Crimson

4.7K 261 9
                                        

"Ini semua untukku?"

Hyesung sontak melonggo saat ayahnya mengangguk. Masalahnya, kimchi yang ayahnya buatkan sebulan yang lalu saja masih belum ia habiskan, dan saat ini ia mendapat sekotak besar kimchi buatan ayahnya.

Hyesung meneguk ludahnya, tak ingin mengomel apalagi menyuruh ayahnya membawa kembali kotak besar berisi kimchi tersebut.

"Hanya ini saja, kan? Kapan kau pulang?" tanya Hyesung memastikan. Ia menggambil dan memeluk kotak besar tersebut.

"Iya, hanya itu saja. Aku akan pulang saat ini juga. Aku hanya memberi beberapa data dan laporan penting ke sini."

"Kau ke kantor polisi di Seoul hanya untuk memberikan laporan?" tanya Hyesung jengkel.

Sedari dahulu, ia sangat sebal dan jengkel bila ayahnya melakukan sesuatu yang merepotkan ayahnya sendiri. Seperti saat ini contohnya.

"Kau tahu mengapa orang menemukan e-mail, bukan?"

Ayahnya hanya tersenyum, kemudian meraup wajah Hyesung dan mencium kening anak semata wayangnya tersebut.

"Jaga dirimu baik-baik."

Hyesung mengangguk, kemudian menatap kedua netra ayahnya yang terlihat lelah.

Mata lelah yang selalu memberi ketenangan dan kehangatan bagi Hyesung adalah mata ayahnya.

Ayah Hyesung adalah kepala polisi di kota asalnya, maka itu ia memang salah satu orang yang harus mengurus hal-hal penting dan menyebabkan ia jarang tidur sejak Hyesung masih berumur 12 tahun.

"Kau naik kereta jam 9?" tanya Hyesung yang memang tahu bahwa akan ada kereta yang menuju ke kampung halamannya setiap hari pada jam 9 malam.

Ayahnya lagi-lagi mengangguk, "Aku tak ingin dan tak akan memanjakanmu. Jadi, angkat kakimu dari sini, cepat kembali ke apartemenmu dengan selamat."

Tegas dan kasar. Dua sifat yang dahulu Hyesung benci tetapi ia sukai sekarang. Ia sadar bahwa bila tak ada kedua sifat ayahnya tersebut, ia tak akan berada di Seoul dan mendapat beasiswa sebagai mahasiswi fakultas hukum di universitasnya.

"Aku pulang. Jangan lupa minum vitaminmu dan kabari aku saat kau sudah tiba di rumah."

Ayahnya mengangguk, kemudian melambaikan tangan ke arah Hyesung yang juga sedang melambaikan tangannya ke arah pria tersebut.

Setelah ke luar dari kantor polisi, Hyesung berjalan sambil memeluk kotak kimchi tersebut.

Ia seharusnya pergi ke halte dan naik bus untuk pulang ke apartemennya, tetapi ia ingin berjalan sembari menikmati udara Kota Seoul di awal musim semi ini.

Dua blok sebelum ia tiba di apartemen miliknya yang ia sewa menggunakan sebagian uang ayahnya dan sebagian uang miliknya, ia mendengar suara rintihan.

"Dowajuseyo." Suara itu terdengar lemah dan sangat teramat kecil.

Hyesung otomatis menghentikan langkahnya saat mendengar suara tersebut.

Jantungnya mulai berdetak kencang. Perasaan takut dan gugup menyelimuti dirinya seketika.

Ia melirik sekitar, berusaha menemukan sesuatu.

"Mungkin aku hanya salah dengar," gumam Hyesung saat ia tak dapat lagi mendengar rintihan tersebut.

Hyesung hendak kembali melanjutkan perjalanannya kembali ke apartemen sebelum ia kembali mendengar suara tersebut.

Hyesung yakin kali ini ia tak hanya berhalusinasi semata.

Perempuan itu kemudian memeluk erat kotak kimchinya dan mulai menengok ke arah kanan, kiri, dan belakangnya lagi.

Kali ini, ia melihat sesuatu. Lebih tepatnya, ia melihat sebuah bayangan di ujung jalan setapak pada gang kecil di sebelah kirinya.

Hyesung mengambil ponselnya yang ada di saku belakang jeansnya, kemudian menyalakan flashlight agar ia dapat melihat dengan jelas.

Hyesung mulai membalikkan badan ke gang kecil tersebut dan berjalan mendekati bayangan misterius itu.

"Tolong."

Hyesung memperlebar langkahnya selagi jantungnya semakin berdetak tak terkendali.

Hyesung memang suka menonton film horror, tetapi ia belum siap untuk mengalaminya secara langsung.

Saat tinggal beberapa langkah dari bayangan misterius tersebut, hyesung semakin memeluk erat kotak kimchi menggunakan lengan kiri dan ponsel di tangan kanannya.

"Astaga!" pekik Hyesung kencang bersamaan dengan lengannya kirinya yang tiba-tiba lemas karena apa yang baru ia lihat.

Kotak kimchi tersebut jatuh ke aspal, tetapi tak pecah maupun retak sedikitpun. Tetapi bukan itu yang Hyesung takutkan dan khawatirkan saat ini

Karena saat ini, di depannya ada sesuatu yang lebih menyeramkan dari ayahnya yang mungkin akan memarahinya bila tahu bahwa kimchinya dijatuhkan begitu saja.

Hyesung berjalan mendekat ke arah laki-laki yang sedang terduduk di atas aspal sambil bersender ke pagar tembok rumah yang tak Hyesung ketahui penghuninya.

Hyesung menatap orang tersebut dengan takut dan ngeri.

Bukan karena ia tak mengenal orang tersebut, tetapi itu semua karena orang itu dipenuhi oleh darah yang mengering.

Bajunya, rambutnya, wajahnya, dan bahkan sekujur tangannya pun penuh dengan darah.

Tetapi setelah Hyesung perhatikan lebih lama lagi, semua darah tersebut bukan berasal dari tubuhnya, melainkan seperti seseorang yang menuangkan ember berisi darah pada pemuda tersebut.

"Kau tak apa?" tanya Hyesung sambil berjongkok di depan orang yang bersimbah darah tersebut.

Ia hanya terdiam sambil berusaha untuk tetap sadar.

Orang itu mengangkat tangannya dengan susah payah dan meraih pundak Hyesung.

"Tolong aku."





Who's excited?

Thankyou for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Love, Berryl

TWO TRUTHS AND A LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang