Luka akan membuat kita semakin dewasa.
Luka akan membuat kita semakin bijak dalam menghadapi masalah dan mengambil keputusan.***
"Apa semua ini Dan? Tolong jelaskan? Apa maksud dari gambar ini?" Dengan suara tersedu-sedu seorang gadis mencoba sekuat tenaga untuk berbicara dan menatap wajah kekasihnya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan.
"Vey, Dani mohon dengarkan penjelasan Dani dulu. Itu salah paham Vey. Dani gak ada apa-apa dengan Tiara"
"Jika tidak ada apa-apa, apa maksud gambar ini? Veya gak percaya Dani dan Tiara tega sama Veya. Tiara, apa salah Veya ke kamu? Apa salah Veya?" Veya dengan air mata yang semakin deras keluar dari mata indahnya mengguncang-guncang pundak Tiara, sahabatnya.
"Veya, maafin Tiara. Tiara gak bermaksud..." Tiara dengan menunduk dan perasaan menyesal mencoba menjelasakan kepada Veya, namun sebelum selesai menjawab sudah dipotong terlebih dahulu oleh Veya
"Tidak bermaksud apa Tia? Apa salah Veya ke kamu?" Dengan suara isakan yang semakin kencang membuat siapapun yang melihat pasti akan merasa kasihan kepada gadis tersebut.
"Terimakasih ya Dan sudah mau jadi pacar Veya selama 2 tahun, maaf jika Veya terkadang bikin Dani kesal. Tiara, terimakasih juga buat persahabatannya selama 4 tahun. Mungkin hubungan kita dan persahabatan kita berhenti sampai sini" dengan suara yang parau dan gemetar gadis ini berhasil mengucapkan kata yang begitu panjang.
Dengan tangis yang belum reda, dengan langkah kaki yang semakin lemas, Veya berlari meninggalkan mantan kekasih dan mantan sahabatnya keluar cafe.
***
Sudah satu minggu sejak kejadian di cafe kemarin, Veya sama sekali tidak keluar rumah bahkan tidak berangkat ke sekolah."Veya, ada apa sih sayang? Kenapa kamu tidak mau berangkat sekolah? Sudah satu minggu kamu mengurung diri" Heri, papa Veya membuka kamar dan duduk di sebelah ranjang putri satu-satunya.
"Veya tidak kenapa-napa kok pa" dengan memaksakan diri untuk tersenyum kepada papanya.
"Jujur sama papa sayang, ada apa sebenarnya?" Heri masih memperhatikan putri sematawayangnya yang matanya sudah menghitam akibat seringnya menangis.
Dengan suara gemetar dan air mata yang mulai keluar dari kedua matanya, Veya menatap dan memeluk papanya.
"Pa, Veya boleh minta sesuatu ke papa?" Veya masih dengan isakan dan memeluk papanya mencoba berbicara.
"Apa sayang? Veya minta apa?" Ucap Heri sambil mengelus puncak kepala Veya.
Masih dengan tangisan dalam dekapan papanya, Veya menarik napas dan mencoba berbicara "Veya mau pindah sekolah pa, Veya mau kelas 11 ini pindah sekolah"
Heri yang semula mengusap kepala putrinya langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik putrinua yang masih menangis dengan menundukkan kepala.
"Kamu mau pindah kemana sayang? Kenapa tiba-tiba mau pindah sekolah? Kurang 2 minggu lagi kamu ujian kenaikan kelas loh sayang" dengan wajah yang serius dan iba melihat putri kesayangannya yang sudah kacau entah karena apa.
"Veya mau pindah...." dengan suara terputus dengan isakan tangis Veya memberhentikan ucapannya, ia masih menunduk dan sesekali menghapus air matanya dengan tangan.
"Veya mau pindah ke Kediri pa, Veya mau ikut mama. Bukan karena Veya tidak sayang sama papa, tapi Veya gak sanggup tetap di kota ini pa" jawab Veya dengan tangis yang semakin kencang.
"Tapi ujian kamu gimana sayang?"
"Veya akan tetap mengikuti ujian pa, tapi setelah selesai ujian Veya mau langsung ke Kediri dan mengurus kepindahan Veya"
"Baiklah sayang jika memang itu yang kamu mau, papa akan berbicara dengan mamamu" ucap Heri sambil memeluk kembali putrinya dan mengusap kepalanya "Sekarang kamu berhenti menangis, gak cantik lagi putri papa kalau nangis"
Sambil menghapus air matanya, Veya menatap papanya meski masih tersisa sedikit air mata di mata cantik gadis tersebut "Makasih pa, Veya janji dua bulan atau satu bulan sekali Veya akan kesini mengunjungi papa"
***
tbcIni cerita pertamaku, gak tau bakal gimana hasilnya. Iseng-iseng ngisi liburan kuliah sih :v
Maaf kalau penulisan kata-katanya masih belum rapi dan baik :(
Semoga dapat respon yang baik dari pembaca. Terimakasih :*Vote and comment ditunggu ya
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA
Teen FictionSejak awal aku mengenalmu dan mengagumimu. Aku sudah siap konsekuensi apa yang akan aku terima. Dengan perasaan yang semakin hari semakin bertambah, sedangkan kamu tak lebih menganggapku sebatas adik. Lantas pantaskah aku menuntut lebih?. -Veya Putr...