KC 4

193 13 0
                                    

Abdurramah Bin Abdullah berkata pada temannya, Suhail Bin Abdurrahman : "Sejak saat itulah Aku selalu bersama Sang Imam (Atho'). Aku berusaha menyerupainya, berjalan di jalan yang ia tempuh dalam hal kezuhudan dan makrifat. Kemudian Aku kembali ke Madinah, di mana Aku telah menghafal sosok Sang Imam dalam hatiku sebagaimana Aku menghafal ucapannya. Lantas Aku menjadikan motoku di setiap gejolak nafsu adalah kalimat yang agung ini [رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ]. Sama sekali Aku tidak terjatuh dalam kubangan dosa, tak pula Aku mendekati sebuah maksiat, tak pula permintaan nafsu hingga saat ini membuatku lelah. Dan Aku berharap Allah senantiasa menjagaku di sisa (waktuku). Sesungguhnya kata ini bukanlah sekedar kata, kata ini seperti perintah dari langit yang Kau bawa, yang membuatmu selamat dari segala maksiat bumi. Tidaklah maksiat itu terbentang di hadapanmu. Seolah-olah Engkau memegang cincin Malaikat saat melalui maksiat tersebut."

Suhail berkata : "Maka sebab hal itulah orang-orang Madinah menjulukimu "Al-Qos" (Pendeta), lantaran ibadahmu, kezuhudanmu dan keberpalingamu dari wanita, dan hal itu telah dikatakan padamu -Demi Allah- wahai Abu Abdillah. Andai kata mereka berkata : "Tidaklah manusia ini (Al-Qos) melainkan malaikat", tentu mereka sangatlah benar."

***

Sallamah merupakan budak Suhail Bin Abdurrahman, dia adalah seorang penyanyi, cerdas, cerdik, cantik, menggoda, pandai bersyair dan membaca, ahli sejarah dan bicara, yang mana susah ditemukan pada seorang wanita terkumpul keindahan wajah, keindahan suara dan keindahan syairnya. Sallamah berkata: "Amirul Mukminin Yazid Bin Abdulmalik telah membeliku dengan harga dua puluh ribu Dinar (sepuluh ribu kantong emas). Yazid pernah berkata: "Tidaklah Aku sangat bahagia dari apa yang Aku dapatkan dari Khilafah ini hingga Aku membeli Sallamah," lantas ia berkata saat memilikiku : "Setelah ini Aku tak peduli dengan urusan dunia yang Ku lewatkan."

Sallamah berkata : "Tatkala Aku dihadapkan padanya, ia menyuruhku agar bernyanyi untuknya. Sedangkan Aku seperti orang yang tergila-gila akan cinta Abdurrahman Al-Qos, cinta yang lihat telah membelah hatiku, cinta di penghujung nafas terakhirku. Sehingga -Demi Allah- semua yang Aku hafal dari nada-nada nyanyian telah menghilang seperti tulisan yang terhapus dari sebuah papan dan Aku lupa terhadap Kholifah yang ada di hadapanku. Tidaklah Aku melihat melainkan hanya Abdurrahman dan duduknya ia saat memintaku agar bernyanyi untuknya dengan Syair yang ia gubah untukku, dan kataku kepadanya di hari itu : "Dengan penuh cinta dan penghormatan untuk wajahmu yang tampan." Lantas Aku meraih alat musik dan menyentuhnya dengan hatiku sebelum tanganku. Lantas Aku memainkannya seolah-olah Aku memainkan untuk Abdurrahman. Sungguh Aku merasakan akal yang telah memperdaya wanita yang jatuh cinta. Lantas Aku terdorong untuk bernyanyi dengan Syair kekasihku:

إِنَّ الَّتِيْ طَرَقَتْكَ بَيْنَ رَكَائِبٍ تَمْشِيْ بِمْزهَرِهَا وَأَنْتَ حَرَامُ
لِتَصِيْدَ قَلْبَكَ أَوْ جَزَاءَ مَوَدَّةٍ إِنَّ الرَّفِيْقَ لَهُ عَلَيْكَ ذِمَامُ
بَاتَتْ تُعَلِّلُنَا وَتَحْسَبُ أَنَّنَا فِيْ ذَاكَ أَيْقَاظُ وَنَحْنُ نِيَامُ

"Sesungguhnya (wanita) yang mengunjungimu pada malam hari di antara unta-unta berjalan dengan membawa alat musiknya sedangkan Engkau dalam keadaan Sholat. (Wanita) itu berharap memburu hatimu atau balasan cinta. Sesungguhnya kekasih adalah cacian bagimu. (Wanita) itu bermalam membuatku sakit, dia mengira di waktu itu Aku sedang terbangun, sedangkan Aku tertidur."

Kesucian Cinta (Kisah Cinta Sallamah & Abdurrahman Al-Qosh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang