Love Begins with a Confession

976 123 21
                                    

Paris, 2024

NEXT TRADISI EMAS DARI CABANG BULUTANGKIS ?

Pasangan ganda asal Indonesia, Fajar Rian, memasuki kamar hotel yang disediakan. Mereka baru saja selesai berlatih, karenanya baju jersey yang mereka gunakan basah kuyup. Musim panas di Paris, memang lebih panas ketimbang di Jakarta.

Fajar mempersilahkan Rian untuk mandi dahulu. Pemuda asal Bandung itu menatap ke arah jendela kamar yang membingkai pemandangan Menara Eiffel.

'Aku sudah di sini'

Optimisme terasa menggebu-gebu dalam diri Fajar. Ini adalah gelar yang dia nantikan sepanjang karirnya. Kejuaran dunia, ASEAN Games, serta Thomas Cup... Tentu saja... Gelar olimpiade yang akan segera ia raih.

Rian

Setiap dia membayangkan gelar bulutangkis yang diperjuangkan, maka nama Rian akan datang tercetus begitu saja dalam benaknya.

'Setelah ini akhiri'

Kalimat yang senantiasa terngiang dalam benak Fajar, sebenarnya membuat dirinya merasa menjadi pribadi yang jahat.

'Setelah semuanya... Kau akan meninggalkan orang ini?'

'Brengsek sekali kau... Fajar Alfian!'

Dan berakhir dengan cacian terhadap dirinya sendiri.

Hal itulah yang membuat Fajar terjaga dalam tidurnya, bolak-balik mencari posisi yang enak agar matanya mau terpejam.

Hingga... Fajar berhenti dan menatap orang yang tidur di ranjang sebelah. Meskipun ia tidak yakin kalau Rian tertidur, karena hanya melihat punggungnya saja.

Namun gerak tubuh yang amat teratur dan tenang... Menjadi tanda tersendiri bagi Fajar, bahwa Rian sudah tidur pulas. Ia pun memberanikan diri untuk mendekati kasur Rian dan duduk bersandar sisi samping.

Sama seperti yang dilakukan Rian di Hongkong dahulu.

Fajar menghembuskan nafasnya secara kasar. Pikirannya sedikit menerawang entah kemana, sebelum akhirnya mulut itu bersuara... Pelan.

"Maafkan aku Ian... Pengakuanmu pada saat di Hongkong, takkan bisa aku balas... Cinta... Yang kamu harapkan... Aku... tidak bisa... Mungkin aku pengecut karena hanya bisa mengatakannya dengan cara seperti ini...

... Aku takut ini akan menganggu kekompakan kita di lapangan"

Fajar hanya diam tak bersuara dan hanya bersandar lebih lama di sisi kasur Rian.

Sepertinya mengungkapkan seperti ini, membawa ketenangan bagi Fajar. Terlebih suasana kamar yang temaram, rasa kantuk mulai menyerangnya.

Fajar pun segera kembali ke kasurnya dan tak berapa lama ia tenggelam dalam mimpi.

.
.
.
.
.
.
.

ROUND 32

ROUND 16

QUATERFINAL

SEMIFINAL

FAJAR RIAN KIAN MANTAP MENYAPU BERSIH LAWAN HANYA DENGAN 2 GAME.

GANDA NOMOR 1 DUNIA ASAL INDONESIA BERSIAP UNTUK FINAL.

Final

Ya, semuanya berjalan mulus sesuai yang Fajar harapkan. Esok adalah penentuan akhir untuk melengkapi gelarnya... Karena itu ia berlatih giat malam ini bersama Rian.

Namun beberapa kali... Fajar melihat Rian memegangi atau sekedar memijat lutut kanannya.

"Kamu... Nggak apa-apa, Ian?"

I Don't Love You (Side Story of There's No Other) | Fajar & Rian's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang