MASALAH

233K 7.7K 85
                                    

Ini adalah hari keempat Bianca bekerja di perusahaan SANJAYA GROUP, baginya bekerja sebagai sekretaris Elino adalah hal yang menyenangkan. Bukan karena atasannya adalah seorang yang tampan, namun lebih karena CEO muda itu tidaklah rewel dan banyak memerintah. Elino adalah atasan yang pengertian.

  Bagi Bianca sosok Elino sangatlah kharismatik, tak hanya memiliki wajatlh yang rupawan, namun Elino juga memiliki tingkat kecerdasan yang menggagumkan. Sudah empat hari ini Bianca bekerja dengan Elino dan dirinya begitu kagum dengan cara kerja pria berusia 25 tahun itu. Kerja Elino begitu cekatan, rapih, dan tepat sasaran. Ide-ide yang Elino miliki untuk bisnis nya selalu segar dan baru, dan Bianca tak heran jika pria itu dapat sukses diusia muda. Tekad dan semangat Elino patut diacungi jempol.

      "Bianca tolong ambilkan beberapa dokumen penting yang harus aku tanda tangani." perintah pertama Elino dihari ini. Bianca yang sedang menyusun jadwal meeting sang bos pun mengganguk patuh. Dengan segera diambilkan nya apa yang Elino butuhkan.

   "Thanks." Ujar Elino tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya. Satu lagi kebiasaan Elino yang Bianca mulai tahu, jika atasannya itu sudah mulai bekerja, tak ada waktu lagi bagi Elino untuk bercanda apalagi mengalihkan pandangan selain dari pada dokumen dan laptop dihadapannya.
Satu jam, dua jam, ruangan Elino terdengar sepi, tak ada perintah apapun lagi, hanya bunyi keyboard yang beradu dengan jemari pengisi suara diruangan besar itulah yang Bianca dengar dari luar ruangan. Sungguh suasana tenang yang menunjang pekerjaan lebih fokus dan cepat terselesaikan. Sampai sesuatu pun hadir.
Suara langkah kaki bersepatu heels terdengar mendekat dari arah lorong, Bianca mengerutkan keningnya. Sepengetahuan nya, Elino tak punya janji temu dengan siapapun hari ini, lalu siapa yang datang itu? Karena hanya orang-orang penting, petinggi-petinggi perusahaan dan kolega saja lah yang bisa menginjakan kaki dilantai dua belas ini.
Belum sampai Bianca selesai dengan pikirannya, pertanyaan dalam otak cantiknya itu terjawab sudah saat Nyonyah Caty melangkahkan kakinya dengan anggun di lorong perusahaan. 
Bagai disambar petir di siang bolong, tubuh Bianca mendadak menegang.
Double shit! Kenapa nyonyah besar satu ini harus datang kemari? Bianca meruntuk dalam hati, bagaimanpun alarm dalam diri Bianca mulai berdering. Ini, bukan, situasi, yang, baik!
Berbeda 180° dengan Bianca, nyonyah Caty malah tampak begitu senang karena dapat berjumpa dengan gadis yang tidak lain dan tidak bukan akan menjadi calon menantunya. Ia mempercepat langkahnya, dan menghampiri Bianca dengan wajah riang gembira.

"Ya ampun, calon mantu mami ada disini, halo Bee, kamu lagi apa sayang, dikantor Elino pagi-pagi gini?" Tanya Nyonyah Caty ramah, gestur tubuh nya begitu luwes, seakan-akan dirinya sudah sangat lama menggenal sosok Bianca saja.
Bianca hanya bisa tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa. Dirinya benar-benar takut salah bicara.
"Sa-saya sedang..."
"Bi ini ada bebe... rapa... loh mami? Mami kok ada disini?" Secara tiba-tiba bagai malaikat penyelamat, Elino muncul dari dalam ruangannya, dan berjengit kaget saat dilihatnya sang sekretaris tengah berinteraksi dengan maminya.
Nyonyah Caty mendekati Elino dan mengecup sayang pipi sang putra.
"Apa kabar dear? Mami kesini niatnya mau ajak kamu ketemu Bianca dan ajak dia makan siang. Eh, nggak taunya malah ketemu disini. Bianca kok pagi-pagi sudah disini si sayang? Ada apa emang, Elino pasti yang suruh kamu kesini pagi-pagi gini ya buat bawain dia sarapan?" Ujar Nyonyah Caty senang, kini perhatian nya kembali tertuju pada Bianca yang tadi sempat bisa bernafas lega.

Dicecar pertanyaan lagi, Bianca kembali berdiri kaku. Beberapa kali Ia bertukar pandangan dengan Elino dan meminta bantuan bosnya itu untuk menjawab segala pertanyaan yang nyonyah Caty ajukan. Bianca tak mau ambil resiko salah bicara, ini situasi yang begitu sulit dan mereka harus berhati-hati saat menghadapi wanita cantik dihadapan mereka ini, salah bicara sedikit saja bisa rusak segala sandiwara.

"Hm, iya, Bianca ada dikantor aku mih, dia, dia.. dia aku rekrut sebagai sekretaris aku sekarang, karena aku pingin dia selalu ada di dekat aku mih. Jadi, mungkin untuk kedepannya mami akan sering liat dia dikantor aku, hehe." Jawab Elino kikuk.
"Wah, bagus dong kalo gitu. Mami setuju, setuju banget kalo Bianca jadi sekretaris kamu. Tapi kok kenapa meja Bee diluar, No. Kenapa gak di dalam aja bareng sama kamu, kan kalian jadi lebih dekat nanti." Cuit nyonyah Caty mengomentari.
Elino mendengus, selalu saja maminya itu jadi tukang atur dalam segala hal. Dan Elino sangat benci itu.
"Ya nanti bakal aku pindahin meja Bianca ke dalam." Jawab Elino mempersingkat obrolan, saat ini dirinya betul-betul sibuk, dan dia ingin maminya itu segera hengkang dari kantornya agar tak menggangu konsentrasinya lagi.
Oh God, please! Elino hanya ingin tenang saat bekerja saja, didalam setumpuk laporan menunggunya!

Wedding ConspiracyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang