ADA YANG TIDAK BIASA

845 50 16
                                    

WARNING 18 ++

WARNIIINGG 18 +++

Tok..tok

Hening

Tangannya kembali terarah dan diketukkan pada pintu pelan, mengetuk pintu yang tertutup rapat itu dengan sabar dan berulang.

Tok...Ceklek...

Pintu itu terbuka, dan pria yang lebih tinggi itu sedikit terkejut mendapati tamunya, ia menghela napas pelan lalu meremas rambutnya.

"Maaf Ian, Aa lupa jemput kamu..."

Tidak ada respon tapi ia langsung masuk kedalam , lalu meletakkan bungkusan diatas meja makan. Rian hanya menggelengkan-gelengkan kepala saat netranya mendapati ruangan ini tidak layak ditempati oleh manusia, lebih mirip kandang sapi. Bahkan mungkin kandang sapi pun lebih bersih karena ada yang membersihkannya setiap pagi.

Apa dirinya harus menjadi pembersih kandang sapi juga setiap berkunjung kesini?

"Maaf juga berantakan" Rian hanya menatap malas pada pria tinggi didepannya kini.

Sekali lagi karena terlalu malas untuk mengeluarkan suara berharganya, Rian dengan cekatan membuang beberapa bungkusan snack dan kulit kacang dimeja makan, mengelap meja makan sembari netranya melirik wastafel yang penuh dengan piring kotor laknat milik Fajar Alfian tentunya, siapa lagi.

"Aa bakal cuci ini , gausah repot repot kamu kan bukan pembantu Aa"

Seolah tidak menghiraukan ucapan Fajar, pria manis itu tetap menyentuh piring-piring kotor di wastafel dan mencucinya. Fajar hanya menggaruk-garukkan kepalanya bingung, "Ian, Aa bantu ya" dan ia mulai meletakkan piring dan gelas bersih itu kedalam rak. Mengekori Rian yang mulai menyentuh barang-barangnya yang berserakan dan melakukannya juga, menatanya rapi ditempatnya kemudian merapikan tempat tidurnya yang ah astaga ada celana dalam kotor diatas ranjang. Kedua mata nyalang Rian seketika membuat Fajar menciut lalu dengan tanpa disuruh segera membuang celana dalam kotor laknat itu beserta semuanya yang kotor di bak cucian, sementara Rian masih berkutat dengan merapikan selimut serta menata bantal dan guling, merapikan sepreinya yang acak adul.

Fajar menyenderkan badannya ditembok sembari memandangi pria manis itu lalu tersenyum tipis

"Ian, nikah hayu?"

"Emoh"

"KOK EMOH SIH ??"

"Yo emoh , siapa juga yang mau sama manusia yang mirip sapi, eh sapi kandangnya masih rapi sih, ini udah parah, jadi wedhus"

"AA WEDHUS MAKSUDNYA?"

Rian hanya menganggukkan kepalanya santai setelah selesei membereskan 'kandang wedhus' lalu berlalu pergi menuju meja makan dengan Fajar yang mengekorinya dibelakang dengan muka yang sosoan dibuat ngambek yang membuat Rian menatapnya geli. Tidak penting untuk memperdulikan ambekkan Fajar, dibukanya bungkusan yang dibawanya tadi lalu mengambil satu sendok dan diberikannya pada Fajar.

"Waaah nasi goreng. Ian yang buat ya?"

"Enggak. Tadi beli di warung nasgor. Cepet makan lalu kita berangkat kerja, tadi mau bolos kan Aa?"

Pria yang lebih tinggi itu duduk dikursi dan melahap makanannya, menghindari pertanyaan itu, lalu Rian menghembuskan nafasnya pelan melihat Fajar yang bungkam dengan dalih memakan makanannya. Ia tau tanpa dijelaskannya pun, kalau kekasihnya ini sedang dirundung masalah yang bukan masalah biasa sampai berencana bolos. Bukan Fajar sekali. Pasti masalahnya berhubungan dengan kejadian kemarin. Ia tidak akan memaksa Fajar bercerita, jadi Rian hanya diam saja dan mengikuti Fajar masuk kedalam mobil lalu mereka berdua berangkat kerja. Fajar akan bercerita , hanya saja mungkin belum saatnya, dan dirinya hanya bisa menunggu itu.

Semuanya Untukmu | MarVin FajRiWhere stories live. Discover now