BAGIAN TUJUH

58 11 0
                                    

Setelah sampai di depan rumah, saat ingin membuka kenop pintu tiba-tiba langkahnya terhenti melihat sebuah buket bunga di atas meja depan teras rumahnya.

Sudah lama Syasa tidak mendapatkan bunga mawar dari Radit.

Syasa masuk ke dalam kamar dan di letakannya bunga itu di atas nakas yang berada di samping ranjang, ia membuka ponselnya dan menelpon Radit.

"Hallo Dit."

" .... "

"Makasih yaa buat bunganya gue suka banget."

" .... "

"Iyah bunga mawar merah yang lo taruh di atas meja depan teras. Pokoknya makasih banget ya Dit."

Tuuttttt...

Syasa langsung memutuskan panggilan telpon nya secara sepihak.

Radit bingung dengan pernyataan Syasa barusan, dia tidak mengirimkan bunga mawar ke rumah Syasa karena Radit kini berada di rumah temannya.

"Siapa yang mengirimkan Syasa bunga mawar?" Pikir Radit. Ia rasa ada seseorang yang menaruh bunga ke rumah Syasa, tapi kenapa orang tersebut tau jika Syasa sangat menyukai bunga mawar merah?

***

Hari ini adalah hari yang buruk bagi Syasa, dia membenci pelajar matematika, pelajaran yang paling membosankan membuat Syasa menguap berkali-kali akibat rumus-rumus yang bertebaran di depan papan tulis.

Syasa mencoret-coret bukunya, tak perduli sudah berapa banyak coretan yang ada di buku tulisnya itu.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Syasa hal itu membuat Syasa kesal karena di ganggu, Syasa melepaskan tangan itu secara halus.

"Apaan sih Del?" Tanya Syasa tak suka.

"Lo kenapa bukannya perhatiin guru di depan malah coret-coret buku ga jelas." Balas Della tegas.

"Gue ngantuk, tau sendiri kan matematika itu bikin gue ngantuk."

Syasa langsung menjatuhkan kepalanya tepat di atas meja yang beralaskan buku. Syasa seperti sudah tidak memiliki gairah hidup.

Ya meskipun Syasa pintar tapi dia tidak pintar dalam pelajaran matematika dia tidak pandai menghitung, Syasa lebih suka pelajaran seperti, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

"Yaudah, lo ke toilet terus cuci muka biar ga ngantuk." Della mengeluarkan ide cerdasnya.

Syasa langsung izin kepada pak Rahmat selaku guru matematika nya, dan berjalan menelusuri koridor selepas dari toilet, dia merasa lebih segar tidak seperti sebelumnya.

Tak sengaja ia lewat depan perpustakaan dan masuk kedalamnya. Niatnya ingin tidur di dalam perpustakaan, karena hanya di perpustakaan lah yang menyediakan tempat paling nyaman dan tenang saat jam pelajaran seperti ini, jadi sangat cocok untuk sekedar memejamkan mata.

Saat Syasa sudah mengambil alih-alih untuk memejamkan mata, Tiba-tiba Syasa mendengar suara langkah kaki seseorang.

Syasa membulatkan matanya setelah di lihatnya Musfiq yang berada di hadapannya sekarang.

"Ngapain di sini?" Ujarnya.

Syasa langsung menegakan badannya dan memperhatikan Musfiq dari bawah sampai atas "cukup sempurna" batinnya.

"Ehh... Ini gue.. mau baca buku." Alibi Syasa mengambil salah satu buku yang ada di rak dekatnya.

Musfiq duduk berhadapan dengan Syasa, tatapan matanya membuat Syasa terhipnotis, harum farfumnya seakan semerbak di hidung Syasa.

MY FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang