KC 8

205 16 0
                                    

Sallamah : "Wahai Amirul Mukminin dia datang pada malam hari. Sedangkan tempat kami sepi, tak seorangpun kecuali hanya Aku dan dia saja. Aku bertahan dan berlalu, lantas bernyanyi untuknya dengan nyanyian terindah dan parau. Sang pencinta syair sangat senang dengan suaraku. Sang Zahid gembira dengan semampu ia bergembira, seperti anak kecil yang terlepas dari kekangan pengajarnya."

"Dia sama sekali tak menyakitiku, hanya saja dia menahan diri dalam kezuhudan. Seolah-olah Aku adalah ujian manusia yang ia berharap bisa mengalahkannya. Dia mencoba segenap tenaganya untuk mengalahkannya. Atau dia seolah melihatku hanya sebatas bayangan wanita di dalam cermin bukan wanita nyata yang tertarik padanya dengan segenap cinta, nafsu muda, kecantikan dan godaan. Atau mungkin baginya diriku seperti salah satu bidadari surga dalam khayalan orang yang akan mendapatkannya hingga kelak dia bisa mendapatkannya di surga. Sedangkan jarak antara bidadari dan lelaki tersebut sejauh dunia dan akhirat. Lantas Aku berupaya untuk memecahkan cermin itu agar dia melihat diriku bukan bayanganku. Aku berusaha dengan segenap godaan yang kumiliki agar membuatnya berlari kepadaku setiapkali dia berusaha lari dariku."

"Di saat Aku mengira telah memenuhi segenap pandangan, pendengaran dan nafasnya dan Aku telah berhasil meraih segenap raganya. Kusinari arus yang ada dalam darahnya lantas Aku mendorongnya perlahan demi perlahan. Lantas Aku berkata padanya : "Kekasihku, Engkau adalah sesuatu yang susah dimengerti. Engkau adalah sesuatu yang nampak terselubung jiwa manusia, lantas wanita mana yang akan mencintai baju seorang lelaki sedangkan baju tersebut tak ada penggunanya?"

"Demi Allah Aku melihatnya saat itu berputar-putar dalam pikirannya, sebagaimana Aku mengitari pikiranku dengan makna yang Aku mau. Lantas Aku mendekat kepadanya dan berkata : "Aku - Demi Allah - mencintaimu!"

Abdurrahman : "Akupun -Demi Allah, yang tiada tuhan selain-Nya (juga mencintaimu)"

Sallamah : "Aku ingin memeluk dan menciummu!"

Abdurrahman : "Aku -Demi Allah- (juga menginginkan hal itu)"

Sallamah : "Lantas apa yang mencegahmu? -Demi Allah- bukankah tempat ini sepi?"

Abdurrahman : "Aku dicegah oleh firman Allah swt [الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ] (Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain kecuali mereka yang bertakwa ) Aku takut kecintaanku padamu berubah menjadi permusuhan kita kelak pada hari Kiamat."
"Sungguh Aku telah melihat petunjuk Tuhanku, duhai kekasihku. Petunjuk itulah yang mencegahku menjadi keburukanmu dan menjadikanmu sebagai keburukanku. Andai kata Aku mencintai wanita, niscaya Aku akan menemukanmu pada setiap wanita. Akan tetapi Aku mencintai apa yang ada pada dirimu secara khusus. Yaitu hal yang tidak Aku mengerti tak pula dirimu. Yaitu maknamu wahai Sallamah bukan jasadmu."

***

"Kemudian Abdurrahman berdiri sambil menangis. Setelah itu ia tak pernah kembali wahai Amirul Mukminin, sama sekali tak kembali. Dia meninggalkanku dalam kesedihan dan teriakan air mata. Andai saja Aku tak pernah melakukannya, Andai saja Aku tak pernah melakukannya. Abdurrahman memandang bahwasaannya wanita di sebagian keadaannya menyingkap wajahnya untuk seorang lelaki, seolah-olah dia tak melepas hijabnya akan tetapi melepas bajunya."

[Selesai]

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Disadur dari Kitab "Wahyu Al-Qolam" Juz 1, Hal. 93-103, karya Mushtofa Shodiq Ar-Rofi'i. Cet. Maktabah Al-'Ashriyah - Beirut.
Catatan : Disebutkan dalam catatan kaki "Wahyu Al-Qolam" cetakan Dar Al-Qolam - Damascus; Bahwasannya riwayat kisah Abdullah Bin Jakfar Bin Abi Tholib tidaklah sahih.

Ditulis di Mukalla - Yaman, Sabtu 10 Jumadil Ula 1439 H/27 Januari 2018.

🎉 Kamu telah selesai membaca Kesucian Cinta (Kisah Cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qosh) 🎉
Kesucian Cinta (Kisah Cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qosh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang