-Nadine's POV-
Lagi dan lagi, namanya dibicarakan oleh guru di kelas. Aku memalingkan wajahku ke arah dirinya yang terduduk di sudut belakang ruang kelas. Dirinya tampak sangat tenang seolah tak ada suatu persoalan yang bersangkutan dengannya. Lalu kedua bola mata hitamnya bertemu dengan milikku. Aku memberikan senyuman ke arahnya tetapi ia tidak membalasnya.
Jam pelajaran telah usai. Semua murid berhamburan keluar kelas kecuali aku. Aku menemukan sosok dirinya masih terdiam dalam posisi duduk, menungguku untuk menghampirinya.
"Ini yang terakhir, Mike. Ini yang terakhir. Jangan lakukan lagi," ucapku. Ia tertawa lalu berdiri dan memakai varsity miliknya. "Nad, mau ikut denganku?" tanyanya. "Kemana?" Aku kembali bertanya. "Kemana saja! Terserah kakiku ingin berjalan kemana!" jawabnya lalu menggemblok tas ransel hitam dan berjalan meninggalkanku. "Tunggu!" Aku pun mengikutinya.
Ia pergi ke sebuah gang buntu yang kosong. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya lalu mulai memyemprotkan benda yang dikeluarkannya tadi ke arah tembok.
"Mike, itu kan bangunan orang. Jangan asal memilok!" ucapku mengingatkan. Ia tidak menggubris perkataanku. Ia memilok tembok bangunan orang lain sedangkan aku hanya duduk di pinggir jalan mengamatinya.
"Nad.. Nadine...," panggilnya. Aku menengok lalu menjawab perkataannya, "Apa?" Ia lalu berhenti memilok. Ia membalikkan tubuhnya lalu berjalan mendekatiku. Ia duduk di sampingku lalu mengeluarkan satu kotak rokok dari tasnya. Ia mengambil satu batang rokok lalu menyulutkannya dengan api. Aku hanya mengamatinya. Mengamati dirinya menghisap rokok tersebut lalu menghembuskan asapnya. Aku langsung memakai masker karena aku tak suka dengan asapnya.
Mike melihatku. Tatapannya berbeda. Ada kesedihan di sana, tepat pada kedua bola mata hitamnya. "Kenapa kamu masih saja betah dekat denganku?" tanyanya.
Aku mengamati luka lebam yang ada di wajahnya. "Sudah kau obati lukamu?" tanyaku. "Kenapa kau tetap berada di sampingku, Nadine?" tanyanya kembali.
"Aku tidak pantas untukmu. Kamu itu gadis baik-baik. Sedangkan aku? Orang yang bodoh, pembangkang, kasar, sering berkelahi, dan Nadine, satu kali lagi aku melanggar aturan, aku akan dikeluarkan dari sekolah." ucapnya.
Aku hanya mendengarkan karena aku tahu dia akan berkata lebih banyak lagi.
"Aku suka merusak bangunan, mengotorinya, membuat pemiliknya marah, itu aku, Nadine. Mengapa kamu tetap mencintaiku? Aku tidak seharusnya menyatakan perasaanku padamu kala itu," lanjutnya.
Aku hanya menggeleng dan membuka masker yang menutupi hidung dan mulutku. Aku hendak menjawab tapi dia terus melanjutkan perkataannya.
"Mengapa kamu masih saja mau ikut denganku ketika kamu sudah tahu kalau aku akan pergi memilok tembok orang, berjalan entah kemana, merokok, atau duduk terdiam pada tanah lapang? Mengapa? Padahal kamu tidak suka aku berbuat seperti itu. Kamu membenci asap rokok. Dan kamu mau mengikuti kemana pun aku pergi padahal itu menyita waktu belajarmu. Seperti sekarang ini." Ia berhenti untuk menghisap rokoknya kembali.
"Nadine, seisi sekolah telah membenciku. Mengapa kamu tidak? Ketika semua orang menghakimi atas kesalahanku, kenapa kamu tetap ada di sampingku? Apakah karena kamu takut aku akan marah jika kamu menyudahi semuanya? Aku tidak akan marah padamu, Nadine," ucapnya kembali.
Nadanya lembut, tidak seperti saat ia berbicara kepada orang lain. Itulah Mike yang asli. Itu Mike yang sesungguhnya, yang tidak diketahui orang lain.
"Nad, mengapa kau tidak menjawabnya?" Ia menatapku kembali.
Aku menghela napas. Bagaimana aku menjelaskannya? Bagaimana caraku menjelaskan bahwa yang dia butuhkan adalah cinta? Ketika di rumah ia tidak mendapatkan cinta sama sekali bahkan hanya mendapatkan suara bising akibat pertengkaran orang tuanya. Bagaimana caraku menjelaskan bahwa yang dia butuhkan adalah kasih sayang dan perhatian? Ketika dia merasa terabaikan di dalam rumah dan itu yang membuat dirinya menjadi resah dan membangkang.
Bagaimana caraku menjelaskan bahwa dia adalah lelaki yang lembut tetapi berubah hanya karena keluarganya yang hancur? Bagaimana caraku menjelaskan bahwa aku menemani setiap langkahnya karena aku peduli padanya? Ya, aku peduli. Karena aku tahu dia tidak seburuk apa yang orang lain pikirkan. Dia seperti ini karena suatu hal yang membentuk dirinya. Dan aku ingin mengubah dirinya karena aku mencintainya.
"Mau aku antar pulang?" Ia kembali bertanya. Aku menggeleng dengan segera. Aku bangkit dari dudukku dan menarik tangannya. "Antar aku ke karnaval!" pintaku. "Ini sudah sore. Kau harus pulang. Orang tuamu kan cukup tegas dalam hal waktu," ucapnya. "Ah tidak apa-apa. Ayo!" Aku menariknya. Kubuang rokok yang ia hisap lalu aku tersenyum.
"Kau semakin terlihat tampan jika tidak merokok. Aku bersumpah," ucapku sambil melambungkan dua jari ke udara. Tangannya meraih kepalaku dan mengelus rambutku dengan perlahan. Inilah Mike yang sesungguhnya. Ia adalah sosok yang lembut. Ia hanya haus akan cinta dan perhatian.
•a.a.d
12/12/2017, 06.17AM
#12LettresAA
#Nichael12Lettres
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine dan Michael (Series)
RomanceKamu benar, Nadine. Yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita menghabiskan waktu dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk menjadi yang terbaik agar dapat mengukir kenangan yang indah pada hidup seseorang. Dan kamu telah melakukan hal itu...