Waktu itu, pukul 16.00 dari kejauhan terlihat seorang anak berusia 15 tahun mengenakan pakaian sekolah ala anak SMA. Kedua tangannya membawa koper dan sebuah ransel di pundaknya sambil menggunakan topi SMA dan sepatu hitam.
Anak itu tampak lelah dengan tatapan sayu dan langkah kaki yang gontai. Ayunan tangannya seakan akan memanggil bala bantuan untuk datang padanya tapi tak seorang pun yang ada pada saat itu.
Dia terus berjalan meski saat itu, angin buritan menghantam tubuhnya. Sesekali ia jatuh tersungkur mencium tanah yang kering. Dedaunan jatuh berguguran tertiup angin, panas terik mentari membakar tubuh mungilnya. Kerongkongan terasa kering mendambakan air. Oh, jangan lupakan cacing-cacing di perutnya mulai memberontak.
'Pasrah' itulah kata yang terbesit dalam pikirannya. Ia mulai putus asa dengan keadaan saat ini. Namun, terjadi suatu keajaiban. Hatinya seakan berkata lain dan memberinya semangat untuk tetap terus melangkah.
Ia pun mulai bangkit, mengayun langkah dengan tertatih-tatih. Walau rasa lapar dan tulang-tulangnya digerogoti rasa remuk.
Begitu lama ia berjalan kaki hingga langkah kakinya terhenti bersamaan dengan matanya yang sayu itu melihat rumah yang begitu mewah di depannya. Ia terdiam sejenak.
Matanya mulai berkunang-kunang dan semuanya menjadi gelap. Ia jatuh, ambruk terhempas ke tanah, koper yang di pegangnya pun ikut terlepas. Hingga ia tak sadarkan diri.
-----------------------------------------------------------
Apa yang terjadi selanjutnya?
Tunggu di part 2 berikutnya!