Aku juga tau soal kamu dengan dia

610 47 9
                                    

PREV CHAP

Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Apa dia merasa bersalah?

Marcus tidak suka, ini membuatnya sesak.

.

.

Oke, mungkin dia sedang tidak enak badan. Ingatkan dirinya untuk membeli obat di apotek nanti.

"Kamu siapa? Temannya Karen?"

Suara itu membuyarkan lamunan Marcus, sedikit tersentak kaget namun pria bermata sipit itu segera menormalkannya kembali dan tersenyum tipis.

"Saya teman Kevin om."

"Oh, begitu. Kenapa nggak masuk aja? jangan diluar, banyak nyamuk."

Dan saat itupulah Kevin sudah keluar dari dalam dengan mata yang sedikit membengkak, Marcus tau Kevin pasti habis menangis.

"Loh, sudah mau pulang kalian?"

"Malam om, iyanih, sudah terlalu larut. Ohiya kenalin ini...bos dikantor saya."

Marcus pun menyalami pria paruh baya didepannya sopan sembari tersenyum memperkenalkan diri "Marcus, Om."

"Dirgantara, papanya Karen. Loh katanya temen kamu, kok sekarang jadi bos?"

"Bos yang menjadi teman, Om. Hehe" jawaban Marcus membuat dahi pria paruh baya itu mengernyit bingung.

"Pulang dulu ya Om. Selamat malam" pamit Kevin diikuti Marcus dan kemudian berjalan menjauh hingga tidak terlihat lagi karena berbelok ke lorong.

"Bos ya? Kenapa seorang bos mau nemenin Kevin sampai kesini" gumam pria paruh baya itu lalu mulai memasuki kamar sang anak.

Sementara itu didalam mobil, pria manis itu hanya terdiam sepanjang perjalanan sembari melihat samping kirinya. Seolah suasana jalanan yang paling menarik baginya, lalu menghembuskan nafasnya pelan. Marcus juga diam sambil sesekali melirik pria manis disebelahnya, ia tidak tau harus bagaimana walaupun ia sangat tau suasana hatinya sedang tidak baik. Dirinya tidak pandai menghibur, tapi ia sangat khawatir melihat pria manis itu yang terlihat tidak sedang baik-baik saja.

Jadi, ia harus bagaimana?

Dipinggir jalan hampir sampai dikos-kossan Kevin ia melihat minimarket, lalu mulai menepikan mobilnya. Pria manis itu akhirnya menoleh padanya, melihatnya heran seolah bertanya, kenapa berhenti?

"Err tiba tiba saya pengen es krim. Kamu mau?"

"Es krim?" kening pria manis itu menyatu lalu terlihat berpikir sebentar dan mengangguk.

Mereka berduapun turun dari mobil dan mencari masuk kedalam minimarket lalu mengambil es krim. Marcus mengambil rasa pisang sedangkan Kevin mengambil rasa vanilla, kemudian dibayar oleh Marcus ketika sampai dikasir. Kini keduanya duduk didalam mobil sambil menjilati eskrimnya masing-masing, Marcus tersenyum ketika melirik kearah pria yang duduk disebelahnya, dia tampak sangat menikmati eskrimnya. Baguslah, semoga saja ini mengubah suasana hati Kevin.

"Kamu suka es krim ya?"

"Suka. Kalau dibayarin. Hahaha"

Marcus ikutan tersenyum lebar, telinganya menyukai suara tawa pria manis itu, matanya suka melihat Kevin tertawa lebar seperti ini. Ia menyukai apapun yang ada pada dirinya. Tapi ia benci jika melihat mata bulat itu membengkak karena menangis, mata indahnya tidak seharusnya dibiarkan terlalu sering untuk mengeluarkan air mata.

"Vin, saya mau minta satu hal sama kamu"

"Hah, Minta apa? Minta pembayaran es krim ini? Wah kirain gratis. Tidak taunya disuruh bayar hih"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Semuanya Untukmu | MarVin FajRiWhere stories live. Discover now