01. Pagi Deras

112 15 5
                                    


Seoul, 9 Maret 2018.

     Saat ini masih musim semi dan hujan cukup sering mengguyur kotaku; Seoul. Tetapi untuk pagi ini hujan belum menginjakkan kakinya ke bumi. Karena matahari bersinar cukup cerah, kurasa hujan tak akan turun.

     Aku mengayuh sepeda dengan santai dan sesekali menghirup udara segar. Dengan sebuah benda yang menyumbat telingaku dan mengeluarkan melodi, hal ini membuatku bernyanyi.

     Melewati jalanan yang cukup sepi dan melihat sekeliling. Aku cukup senang karena mungkin hari ini tidak akan turun hujan. Ya, karena aku tidak menyukainya.

     Untuk apa menyukai butiran air yang jatuh. Sama sekali tak berguna. Bukankah air itu akan menyusahkan kita?

     Hujan bisa membasahi tubuh yang sebelumnya kering. Tapi aku sering melihat beberapa orang yang cukup menyukai hujan, bahkan mereka bisa disebut seorang yang maniak hujan. Kurasa mereka tidak menggunakan pikiran mereka, untuk apa membiarkan diri dibasahi oleh air langit.

🎼Geogin areumdapji motan naega nal bogo isseo. (Di sana, aku tidak begitu indah melihat diriku)

     Lagu ini berakhir dan mungkin 200 meter lagi aku akan sampai. Aku melihat beberapa orang menuruni bus dan berjalan menuju arah yang sama denganku.

     Dengan samar aku mendengarkan suara gemuruh. Perlahan awan kelabu menutup langit yang semula biru. Rintik hujan sangat cepat menyentuh tubuhku dan hujan yang deras pun berbondong-bondong jatuh. Aku mengayuh pedal sepeda untuk menghindari hantaman air ini.

Oh ya, bukankah aku sedang mengenakan earphone?

     Aku mulai melepas earphone yang menyumbat telingaku dengan terburu-buru lalu menyimpannya; earphone dalam ransel, meskipun aku sedang berkendara.

     Kulihat bangunan abu-abu yang berdiri kokoh di depanku. Kurasa aku tiba di tempat tujuan. Semua mengenakan baju yang sama sepertiku juga berlarian menuju gedung ini. Ada beberapa yang berjalan cukup santai dengan payungnya.

     Aku meletakkan sepeda kayuh-ku di halaman samping dan bergegas meninggalkannya karena kelas akan dimulai. Aku berjalan dengan tergesa-gesa dan sesekali meniup pakaian yang basah.

"Bukankah tadi matahari sangat terik? aish!" aku menyialkan hari ini.

     Berjalan melalui lorong dan melihat sekeliling. Aku merasakan sebuah tangan tengah bertengger di pundakku.

»
Jangan lupa menekan bintang setelah membaca. Terimakasih.

(to be continued.)

YOU'RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang