Part 4

28 6 0
                                    

"Ih, lepasin! Dasar cowok gak punya sopan santun," kata perempuan itu ketus dengan bibir kecilnya yang terus mendumel tidak jelas.

Cowok itu pun menarik kembali tangannya.
"Eh, maaf. Gak sengaja," kata cowok itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Hening. Ya, kembali hening tanpa ada pembicaraan. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Tidak ada yang tau apa yang mereka pikirkan. Mata mereka juga saling bertatapan.

"Kamu sudah sembuh?" Tanya cowok itu memecahkan keheningan malam. Dalam hati cowok ini bertanya-tanya tentang asal-usul perempuan di depannya ini.

"Iyalah udah sembuh. Kalau belum sembuh, gimana aku bisa ada di sini," kata perempuan itu dengan nada ketus yang begitu kentara.

Cowok itu tertawa kecil mendengar jawaban perempuan itu.

'Ini cewek ceplas-ceplos  banget deh', katanya dalam hati sambil tersenyum.

Mereka sama sama menatap bulan yang indah, yang menyinari dua insan ilahi itu.  Menikmati setiap angin yang menerpa kulit mereka.

"Kamu tau gak, kenapa bulan itu selalu sendiri?" Tanya cowok itu sambil menoleh sekilas ke arah perempuan di sampingnya. Perempuan ini menolehkan pandangannya ke cowok itu dengan beberapa kerutan di dahinya.

"Emang kenapa? Bukannya bulan memang selalu sendiri?"Jawab perempuan itu.

"Bulan emang sendiri, tapi kesendiriannya bukan tanpa sebab. Bulan selalu tetap menanti dan menunggu kekasihnya datang", kata cowok itu yang terus mengagumi bulan.

Perempuan itu tertawa kecil, merasa itu adalah lelucon. "Kamu masih waras gak sih? Atau kamu sakit? Mana mungkin bulan punya pasangan," kata perempuan itu dengan nada mengejek dan terkekeh.

Cowok itu mengatakan kalau apa yang dikatakannya itu benar. Hingga membuat perempuan itu diam membisu, kehilangan seribu kata dan diam tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Bulan emang sendiri. Karena dalam kesendiriannya itu menantikan kekasih yang baik untuknya. Sama sepertiku yang hidup sendiri tanpa pasangan. Tapi kuyakin penantian kan mewujudkan impian," penjelasan panjang kali lebar oleh si cowok. Perempuan itu menunduk malu. Pipi chubby nya telah berwarna merah yang menambah kesan cantik pada perempuan itu.

"Muka kenapa tuh? Kayak lipstik emak gue aja.. heheheh", ledek cowok itu yang menambah rasa malu pada perempuan tersebut.

"Enggak. Mungkin kamu salah liat tu," elak perempuan itu sambil menetralkan warna pipinya.

'Polos dan cupu juga pikirku. Manis dan lembut jikalau lagi depresi. Depresi? Heheh,' bisik cowok dalam hati.

Perempuan itupun mengadahkan kepalanya menghadap cowok itu, mereka berhadapan dengan mata perempuan itu menatap ke bawah. Sambil menjulurkan tangannya dengan sepatah kata, "Terima kasih telah menolongku. Jika gak ada kamu, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku".

"Sama sama," jawab cowok itu singkat.

"Oh iya, nama kamu siapa?" Tanya perempuan itu sambil melihat cowok di depannya.

Cowok itu pun menjawab bersamaan tangannya mau menjabat tangan perempuan itu. "Namakuuu..."

Belum selesai cowok itu menjwab. Perempuan itu langsung berteriak.

"Akkh!...." Sontak perempuan  itu terkejut dan tanpa sadar memeluk cowok di depannya itu.

Apa yang terjadi selanjutnya?
Tunggu part 5 berikutnya!

Cinta Untuk NaulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang