05. Apa Yang Ku Lakukan?

37 8 0
                                    

Aku mulai memegangi sepeda ku yang saat ini tengah ia naiki. Ia terlihat cukup senang. Dengan malam yang cukup cerah, kita berdua berada di bawahnya.

"Apa yang harus kulakukan selanjutnya?" ia bertanya dan melihat kaki-kakinya yang tidak cukup sampai menyentuh tanah.

"Kau harus mengayuhnya,"

"Aku tidak yakin kau akan bisa," ujarku dengan tetap menjaga keseimbangan sepeda ku yang mulai bergetar karena Ji Ah hanya mengayuhnya dengan sangat perlahan.

"Tidak, tidak mungkin. Aku akan menunjukkan padamu Oppa," ia berkata sembari mengarahkan pandangannya kedepan.

"Oppa, aku akan menghitung sampai tiga lalu lepaskan peganganmu dari sepeda ini, oke?" seperti pemimpin, ia sedang memberi aba-aba.

"Oke," dengan spontan aku menyanggupi permintaannya.

"1.. 2... 3,"

Aku melepaskan peganganku dengan perlahan dan melihatnya yang dengan cepat melaju kedepan, lebih tepatnya sedikit serong ke kanan. Aku cukup takut melihatnya yang sedikit berteriak. Aku yakin pada hitungan ketiga, ia akan jatuh.

"Aaaaaa...." teriaknya dengan cukup kencang.

"Hana... d..du aish," ternyata dugaanku salah. Aku berhenti pada hitungan pertama.

Hal ini membuatku berlari dengan cepat menghampirinya yang ternyata sudah berada pada kubangan air hujan dengan posisi duduk setengah terbujur.

"Ji Ah!" ujarku sembari berlari.

"Gwenchanha? neo gwenchanha?" dengan sedikit berjongkok aku mengulurkan tanganku kepadanya.

"A..aku b..aik-baik s..saja." ia berkata dengan suara yang terdengar sedikit bergetar. Ku rasa ia merasa ketakutan.

"Ireona! pegang tanganku,"

Ia hanya tetap duduk dengan tatapannya yang kosong. Aku melihatnya dan tetap mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri.

"Hei, bangunlah! pengang tanganku," ujarku yang direspon olehnya. Aku melihat pakaian yang ia kenakan saat ini menjadi basah dengan beberapa noda.

Aku mengangkat sepedaku yang jatuh dan kembali menuntunnya. Aku melihat ada sedikit goresan pada bagian samping kanan. Lalu aku melihat ke arah Ji Ah yang hanya terdiam seribu bahasa.

"Kau mau kembali ke rumahku untuk berganti pakaian?" tanyaku.

"Ji Ah-ya!?"

"Ji Ah, kau menangis? uljima! apa itu tadi menyakitkan? mana yang terluka?" tanyaku dan sedikit membungkukkan badanku karena aku lebih tinggi darinya.

"hiks.. appo." ujarnya dengan sesegukan yang terdengar.

"Berhenti menangis? katakan bagian mana yang terluka?" aku kembali bertanya.

"hiks.. appo." ia hanya menjawabnya dengan kata sakit.

"Sudahlah. Kau mau mengganti pakaian mu dirumahku tidak?" aku kembali menawarinya. Kali ini tidak ada jawaban.

"Hei, ku bilang hentikan. Berhentilah menangis." aku mengahapus air mata yang membasahi pipinya. Aku berusaha untuk membuatnya tidak menagis. Tiba-tiba terlintas di benakku sebuah ide yang bisa dibilang cukup bagus. Aku menghentikan langkahku, sepedaku, dan diikuti olehnya.

"Ji Ah, berhentilah."

"Ji Ah-ya, naega jinjja chuwa..."

"ㅋㅋㅋ.. O..oppa-ya berhentilah, itu menggelikan!" ujarnya dengan tawa renyah yang ia tunjukkan.

"Aish, Ya Tuhan! aku tidak percaya aku melakukan ini, aaaa..." aku berteriak tak percaya dengan sedikit tertawa dan mengacak rambutku.

"Haha.. aku lebih tidak percaya daripada dirimu sendiri." ujarnya dengan menyeka air yang keluar dari matanya.

"Ji Ah, kau menangis lagi? aegyeo yang ku lakukan masih tidak cukup?" tanyaku dan memperhatikan kedua matanya.

"Tidak, aku menangis karena tertawa," jawabnya.

Kita kembali berjalan dan aku terus menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Aku masih tidak percaya dengan diriku. Kita terus melangkah tanpa ada lagi sepatah kata yang terdengar hingga kita sampai.

"Akhirnya, Oppa kau tidak ingin mampir sebentar?" ia bertanya dengan menunjuk rumahnya dengan ibu jarinya.

"Ah, tidak perlu."

"Tidak apa, aku akan membuatkan minuman untukmu, ayo!" ia kembali menawariku.

"Tidak, masuklah dan bersihkan dirimu, arraseo?" aku menolak tawarannya.

"Haha.. tentu saja."

"Baiklah aku pulang." aku memutar balik arah sepedaku dan bersiap mengayuhnya.

"Berhati-hatilah, Jalja!" ujarnya sembari melambaikan kedua tangannya ke arahku, dan aku membalasnya dengan tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU'RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang