Kanaya Agni Permata, terpampang jelas di Nametag Seragam gadis itu. Berjalan di belakang seorang lelaki paruh baya, dengan langkah gugup dan gemetar di koridor itu ia berusaha memotivasi diri sendiri dan menghilangkan semua pikiran negatifnya.
Sampailah ia di sebuah ruangan bertuliskan 'Ruang Kepala Sekolah'. "Silahkan masuk dek, bapaknya ada kok di dalam"ucap pria paruh baya itu memecah ketegangan gadis itu."Terimakasih pak", jawab gadis itu dengan senyum yang tak sengaja menampakkan lesung pipinya namun sedikit dipaksakan karena perasaan tak keruan nya sejak tadi.
"Bismillah" ucapnya dengan pelan, berharap hatinya terasa lebih tenang.
"Permisi?" Ucapnya lagi dengan perasaan lebih tenang dari sebelumnya. "Ya, silahkan masuk. Oh ini tho yang lagi kecil suka main sepeda sampai magrib? Sudah besar kamu ya, makin cantik saja. Ayo duduk nak" seorang pria duduk di kursi kerja nya. "Hehehe iya om, eh maksudnya pak."jawab gadis itu sedikit malu karena salah pengucapan. Ia lupa bahwa sekarang sedang berada di sekolah. Maklum saja, Kanaya selalu memanggilnya dengan kata Om pada pria yang dulu sering sekali mampir ke rumahnya ketika ia masih kecil yang terakhir kali ia lihat saat pemakaman papanya, siapa lagi kalau bukan teman Almarhum papa nya. Ya dia merupakan Kepala sekolah di SMA Wijaya, sekolah baru Kanaya. Dan hari ini merupakan hari pertamanya menjadi siswa baru SMA Wijaya. "Hehehe santai aja, gak apa apa kok manggil om juga. Kamu udh om anggap seperti keponakan om sendiri." Kekeh pria itu melihat tingkah Kanaya yang gugup tadi."Enggak ah, manggil bapak aja, Kan om eh bapak, kepala sekolahnya", ujar gadis itu masih dengan kata yang salah. "Hehehe yasudah terserah kamu", pria itu masih terkekeh dengan tingkah Kanaya. "Nah kan sekarang Kanaya sudah kelas 11, dan peraturan disini kelas 11 itu waktunya memilih jurusan mata pelajaran yang kebetulan akan diadakan besok, jadi untuk hari ini Kanaya cuma daftar ulang aja kok dan itu pun sudah di urus sama orang bapak, jadi sekarang Kanaya boleh pulang dan jangan lupa persiapkan diri untuk besok tes penjurusan ya." Papar pak Hildan membuka topik asli.
"Oh iya pak, terimakasih. Kalau begitu Naya pamit ya pak", tersenyum dan telah merasa jelas dengan penjelasan singkat tadi, serta pamit dan mencium tangan pak Hildan. "Sekalian pulang, Kanaya boleh kok lihat lihat dulu suasana disini, mungkin agak berbeda dengan Bandung tapi semoga Naya betah ya?",Sambung pria itu lagi. "Iya pak, Assalamualaikum",gadis itu mengiyakan dan pamit.
Keluar dari ruangan itu dengan nafas lega, Kanaya menyalahkan diri sendiri tentang pikiran negatifnya tadi "tuh kan apa aku bilang om Hildan masih kayak dulu, masih jadi manusia baik dan tidak sombong kalau kata papa mah cuma nambah tua aja hihihi", ucapnya lega.
Setelah keluar dari area ruang Kepsek, gadis itu memutuskan untuk berkeliling sebentar melihat-lihat suasana sekolah baru nya SMA Wijaya. Saat itu siswa siswi sedang berada di dalam kelas, membersihkan kelas mereka yang ditinggal satu bulan lebih kemarin, ya hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah bagi siswa siswi kelas 11 dan 12, sedangkan siswa siswi tahun ajaran baru akan masuk pada pekan depan.
Selesai berkeliling ia akhirnya memutuskan untuk pulang, saat berjalan menuju gerbang depan, ia berjalan dengan wajah tertunduk karena merasa risi dilihat oleh beberapa siswa yang hilir mudik. Siapa lagi kalau bukan anak-anak nakal yang bukannya membantu teman kelasnya membersihkan kelas malah nongkrong tak jelas. Meskipun begitu pandangan Kanaya tetap fokus ke sepasang sepatunya, berjalan tertunduk.
Brakkk.....!!!!
"Aduh", rintih Kanaya setengah kaget. Tanpa sengaja ada seseorang yang menabraknya. "Maaf", ucapnya tanpa rasa bersalah pada Kanaya. Orang itu bukannya membantu Kanaya bangkit malah meninggalkan Kanaya dengan ekspresi Watados . Kanaya tak menggubris, setelah bangkit dari jatuhnya Kanaya membersihkan belakang rok nya yang sedikit kotor. "Heuhhhh dasar orang Jakarta moralnya udah pada luntur sih ga ada sopan sopan nya kayak orang Bandung!", Tukasnya setelah itu.Kanaya akhirnya memulai kembali perjalanan extream nya, apalagi kalau bukan pulang ke rumah nya? Maklum saja, Kanaya baru genap satu Minggu tinggal di kota besar ini dan ia masih takut dengan kata TERSESAT sejak tadi pagi hingga sekarang. ia pun berjalan menuju halte bus. Sembari menunggu No bus yang akan mengahantarkannya pada ibunya, terlintas sekilas di benaknya 'Siapa yang tadi menabrak ku?' desisnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionNaya, gadis polos yang belum pernah mengenal cinta. Lugu adalah ciri khasnya. Tak pernah ada yang menyangka bahkan dirinya sendiri. ia akan jatuh hati pada seorang yang bisa dikategorikan terlalu jauh untuk digapai oleh seorang Naya. Yang notabene n...