Ini lanjutan yang kemarin oke..
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, pelajaran hari ini telah usai. Seperti biasanya laksana air bah yang menerjang pesisir pantai, seluruh siswa keluar berbarengan. Kami pun langsung beres beres kelas. Kami berempat tidak langsung pulang ke rumah, soalnya selalu menyempatkan nongkrong di pinggir lapangan. Menatap adik kelas anggota oganisasi masing masing, yang sedang latihan ataupun berkumpul untuk bersenda gurau. Satu tahun yang lalu kami berada di posisi mereka. Setiap tongkrongan, kami tidak selalu membahas sang hantu pelajar melainkan tentang SMA mana yang akan kami tuju. Semester satu pun kami sudah di beri motivasi oleh guru pembimbing untuk memilih SMA sesuai keinginan diri sendiri.
Memang dari setiap pembicaraan, kami selalu membahas SMA favorit masing masing. Enggan membahas sedikit pun tentang hantu pelajar. Namun berbalik keadaan, di dalam pikiranku sedang terjadi pertempuran antara bahasan SMA dan UN. Si UN terus melawan, dia berpendapat bahwa dirinya lah yang lebih penting untuk di bahas daripada SMA favorit. Tetapi kata sang hati memisahkan, kalian memang penting untuk dibahas kita harus bersabar, akan tiba waktunya semua akan dibahas. Ini semua bukan salah kalian melainkan ulah dari si mulut yang selalu berdusta dia selalu mengabaikan perkataanku, egonya terlalu berat.
Tepat pukul 16.00 kami pun meninggalkan area sekolah. Aku tiba di rumah pukul 16.15, telat lima menit karena angkotnya ngetem. Tas sekolah ku lemparkan sembarang di atas kasur kamarku. Lekas bergegas untuk mandi. Ibu telah mempersiapkan makan sore di meja. Selepas mandi aku langsung memakai baju serba pendek. Sebelum makan, aku mematung melihat lembayung senja di depan jendela kamar. Semburat oranye bercampur merah terhampar luas di langit berbanding terbalik saat pagi hari tadi. Aku hanya mematung tak bisa berkata kata. Hati kecil ku bekata Masya Allah. Inikah ciptaan tuhan yang tak bisa dibuat manusia kalaupun bisa, itu sangat mustahil. Senja hari ini aku masih putih biru. Apakah di senja yang berbulan bulan akan datang aku sudah putih abu di negeri orang? Aku harus bisa i can do it.
Sejak saat itu aku menyukai sang senja. Dia penyejuk pikiran bagiku bahkan sang mulut yang selalu berdusta setiap saat, dia mendengarkan apa yang dikatakan sang hati sampai menyebut Masya Allah. Dikala pikirkan ku terganggu oleh pertempuran pertempuran dan tanpa terduga sang senja datang memisahkan semuanya. Dan setiap senja datang pertempuran akan terhenti dengan sendirinya.
Suara adzan subuh terdengar, pertanda pagi mulai datang. Dengan muka yang masih silau dengan lampu, aku berjalan menuju kamar mandi membasuh muka lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat selesai, suara ayam berkokok yang silih besahutan mengiringi aku ketika memanjatkan doa doa.
Pagi ini sangat dingin sekali sampai menusuk tulang tulangku. Langit yang masih agak gelap mulai terbungkus kabut. Pepohonan yang berdiri tegap serta di selimuti embun, sedang menunggu sang surya datang. Aku melepaskan sarung dan peci yang masih melekat di tubuh lalu bergegas mengambil handuk. Beberapa menit kemudian aku sudah rapih memakai seragam batik SMP. Ku tengok ke dapur ibu masih menanak nasi, pertanda aku harus sarapan dengan si putih bercetak bi nenah lagi.
Jam menunjukan pukul 07.00 bel berbunyi seluruh siswa/i sudah berkumpul dilapang membawa sajadah masing masing. Hari ini hari Rabu dimana jam pertama seluruh warga SMP melaksanakan sholat dhuha di lapang. Terkecuali untuk kaum hawa yang berhalangan tidak diperkenankan mengikuti.
Selepas sholat Dhuha seluruh siswa/i pergi ke kelas masing masing. Aku tiba di kelas berbarengan dekan Kiki, Adin dan Raka. Sesampai di meja Adin bertanya.
"Zi kamu kenapa melamun terus dari tadi"
aku tak sadar dengan pertanyaan Adin dan hanya diam membisu memikirkan antara SMA favorit dengan UN. Sungguh memusingkan. Pertanda bahwa pertempuran di pikiranku sudah mulai memanas kembali. Tak banyak yang kulakukan karena ini masalah baru bagiku. Adin mulai menepuk menepuk bahuku.
" plakkk..plakkk..plakkk...zii..Firziii...!!!"
Aku tersadar.
" Eh iya ada apa?"
Raka pun langsung memperjelas apa yang telah terjadi.
" Tadi kamu ditanya sama adin, tapi kamu nya malah melamun diam membisu seprti patung saja, kamu kenapa? Apa yang telah terjadi? Cerita dong sama kita kita!!"
Aku enggan menjawab, karena mereka tidak akan pernah menyelesaikannya. Hanya sang senja yang bisa menenangkan pertempuran ini. Mereka tidak akan mengerti kecuali sang senja. Dia penyejuk pertempuran ini.
Jam 07.45, kegiatan belajar mengajar mulai dimulai. Pelajaran pertama adalah pelajaran Mr.Hang. Beliau adalah guru bahasa inggris kelas 9. Aku suka pelajarannya. Apalagi kalau kata motivasi motivasi nya keluar. Dorongannya sangat kuat untuk mengubah sikap siswa/i nya ke arah yang lebih baik. Kalimat yang sangat legend dari beliau adalah you can do it..you can do it... Never give up. Selain guru dimata aku beliau adalah sang motivator.
