Chapter 2

54 15 1
                                    

Rose tak mampu menjawab karna sibuk berpikir. Apa yang harus ia korbankan untuk membayar hutangnya dan adiknya.

Tidak mungkin ia membayar hutang dengan sisa tabungan dari mom dan dad. Sedangkan itu adalah sisa peninggalan harta dari mom dan dad selain kebun.

'apakah aku harus menjual kebun? Kebun kan cuma 1,5 ha.. apa cukup?' ucap Rose monolog dalam hati.
"kak! Kakak, kenapa melamun?" ucap Setta berhasil membangunkan Rose dari lamunannya.

"ah maaf, bisa kau tunggu sampai besok, aku perlu memikirkannya" ucapnya pada si pria nan sangar tadi.
"tak perlu banyak pikir, serahkan surat rumahmu sekarang juga!! Atau salah satu dari kalian akan jadi budak bos ku!" ucap si pria sangar tak berperasaan.

Lagi-lagi Rose dan Setta dibuat kaget bukan main. 'astaga.. Bila rumah ini kuberikan, maka aku benar-benar tidak lagi bisa pulang ke desa ini, dan kenangan keluargaku benar-benar akan lenyap. Tapi apabila salah satu dari aku dan Setta harus jadi korbannya, dan.. tidak itu tidak akan terjadi'

Lagi-lagi Rose melamun didepan pintu. "Hoi! Hoi! Sudah berhutang masi sanggup melamun!! Lancang sekali kau! Apa kau tak tau kata menunggu hah?!" ucap si pria sangar tadi sambil mendorong Rose, dan langsung ditangkap Setta.

Setta yang kaget dan Rose hanya meringis melihat betapa kasarnya pria itu. "Cih! Wanita memang lamban sekali! Baiklah jika itu mau mu, aku akan kembali besok jam 7.30 pagi. Ingat itu! Kalau tidak?! Kau pikirkan apa akibatnya!!" ucapnya lagi kasar lalu berlalu.

Setta yang masih memegang badan Rose terisak. "kakak.. Bagaimana ini bisa terjadi pada kita? Apa yang harus kita lakukan?" ucap Setta tak sanggup membendung air dimatanya.

Rose yang kembali bangun dari lamunannya segera menatap mata sang adik dan meraih pipi nya yang basah karna air matanya.

"Setta, kau harus kuat.. Putri seorang Roberto si petani anggur tak boleh lemah.. Kita jalani sama-sama, kamu belum sendirian.. Masih ada kakak okey?" ucap Rose lembut menenangkan adiknya.

"aku ga mau kehilangan kakak.. Aku belum siap untuk hidup sendirian" tangis Setta makin menjadi.

"eeh, kamu ga boleh ngomong kaya gitu. Setta si princess nya dad harus tetap anggun dan kuat.. Ya?" ucap Rose yang akhirnya membuat Setta tenang.

"iya.. Kakak princess nya mom juga harus kuat ya? Aku ga akan ninggalin kakak" ucap Setta sendu sambil mengusap air matanya sendiri.

"iya sayang, kaka ga akan kemana-mana, sekarang kita masuk dan mengemas barang untuk besok"

Memang benar, mereka juga akan segera pergi ke salah satu Universitas di Paris, dengan beasiswa.
.
Setelah merapikan pakaian, entah kenapa Rose tidak juga mengantuk. Dan ia pun mendapatkan ide cemerlang untuk kabur besok pagi.
.
Malam pun berganti pagi, Rose segera membangunkan Setta tepat pukul 06.00 a.m. Dan mengatakan rencananya. Mereka berkemas sesegera mungkin.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 a.m. Mereka pun tiba di terminal.
.
Tok tok tok!

"Rose! Setta! Aku tau kalian masih di dalam, cepat keluar!" ucap pria sangar yang semalam, tapi kali ini membawa 2 orang bodyguard lainnya.
Tak jua mendapatkan jawaban, ia pun tak sabaran dan ingin mendobrak pintu rumah. Akan tetapi ada seorang petani, yang lewat dan memberitahukan kalau Rose dan Setta sudah pergi dari tadi pagi.

Amarah si pria sangar tadi sudah diujung puncak. Ia muak dan segera memerintahkan 2 bodyguard nya tadi untuk segera pergi ke terminal.
.
Ternyata, keberangkatan menuju Paris itu jam 07.30 a.m. Rose dan Setta terpaksa menunggu di lobby dengan kurang nyaman. Takut mereka dikejar sampai kesini.
.
Saat menaiki mobil, jam sudah menunjukkan pukul 07.27 a.m. 3 menit sebelum sopir memijakkan kaki diatas pedal gasnya.
.
"hei! Apa bus pertama pemberangkatan ke Paris sudah berangkat?!" teriak salah satu bodyguards pada seorang penjaga di terminal. "akan segera berangkat" ucapnya singkat saja.

"aarghh! Kita hampir telat! Ayo cepat kejar!" ucapnya pada satu rekannya lagi. "nah itu bus nya!!"

Dan tanpa mengulur waktu, mereka berdua langsung masuk kedalam bus. Dan langsung mencari keberadaan Rose dan Setta.
.
Tangan Rose dan Setta saling bergenggaman erat. Tak ada satupun dari gadis itu yang ingin berpisah, karna sudah selalu bersama. Setta yang mulai tenang dan menyenderkan kepalanya pada sang kakak.
.
Baru saja sebuah senyuman akan mengembang di bibir Setta. Ia langsung dikagetkan dengan Rose yang tiba-tiba berdiri, karna melihat 2 orang yang sepertinya ingin membunuh mereka.
.
"hei gadis manis! Keberuntungan ada ditanganku! Hahaha!"
.
.
.

Rose & Setta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang