Author POV
Dua puluh menit yang lalu....
Seokjin dan Hoseok masih sibuk membahas proposal. Lelaki Jung itu mendengarkan dengan seksama sambil mencatat apa saja yang dijelaskan oleh Seokjin di buku kecil kecil milkinya. Tiba-tiba Seokjin merasa sesak dibagian bawah tubuhnya.
"Hoseok, gue mau ke toilet. Kebelet nih."
"Iya, pergi sana."
Seokjin langsung melangkahkan kaki keluar untuk pergi ke toilet. Setelah selesai di toilet, ia kembali berjalan ke lab. Saat membuka pintu betapa kagetnya ia mendapati Hoseok, temannya sendiri, tewas di tempat dengan banyak darah yang keluar dari dadanya membuat Seokjin jatuh merosot ke lantai. Ia berusaha untuk bangkit meski terasa sulit. Ia berjalan ke arah mayat Hoseok dan menemukan pisau berlumuran darah diatas meja.
"Hoseok...."
Lirih Seokjin ketika melihat temannya itu sudah tidak bernyawa lagi.Seokjin semakin kaget saat seorang gadis membuka pintu laboratorium. Gadis itu masuk begitu saja ke dalam ruangan setelah menutup pintu. Menatap mayat Hoseok yang terbujur kaku dihadapannya.
"Serius. Gue gak bunuh dia. Sumpah! Gue gak tau apa-apa." Ujar Seokjin dan menjatuhkan pisau yang dipegangnya.
"Terus ngapain lo megang pisau itu?" Jisoo menatap tajam pada Seokjin membuat lelaki itu jadi gugup dan ia hanya bisa menghela napas.
"Jisoo, gue gak bohong. Gue sama sekali gak ada niat sejahat itu ke teman sendiri dan asal lo tau pas gue balik dari toilet dia udah gini. Sebelumnya, dia baik-baik aja."
Seokjin mengusap wajahnya frustasi.
"Demi apa Hoseok tiba-tiba jadi gini? Kalo ketahuan orang, gue bisa mati. Mereka pasti nuduh gue sebagai pelakunya.""Lo bukan pelakunya, Seokjin." Jisoo berjalan mendekati mayat Hoseok.
"Buktinya baju lo ngga keciprat darah. Kalo emang lo pelakunya seharusnya baju yang lo pake itu udah pasti ada bercak darahnya." Lanjut Jisoo."Baguslah karena emang bukan gue pelakunya jadi bisa langsung menghubungi polisi."
Jisoo menahan tangan Seokjin yang akan menelepon polisi.
"Eh, bentar dulu.""Kenapa?"
"Lo ngga bisa gegabah dengan langsung nelpon polisi gitu aja. Sebaiknya kita cari dulu pelakunya. Gue yakin si pembunuh itu ngga jauh dari kampus."
"Gimana caranya, Jisoo? Waktu kita gak banyak dan empat puluh menit lagi mahasiswa baru bakal kesini buat praktikum." Ucap Seokjin setelah ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan kirinya.
"Iya, Seokjin. Gue tau. Maka dari itu, kita gunain waktu selama empat puluh menit itu untuk menemukan pelakunya."
Lelaki itu diam sesaat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Jisoo.
"Lo yakin mau bantu gue?"Jisoo mengangguk cepat.
"Gue yakin kalo kita bekerja sama, kita bisa mengungkap pelakunya. Lo cuman harus percaya sama gue. Okay?""Oke."
"Ya udah kalo gitu. Cuci tangan lo dulu sana." Kata Jisoo dan entah apa yang terjadi pada Seokjin ia menuruti perintah gadis itu lalu pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya yang terkena darah.
Sementara Jisoo langsung melancarkan aksinya. Ia menutup gorden di seluruh ruangan itu. Kemudian memeriksa tubuh Hoseok yang terluka dan banyak mengeluarkan darah di sekitar bagian dada bidang Hoseok. Namun Jisoo menemukan hal lain yaitu luka sobek di bagian belakang kepala Hoseok yang membuatnya mengerutkan kening.
"Lo lagi ngapain?" Tanya Seokjin saat melihat Jisoo sedang memeriksa mayat temannya.
"Dia dibunuh dengan cara ditikam dari belakang pakai pisau terus bagian belakang kepalanya juga ada luka sobek. Itu berarti si pelaku membunuh Hoseok dengan cara diam-diam, mungkin Hoseok sendiri juga ngga tau kalo dia bakal dibunuh karena rencana si pelaku yang sudah tersusun rapi."
"Terus gimana caranya lo bisa tau kalo Hoseok dibunuh diam-diam?"
"Karena luka yang ada dibagian belakang kepalanya. Kalo pembunuh itu melakukannya dengan cara keterbalikan yang sebelumnya gue bilang tadi mungkin ngga bakalan ada luka di belakang kepala. Bisa aja luka itu ada dibagian kepala Hoseok yang lain. Oh iya, kita harus cepet nyari barang bukti!" Seru Jisoo.
Seokjin menepuk dahinya ketika ia baru saja teringat sesuatu.
"Astaga, gue lupa."
"Lupa apaan?"
"Handphone nya Hoseok. Sebelum kejadian tadi, dia naroh handphone nya diatas sini." Seokjin menunjuk meja yang ada didekatnya.
"Tapi malah gak ada."Lelaki itu langsung mengambil tas punggung milik Hoseok dan membongkar isinya. Tetapi nihil. Ia tidak menemukan benda itu.
"Apa jangan-jangan handphone Hoseok diambil sama pelaku itu?" Ujar Seokjin.
"Hm, iya. Benda itu adalah barang bukti juga maka kita harus mendapatkannya." Sahut Jisoo sembari menutupi mayat Hoseok dengan kain warna hitam yang diambilnya dari laci disalah satu meja laboratorium.
"Rencananya kayak gini, selama kita menyelidiki kasus ini kita ngga boleh selalu barengan." Lanjut Jisoo.
"Kenapa?"
"Biar ngga ketahuan orang dan kasus ini bisa kita selesaikan. Kalo sampai ada yang tau kan gawat. Semuanya jadi kacau entar."
"Bener juga sih. Jadi, sekarang apa yang harus gue lakuin?"
"Lo tunggu dibawah aja ya, Seokjin. Gue mau nanya dulu sama Jimin. Biasanya dia nongkrong dimana?"
"Di kantin."
"Ya udah, ntar kalo udah kelar gue chat lo."
"Oke, Jisoo."
Setelah Jisoo pergi keluar dari ruangan itu Seokjin juga ikut keluar untuk pergi ke lantai satu. Saat langkahnya menuruni tangga, ia terkejut melihat Namjoon yang berjalan dengan terburu-buru.
"Namjoon, katanya lo lagi sakit kok malah ada disini?"
"Soal itu gue udah sembuh." Namjoon mengusap tengkuknya sambil menundukkan kepala.
Ada hal yang terasa aneh bagi Seokjin ketika melihat lebam di wajah Namjoon dan luka disudut bibirnya.
"Kayak abis bekas ditampar." Batin Seokjin.
"Joon, kenapa-"
"Eh Seokjin, gue duluan ya. Mau konsul sama Ibu Seohyun."
Seokjin hanya diam melihat temannya itu pergi dengan langkah tergesa-gesa.
Maklum, anak genius nan rajin memang begitu. Pikir Seokjin.Ia kembali melanjutkan langkah menuruni anak tangga.
TO BE CONTINUED....
YongHoon11
18/01/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
The Veiled Purpose ✔
Mystery / Thriller'Enjoy your life' Itulah moto hidup seorang Kim Seokjin. Ia dikenal sebagai lelaki yang ramah dan baik. Semua orang juga mengetahuinya. Seokjin tidak mempunyai masalah apapun hingga suatu hari ia terjebak dalam kasus pembunuhan seorang temannya. Hal...