?" Hinata hanya menggeleng dan minta maaf karena membuat senpai-nya menunggu lama.

Keduanya lalu berjalan ke salah satu ruangan besar di kapal pesiar yang menjadi pusat kegiatan semua anggota klub di pagi hari cerah ini.

Setelah mengambil makanan, Sasori membawa Hinata ke meja di dekat kolam renang utama kapal, tempat sama di mana Hinata dan Sasuke melarikan diri dari pesta yang membosankan kemarin malam. Hinata mencoba mencari si ronin yang sejak tadi belum dilihatnya lagi dengan nengok kiri kanan. Sasuke-san mungkin belum sarapan. Dia masih kesulitan untuk adaptasi dengan menu makanan yang seringkali disajikan untuknya.

"Ayo duduk, Hinata."

Sasuke nggak ada. Hinata yang kecewa memutuskan untuk memberi tubuhnya tambahan tenaga dengan makanan sebelum mencari Sasuke untuk sarapan.

Sasori mulai ngobrol tentang liburannya di kepulauan Bahama karena sebelumnya dia nggak sempat ngobrol banyak waktu ketemu lagi sama Hinata beberapa waktu yang lalu. Di pikiran Hinata, pastinya menyenangkan bisa berlibur sesuka hati sementara dia terpenjara dalam kesedihan dan patah hati. Meski Hinata udah memaafkan Sasori, tetap aja nggak adil.

"Senpai." Hinata memotong kalimat Sasori. Senpai itu jelas tersinggung, kan lagi seru-serunya cerita, kenapa diganggu? "Apa kau lihat Sasuke-san?" Cuma karena Sasuke pula? Ngerusak suasana aja, nih.

Tapi bukan Sasori namanya kalau dia menunjukkan muka sebelnya. "Belum. Kupikir kau tahu dia di mana."

Hinata meletakkan gelas berisi jus jeruk, nggak jadi minum karena terlampau khawatir sama ronin-nya yang mungkin lagi ngambek atau malah kabur. Pikiran yang terakhir perlu dikoreksi, ini kan di tengah lautan. "Tadi pagi dia menemuiku, tapi setelah itu..." Perhatian Hinata beralih dari Sasori yang masih mengunyah roti bakar, ke arah orang-orang yang berlarian ke dalam kapal.

Ada apaan, nih? Jangan-jangan kapal pesiarnya bakalan nabrak gunung es kayak Titanic.

Hinata bangun dari kursinya untuk mengambil bagian dalam kerumunan orang yang berjalan masuk demi memuaskan rasa ingin tahunya.

My Martian BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang