Pagi ini langit sangat cerah, burung-burung mulai menari dan berkicau riang diatas langit biru yang membentang luas, tampak bersemangat menyambut hari cerah secerah harapan.Namun beda halnya dengan anak-anak sekolah lebih tepatnya siswa SMA Wijaya, karena Senin merupakan hal yang sangat melelahkan. Ya bagaimana tidak? Ini merupakan awal tahun pelajaran, dan pasti saja yang menjadi pembina upacaranya adalah pak Ahmad, guru killer pelajaran Sejarah yang mengajar kelas dua belas. Mengingat ia merangkap pula sebagai Wakasek kurikulum. Jika di sekolah lain yang menjadi pembuka awal tahun pelajaran adalah kepala Sekolah, beda halnya dengan SMA Wijaya yang punya aturan sendiri. Kepala sekolah akan kebagian jadwal menyampaikan pidato pembina upacara pada akhir bulan sebagai evaluasi kegiatan sebulan tersebut. Masuk akal sih. Tapi masalahnya.....
Sekarang adalah hari pertama diadakannya MPLS untuk siswa siswi baru SMA Wijaya. Kepala sekolah pastinya akan menyambut dengan beberapa sambutan. Alamat~
Naya berjalan dengan semangat, berharap mendapat teman baru yang benar benar bisa menjadi teman. Ia berjalan dengan langkah riang tanpa beban, melupakan sejenak hal yang ada di kepalanya kemarin. Karena menurutnya ini adalah harinya untuk mencari teman baru
Ia berjalan menyusuri koridor. melihat setiap plang yang bertuliskan kelas di pojok ambang pintu tiap kelas. Hingga sampailah ia di sebuah ruang kelas yang nampak baru bertuliskan XI IPS 1 (sosial one). Ya itulah kelas Naya, kelas yang sebenarnya berat sekali ia jalani dengan setengah hati.
Ia menarik nafas panjang dan masuk ke dalam kelas yang sudah berisikan beberapa siswa siswi. Naya memilih duduk di bangku paling pojok depan dekat pintu. Ya itu merupakan kebiasaannya sejak SD. Bahkan ia pernah dijuluki penunggu pintu kelas oleh temannya dulu di Bandung .
Sepuluh menit berlalu....
Seorang gadis berlari-lari menuju kelas Naya. Dan terjatuh tepat di depan pintu. Sontak Naya berdiri dan membantunya bangun dari jatuhnya.
Saat gadis itu berdiri, ia menatap sekitar. Menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas tersebut. Dan? Tidak ada bangku kosong selain bangku sebelah Naya.
Naya yang seolah paham, langsung menawarkan gadis tersebut untuk duduk bersamanya "udah gausah bingung, duduk sama aku aja yaa" lembut Naya.
"E..e... Enggak usah aku duduk dipojok aja. Nanti yang dipojok duduk sama kamu" gadis itu terlihat gugup. Gadis yang berada dipojok belakang menyahuti dengan keras ketika mendengar percakapan Naya "enak aja Lo! Males banget gue ngalah sama kacung!"ucapnya sakartis. Naya tertegun. Ia tau kalau ucapan itu bukan untuknya, namun untuk gadis disebelahnya. Tapi ia merasa sesak. Entah kenapa tapi ia betul-betul kesal. Namun ia menahannya. Karena ia ingat statusnya disini sebagai apa.
"Udah gapapa duduk sama aku aja ya, ayok"Naya tak menggubris ucapan sakartis gadis dipojok sana, dan mengajak gadis yang terjatuh tadi untuk duduk bersamanya. Saat keduanya telah duduk, gadis yang diajak Naya tertunduk kepalanya. Naya merasa canggung dan akhirnya memulai topik agar suasana lebih adem "Emmmm, kenalin. Kanaya Agni Permata murid baru pindahan dari Bandung" ucapnya menjulurkan tangannya. "Eh, kenalin Keisha ava Kurnia" ucap gadis itu mulai ceria.
Naya tak menggubris ekspresi wajah gadis bernama Keisya dengan awal ia masuk dan sekarang.
"Okee, salam kenal Keisha"senyum Naya dengan lesung pipi diwajahnya. "Panggil Echa aja Kanaya"ucapnya mulai friendly. "Okedeh Echa, btw panggil Naya aja yaaa hehehehe", Naya merespon Echa dengan bersemangat.
"Okesip, oh iya Lo udah tau seluruh kawasan sekolah kita?, Yuk gue ajak keliling sekolah ini sebagai awal perkenalan kita hehehehe" Echa nampak sangat friendly dengan kata 'lo gue' nya. Naya sedikit heran namun tetap tak menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionNaya, gadis polos yang belum pernah mengenal cinta. Lugu adalah ciri khasnya. Tak pernah ada yang menyangka bahkan dirinya sendiri. ia akan jatuh hati pada seorang yang bisa dikategorikan terlalu jauh untuk digapai oleh seorang Naya. Yang notabene n...