KC 1

444 25 2
                                    

Suatu ketika saat musim haji ada orang yang berteriak dengan lantang : "Tak ada yang boleh berfatwa selain Atho' Bin Abi Rabah". Hal ini juga dilakukan oleh para Khalifah Bani Umayyah, mereka memerintahkan petugasnya untuk mengumumkan pada musim haji, menunjukkan orang-orang kepada Mufti dan Imam Makkah. Agar mereka bisa menyampaikan pertanyaan-petanyaan dalam hal agama dan agar tak ada yang berfatwa selain Imam Makkah tersebut. Sebab beliau adalah Hujjah yang kuat yang tak layak disandingkan dengan yang lainnya, baik berbeda atau bertentangan. Sedangkan hujjah-hujjah hanya saling tampak dan bermiripan dalam hal makna.

Saat itu Atho' sedang menunggu Sholat di Masjidil Haram, lantas ada seorang lelaki mendekatinya seraya berkata : "Wahai Abu Muhammad, Engkau berfatwa sebagaimana seorang penyair berkata:

سَلِ الْمُفْتِيَ الْمَكِّيَّ : هَلْ فِيْ تَزَاوُرٍ وَضَمَّةِ مُشْتَاقِ الْفُؤَادِ جُنَاحُ؟
فَقَالَ : مَعَاذَ اللهِ أَنْ يَذْهَبَ التُّقَى تَــلَاصُقُ أَكْــبَــادٍ بِــهِــنَّ جِرَاحُ!

"Tanyakanlah pada Mufti Makkah : Apakah saling berkunjung dan menempelkan Sang Perindu hati adalah dosa? Maka ia berkata : Aku berlindung kepada Allah dari hilangnya ketakwaan (dosa), karena sesungguhnya menempelnya hati dengan hati akan menyebabkan dosa."

Lantas Syeikh (Atho') mengangkat kepalanya seraya berkata : Allah Aku tak berkata apapun tentang hal ini. Akan tetapi Sang Penyairlah yang merubah fatwa ini yang telah dihempaskan oleh Setan pada lisannya. Dan Aku sangat khawatir perkataan ini akan menyebar di tengah masyarakat. Apa bila besok waktunya sudah tiba, dan Aku sudah duduk di Majelisku, temui Aku, sebab Aku akan menyampaikan suatu hal (tentang cinta).

Kabar ini mulai tersebar bak kobaran api. Orang-orang akhirnya tahu bagwa Atho' akan menyampaikan materi tentang "Cinta". Mereka terheran-heran bagaimana Atho' mengerti tentang cinta atau bagaimana ia akan berbicara tentang cinta sedang selama 20 tahun lamanya ia hanya duduk di masjid. Ia sempat mengambil riwayat dari Aisyah Ummul Mukminin, Abu Hurairah sahabat Rasulullah saw dan Ibnu Abbas Sang Lautan Ilmu.

Sebagian di antara mereka berkata : "Orang ini (Atho') lebih banyak diam sepanjang waktunya, dan tidaklah ia berkata melainkan seolah-olah dikhayalkan pada orang-orang (yang mendengarnya) bahwa ia (ucapannya) diperkuat dengan Wahyu. Seolah-olah ia berbicara dengan Malaikat, mendengarkan (wahyu dari) mereka lantas menyampaikannya (kepada orang-orang di sekitarnya). Langit seolah-olah menurunkan wahyu kepada Bumi melalui lisannya tentang kesesatan yang menghampiri manusia dan diujinya mereka dengan wanita dan harta."

Esok harinya, masyarakat berbondong-bondong mendatangi masjid, hingga terkumpullah dari mereka perkumpulan yang besar. Abdurrahman Bin Abdullah Bin Ammar berkata : "Saat itu Aku masih muda dari sekian banyak pemuda Madinah, sedangkan dalam hatiku masih penuh dengan cinta dunia dan nafsu anak muda. Lantas Aku pergi bersama orang-orang (ke Masjidil Haram). Saat Aku tiba, Abu Muhammad (Atho') sedang berbicara. Aku belum pernah melihatnya sebelum ini. Lantas Aku menatap kepadanya, dia seperti gagak hitam di tengah majelisnya. Sebab dia adalah putra dari budak hitam yang bernama Barakah. Selain hitam ia juga picek, pesek, lumpuh tangannya, pincang, dan keriting rambutnya. Orang tak kan banyak berpikir tentang (rupa)nya. Hanya saja ketika Kau mendengarnya berbicara, maka Engkau akan menyangka kehitamannya - Demi Allah- seperti potongan malam yang dipenuhi dengan bintang-gemintang, sedangkan di sekitarnya Para Malaikat naik dan turun."

Kesucian Cinta (Kisah Cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qosh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang