[ Penjaga Hati ]
•••
Hari semakin tengah malam, jalanan sudah semakin sepi dari lalu-lalang kendaraan. Gema melihat jam dinding dan ternyata menunjukkan pukul 20.30 WIB. Ternyata jamnya sudah mati. Gema segera membereskan berkas yang masih setengah ia kerjakan. Mengenakan jaket hitamnya dan keluar dari ruangan. Ia melihat Sani masih berada di sana, rupanya perempuan itu sama-sama hendak pulang.
"Pulang, San?" Suara dari Gema cukup mengagetkan bagi Sani.
"Maaf," ujar Gema jadi tak enak. Sani menghampiri Gema lalu tersenyum. "Gak apa-apa, Kang. Saya kira udah gak ada siapa-siapa jadi barusan kaget."
Gema mengangguk. Meneliti Sani yang nampaknya masih ada sedikit urusan terlihat ia masih menggunakan seragam kerjanya. "Saya tinggal gak apa-apa, kan? Pulang sama siapa?"
"Saya nanti bareng sama Dino. Kang Gema hati-hati."
"Dino masih ada?"
"Iya Kang. Lagi beres-beres di gudang."
Gema mengangguk lagi. Ia segera pamit begitu dirasa ada dering telpon masuk.
"Ini aku mau keluar," ucap Gema. Matanya langsung bisa menemukan mobil berwarna hitam terparkir di depan sana. Ia berjalan cepat tidak mau membuang waktu lama dan merasa tidak enak juga jika harus membuat orang lain menunggunya.
Gema mengetuk kaca jendela mobil beberapa kali hingga kaca itu setengah terbuka.
"Kamu masuk aja. Biar aku yang bawa kamu pasti capek, kan?"
Gema memang sangat lelah hari ini. Akhir bulan sudah akan menjadi hari melelahkan baginya. Ia harus menyusun laporan untuk diberikan kepada atasan. Meskipun ada sedikit kelonggaran karena bosnya selalu memberikan waktu lebih padanya. Tapi tetap saja Gema tidak biasa menunda jika ia bisa mengerjakan sesegera mungkin.
"Kerjaannya beres atau masih ada yang tersisa?"
"Aku bawa ke rumah aja. Biar bisa dikerjain." Gema memijat pelipisnya, rasa pusing tiba-tiba saja menyerang.
"Aku barusan beli makan. Kita makan bareng, ya?"
Pantas saja setelah ia masuk ke dalam mobil ia bisa mencium bau makanan.
Gema menghela napas panjang.
"Gimana hari ini?"
Gema tidak melupakan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai pria. Lebih tepatnya berperan sebagai kekasih. Hal yang paling harus ia ketahui lebih dulu adalah mengetahui aktivitas dan keadaan kekasihnya.
"Hari ini aku ikut seleksi dan maju ke tahap berikutnya. Aku kira gak akan lolos karena aku sadar prepare aku untuk seleksi gak matang. Kamu tau lawan aku buat minggu depan itu siapa?"
Dalam hati Gema merasa senang. Pembawaan kekasihnya dalam bercerita selalu ceria dan seketika membuat Gema menghangat.
"Vita atau Danila?" Tebak Gema.
Setelahnya Gema mendengar decakan dari samping. "Danila."
Lawan yang cukup berat. Gema tahu kemampuan Danila dengan kekasihnya itu sama-sama tidak bisa diragukan lagi. Justru karena itu persaingan antara mereka selalu menghasilkan ketegangan. Mereka selalu memberikan performa terbaik yang dimiliki sehingga terkadang membuat setiap orang bingung siapa yang pantas menjadi juara.
"Apapun hasilnya nanti kamu tetap yang terbaik." Gema mengelus kepala Fio. Segurat senyuman berhasil muncul di bibir Fio.
"Minggu depan kamu harus nonton. Pokoknya jangan sampe enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE
Teen FictionMereka berbeda tetapi memiliki keinginan yang sama. Mereka berbeda dan membutuhkan satu sama lain. Dia Gema, orang bilang pria yang bucin banget sama Fio. Dia Fio, semua orang tahu wanita itu sangat angkuh. Ini adalah kisah Gema dan Fio yang jauh...