Jarum jam masih saja menusuk
permukaan diantara hati yang sepi
Sebuah niscaya bahwa setiap luka
Mampu terobati hanya dengan memejamkan mataAku meraba-raba tulang rusukku sendiri
berharap separuh yang kau bawa dapat ku ambil lagi
Sebuah intuisi melebur bersama ambisi
Aku berada di persimpangan
antara jalan berduri warna-warni
dan setapak menokrom sunyi
yang ujungnya tak dapat ku prediksiCepat atau lambat roda pasti berputar
Tapi bagaimana jika sebenarnya kita adalah pusat edar
yang tepat di tengah
yang tak akan menyentuh tanah

KAMU SEDANG MEMBACA
Puisiku
PoesíaTak mungkin kutulis puisi terbaikku disini, karena puisi terbaik hanya untukmu