Aku menyayangimu

990 55 8
                                    


Seorang pria berusia 23 tahun yang biasa dipanggil Kevin itu menghela napas lelah menyeleseikan pekerjaan yang ia lakoni sudah hampir setengah tahun ini, yaitu pesan antar makanan sejak pagi hari hingga sore, kemudian ketika malam tiba dengan tergesa ia segera melangkahkan kakinya untuk melakukan ritualnya berpindah tempat dengan pekerjaan yang berbeda, menjadi pelayan cafe diujung jalan yang cukup ramai dikunjungi anak muda itu hingga tengah malam. Ya, untuk anak seusia Kevin yang memang masih sangat muda suasana seperti itu sangat melelahkan, harus bekerja setiap hari dari pagi sampai tengah malam, menemui puluhan orang dengan berbagai watak yang berbeda. Terkena omelan karena terkadang kerjanya tidak maksimal, sudah menjadi makanannya setiap hari, tidak hanya itu, gaji yang didapatnya pun tidak terlalu besar jika dilihat dari seberapa lamanya dia bekerja. Tapi mau bagaimanalagi? Jika ditanya ingin keluar dari pekerjaannya mengantar pesanan makanan ia sangat ingin, tetapi ia tentu saja akan menganggur dipagi harinya karena nyatanya belum menemukan pekerjaan pengganti. Sebenarnya , ia mempertahankan pekerjaannya pada pagi hari itu juga tentu ada alasannya walaupun gajinya yang tidak terlalu banyak, tetapi pemilik tempat makan itu sangat baik, ia memberinya sarapan hingga makan malam secara cuma-cuma. Bukan makanan sisa ataupun makanan yang hampir busuk, tetapi makanan yang benar-benar layak dimakan oleh manusia. Jika dihitung ia bekerja di toko makanan itu dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore, totalnya delapan jam dan ia kemudian menerima uang seratus ribu untuk seharinya. Seratus ribu memang banyak, tetapi untuk orang yang tinggal dikota besar seperti Jakarta, tentu saja itu sangat kurang, ya, walaupun dia tidak usah memikirkan soal makan lagi karena memang hanya Kevin lah yang bekerja untuk mengantar makanan di toko tersebut alhasil pemiliknya tidak keberatan memberinya makan 3 kali sehari, tapi tetap saja, hidup Kevin tidak melulu soal perut kan? Ada kos kosan yang harus ia bayar lima ratus ribu setiap bulannya, lalu belum kebutuhan yang lain yang harus ia penuhi untuk hidupnya. Untung saja ia menemukan pekerjaan lain yang sudah ia lakoni empat bulan ini dengan gaji yang lumayan lebih besar dari pesan antar makanan , tetapi resikonya memang ia harus benar-benar tidak mempunya banyak waktu untuk pacarnya. Ya, pacar Kevin.

Kevin lagi-lagi menghela nafas lelah, beberapa temannya sudah pulang setengah jam yang lalu, tapi ia masih harus menata meja kursi seorang diri karena ia hanya seorang diri pekerja laki-laki di cafe ini dan tentu saja ia tidak tega jika menyuruh teman teman perempuannya mengangkati kursi. Toh kursi di cafe ini tidak seberat itu.

Setelah selesei membereskan Cafe ia melirik jam didinding , pukul 12 lewat 30 menit. Sudah sangat malam , bahkan hampir menuju pagi. Jujur ia sudah sangat lelah karena hampir tidak beristirahat selama seharian ini, rasanya ia benar-benar ingin pulang dan menemui kasur tercinta, memeluk gulingnya dengan penuh kasih sampai jam 8 pagi esok hari dan memulai lagi paginya dengan rutinitas yang sama seperti biasanya. Kevin mematikan lampu cafe, hingga benar-benar gelap baru ia mengunci cafe itu dari luar lalu memasukkan lagi kuncinya kedalam saku celananya. Tangannya mengeratkan jaket hitamnya yang sudah terpasang untuk lebih rapat lagi melindungi badannya dari angin malam yang lumayan kencang malam ini. Ia sedikit mengusap lengannya dengan reflek karena masih merasakan dinginnya angin menerpa badannya.

Tap...tap..

Ia mendengar suara langkah kaki tepat dibelakangnya, mengikutinya, dan Kevin meningkatkan kewaspadaannya karena daerah ini memang rawan sekali aksi kejahatan. Walaupun begitu, ia tetap berjalan dengan tenang, hingga langkah kaki ini semakin mendekat, reflek Kevin membalikkan badannya hendak menyerang duluan dengan berencana memukul bagian tubuh si penjahat itu, hingga kemudian...

"BAHAHAHA muka kamu hahahahaha takut yaa?"

Kevin cengo beberapa detik, lalu diturunkannya tangannya yang sempat melayang karena hendak memukul orang yang beberapa menit yang lalu dikiranya penjahat.

Semuanya Untukmu | MarVin FajRiWhere stories live. Discover now