Kencan Dua

42.5K 1.2K 14
                                    

Mike terkejut mendengar ketukan di pintu kamar. Teman kencannya seharusnya memiliki kunci sendiri, jadi kemungkinan besar itu petugas hotel, atau barangkali petugas layanan kamar dengan minuman yang ia telah pesan. Namun sebaliknya, ia menghadapi pria ramping namun berisi, berwajah cute, berpenampilan dewasa meskipun tak mampu menyembunyikan sorot mata kekanakannya dan dengan tangan terangkat seolah ingin mengetuk lagi. Dia mengamati sosok pria di hadapannya yang memikat, berambut hitam kecokelatan yang dipangkas rapi, dan oh, tentu saja mata kekanakan nan cemerlang yang menatap penasaran ke arahnya.

“Kupikir kau bukan dari bagian house keeping, benarkan?”

Sebuah kerut terbentuk antara alis lurusnya.

“Bukan, apakah penampilanku seperti petugas house keeping?” pria yang terbilang mungil itu menjorokkan dagu ke arahnya dan menjatuhkan tangan yang masih tergantung di udara.

“Sama sekali tidak,” katanya, melihat ke sepanjang lorong. “Aku telah memesan beberapa handuk tambahan…” Dia terhenti, dan hening sesaat ketika mereka saling memandang. Saat sang pria cute tidak mengatakan apa-apa, dia tersenyum dan berkata, “Aku Mike dan kau adalah…?”

“Julian.” Dia berbicara begitu pelan sehingga Mike harus mendekat untuk mendengarnya.

Julian tak bisa berlagak seakan sudah terbiasa mendaftarkan diri untuk kencan semalam dengan seseorang yang asing. “Hanya untuk memastikan—apakah Ses Anna yang mengirimmu?” Julian mendongak dan bertemu dengan mata Mike. “Kurasa begitu. Oke, bolehkah aku masuk?”

“Tentu saja, silahkan.” Mike melangkah mundur untuk membiarkan pria itu lewat, mengikutinya dengan matanya saat Julian nampak meremas jemarinya dan berjalan ke jendela.

Julian melempar pandangan keluar jendela, membelakangi Mike.

“Tidakkah kau mendapatkan kunci juga?”

Berdiri di antara tirai, Julian mengangkat kunci untuk diperlihatkan pada Mike. “Yup. Aku hanya merasa lucu menggunakannya ketika kau sudah di sini”.

Mike bergabung dibelakangnya dan ikut melihat keluar jendela melalui bahu Julian. Julian membeku saat Mike berdiri begitu dekat di belakangnya. Itu adalah kejutan.

Lampu yang ada di bawah semuanya berkelap-kelip, keindahan lampu-lampu neon. Aroma lembut shampoo dari rambut Julian menarik perhatian Mike. Ia melirik ranjang dan pria yang berada di depannya bergantian. Bagus. Ia sangat menginginkan pria mungil nan cute itu. Mike mengangkat tangan untuk menyentuh dan kemudian berhenti, mengejutkan dirinya sendiri karena keragu-raguannya. “Aku suka lampu-lampu di sini,” desisnya kemudian.

Ketika Julian berbalik untuk menatapnya, Mike mengerti mengapa dia menarik dirinya kembali.

Julian benar-benar berbeda dari pria (gay) lain yang menghabiskan akhir pekan dengannya. Dan itu bukan hanya karena perawakan mungilnya, atau cahaya matanya yang cemerlang. Ada sedikit gemetar di bibir bawahnya yang penuh saat Julian berdiri di bawah pengawasan Mike. Ada daya tarik yang kuat di diri Julian. Seluruh tubuh Julian membuat Mike sulit bernapas, dan untuk pertama kali dalam kehidupan playboy-nya yang liar, ia tidak tahu harus berkata apa. Atau bagaimana untuk memulai.

***

Julian tertegun. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Ses Anna akan mengirimkannya seorang pria yang membuatnya meneteskan air liur karena pria ini layak menjadi model cover sebuah majalah. Dia tinggi, kokoh dan tampan. Entah karena berjemur atau memang warna kulit alami Mike adalah emas pucat, sangat kontras dengan sepasang bola matanya yang hitam pekat, dinaungi oleh sepasang alis yang hitam lagi tebal. Sangat menggoda. Pernah melihat deretan pria tampan dari Brazil? Julian rasa Mike adalah salah satu dari mereka yang terdampar di negeri ini.

Si Perjaka & Si Playboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang