BAGIAN DUA

110 18 3
                                    

Tettttt ... Tetttt ...

Bel telah berbunyi waktu jam istirahat sudah abis. Syasa dan Nisa bergegas menuju kelasnya yang terletak paling ujung lantai 2.

Saat mereka memasuki kelas tiba-tiba saja langkah kaki mereka berhenti setelah ada seorang cowok yang seperti nya Nisa mengenalinya. Tanpa sungkan Nisa langsung bertanya.

"Lo bukannya Wahyu temannya Riki ya?" tanyanya secepat kilat.

"Iyaa" laki-laki itu hanya menjawab singkat.

Setelah mendengar jawaban dari cowok itu,kemudian mereka melanjutkan langkahnya menuju kedalam kelas.

"Sya lo tau ga? Cowok tadi tuh dulu mantan gebetannya Sri. Tapi mereka ga sampai pacaran sih".

Syasa hanya berOh ria dan tidak terlalu menghiraukannya.

Syasa langsung duduk di bangkunya dan memainkan handphone nya.
Kebetulan Syasa duduk di barisan belakang yang dekat dengan tembok,hingga Syasa leluasa merebahkan badannya pada dinding tembok.

Tiba tiba ada kepala yang menongol dari balik jendela. Syasa sangat kaget dan tersentak begitu mendongak ke atas dan mengetahui orang yang ada di balik jendela itu. Orang itu adalah Riki teman SMP Syasa yg sungguh sangat mengesalkan.

"Woy sembarangan aja tuh pala lo nongol di jendela bikin gue kaget aja setan kali lo" teriak Syasa dengan nada sedikit tinggi membuat Riki pun bergidik ngeri setelah mendengar suara Syasa.

"Lah biasa aja kali ngomongnya gausah pake urat" ujar Riki kesal dengan Syasa.

Karena Syasa merupakan cewek yang cantik dan pintar tapi mengapa dia memiliki sifat yang begitu galak dan judes.

"Bodoamat lagian setau gua ya kalau ngomong tuh pake mulut bukan pake urat" Syasa tidak mau kalah menjawab cowok itu.

Riki pun mendengus kesal karena Syasa. "Terserah lo deh ya lagian gue kesini bukan mau debat sama lo. Tapi gue mau cari temen gue".

Riki pun mengalah dan langsung memanggil temannya itu dari jendela membuat Syasa semakin murka rasanya dia ingin sekali menonjok muka Riki sampai babak belur tapi apa boleh buat Syasa lemah dan tak berdaya.

"Woy Yu sini keluar" teriak Riki pada seseorang yang ada di dalam kelas Syasa.

Wahyu duduk di barisan paling belakang dan paling pojok.

Syasa menoleh ke arah orang yang dipanggil Riki "Itukan cowok yang tadi Nisa bilang. Oh ternyata dia temenannya si Riki boleh juga sih lumayan ganteng. Eh tapi ko gua baru sadar ya sekelas sama itu cowok" Syasa dalam batinnya.

***

Sore hari dengan udara yang sedikit sejuk membuat Syasa memutuskan untuk bertemu dengan kekasih hatinya yang sangat ia rindukan. Karena akhir akhir ini mereka sangat sulit untuk bertemu, karena kesibukan masing-masing.

Walaupun keduanya sering bertemu setiap hari tapi rasanya itu saja tidak cukup kalau hanya berpapasan muka saja. Ya memang Syasa dan Radit bertetangga mereka satu komplek. Dan kedua orang tua mereka sangat akrab,tak heran jika keduanya sudah di izinkan berpacaran.

Sore ini Syasa hanya memakai t-shirt dengan celana jeans panjang serta menguraikan rambutnya begitu saja dengan sedikit lip-bam di bibir mungilnya itu.

"Sempurna"ucapnya saat sudah menyeprotkan beberapa parfum ke bajunya.

Syasa berjalan menuju sebuah taman dekat kompleknya. Setelah sampai Syasa duduk di bangku panjang di bawah pohon.

Hanya menunggu beberapa menit tiba-tiba..

"Hai Ca" sapa seseorang.

Syasa sangat merindukan sang pemilik suara itu. Lalu Syasa menoleh ke belakang dan sudah di lihatnya Radit yang sedang berjalan ke arah Syasa.

"Maaf ya udah buat lo nunggu." Radit duduk di samping Syasa.

Radit menatap mata Syasa intens seperti ada ribuan kerinduan yang tergambar dalam matanya.

"Iyaa kebetulan gue juga baru sampe ko"jawab Syasa memberikan senyuman termanisnya.

"Oiya btw gimana sekolahnya?"Tanya Radit memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Ya sebenernya sih gue ga betah sekolah di situ" Syasa menghentikan bicaranya sejenak .. "abisnya bosen liat nya muka dia lagi, dia lagi. Butuh sesuatu yang baru gitu". Begitu lah Syasa selalu menceritakan apapun kepada Radit.

Sebenarnya Syasa tipe cewek yang tidak terlalu terbuka masalah perasaannya. Terkadang Syasa hanya bisa memendamnya sendiri tanpa perlu orang lain tahu. Karena Syasa yakin sebagian orang hanya ingin tahu tanpa perduli dengannya.

"Ga betah kenapa?bukannya dari dulu lo pengen banget jadi anak SMA? Terus kalau ada yang baru emang nya kenapa Ca?" Radit terus bertanya kepada Syasa.

Ada pirasat tidak enak saat Syasa mengatakan hal itu. Radit hanya takut Syasa berpaling hanya karena menemukan seseorang yang lebih menarik darinya.

"Ih bukan itu maksud gue. Tapi ya, gue udh males aja sekolah apalagi sekarang sekelas sama Nisa. Tau sendiri kan Nisa orangnya kaya gimana, gue tuh cuma takut kalau nanti...." Syasa terdiam enggan untuk melanjutkan ceritanya.

Radit memang tahu semua sahabat-sahabat Syasa. Syasa menunduk lesu, kemudian Radit menggenggam tangan Syasa lembut."Yaudah sabar aja dulu toh ini baru awal masuk sekolah 'kan'?" Radit mencoba memberikan pengertian kepada Syasa.

Begitu melihat Syasa yang kini sudah menyandarkan kepalanya di bahu Radit.

"Ca emang lu ga tertarik sama temen SMA lo?" Tanya Radit spontan karena ia masih penasaran dengan pernyataan Syasa sebelumnya.

Syasa mengangkat kepalanya dari bahu Radit kemudian menatap mata Radit dengan penuh arti. "Denger ya gue ga akan tertarik sama siapapun kecuali lo Dit. Karena lo yang udh ngajarin gue banyak hal." Syasa makin mengeratkan genggaman tangannya.

"Kan banyak Ca yang lebih dari gue"

"Iyah gue tahu. Tapi kalau gue ga tertarik gimana dong?" Kini Syasa mulai merasa percakapan nya kali ini mulai sensitif.

"Iyah deh gue percaya sama lo Ca." Radit mengelus rambut Syasa dengan lembut mencium aroma parfum Syasa yang kini menjadi favorit Radit.

"Jangan tinggalin gue lagi ya Ca, jangan pernah berubah. Kalau lu bosen sama gue bilang yaa jangan diam aja. Karna yang lebih menyakitkan itu saat gue tahu kalau hati lu udah pindah ke yang lain bukan buat gue lagi Ca. Lo cewek satu-satunya yang buat gue ga bisa berpaling dari lo. Dan lo yang paling istimewa Ca." Ujar Radit seraya mengecup dahi Syasa.

MY FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang