Setelah sampai di UKS Luna membantu Ririn untuk membaringkan tubunya di atas kasur yang telah tersedia.
Sementara Adam, dipanggil pak Handoyo ada hal penting yang harus dibicarakan katanya.
"Duhh... Lun perut gue sakit," ucap Ririn sambil menahan sakitnya.
"Disini emang gak ada anak PMR ya?"tanya Luna panik.
"Biasanya ada Lun, coba lo lihat ruang PMR disamping tu, "ucap Ririn lirih.
"Okey, bentar gue cari anak PMR dulu," Luna berlari ke arah ruangan yang ditunjukan Ririn dan membuka pintu ruangan itu, ternyata tidak dikunci. Luna masuk ke dalamnya seketika matanya melotot saat melihat seorang cowok sedang mengganti seragamnya dengan kaos berwarna biru muda.
"Aaaaaa..."teriak Luna sambil menutup matanya rapat-rapat.
"Lo ngapain disini," ucap cowok itu terkejut. Cowok itu segera mengganti seragamnya.
"Duhh,, maaf soalnya temen gue sakit makanya gue cari anak PMR, "jawab Luna yang masih saja menutup matanya rapat-rapat.
cowok itu segera berlari menuju ruang UKS meninggalkan Luna sendirian.
Luna mulai mengintip dari sela-sela jemarinya, memastikan keadaannya aman dan ternyata cowok itu meninggalkanya.
Setelah sampai di UKS cowok itu langsung berjalan menuju kasur yang di atasnya ada Ririn yang terbaring lemah.
"Sakit apa lo?"tanya cowok itu.
"Aduhh sakit... Perut gue Ta," jawab Ririn yang mukanya pucat pasih.
Cowok yang dipanggil "Ta" menganggukan kepalanya sambil mencari obat yang ada dikotak obat dipojok ruangan.
Tiba-tiba Luna datang dengan napas yang tidak teratur.
"Gimana Rin, masih sakit nggak,"tanya Luna panik. Luna melirik cowok yang ia temui beberapa menit yang lalu.
"Masih." jawab ririn lemah.
"Genta, lama banget sih lo cari obatnya. Perut gue sakit ni." teriak Ririn sambil menahan rasa sakit.
"Lo bisa diam nggak sih. Ni minum obatnya."Genta memberiakn satu pil besar kepada Ririn.
Dengan cepat Ririn meminumnya,
"Lo istirahat dulu aja," ucap Genta kepada Ririn.
"Okey, gue ngantuk. Lun lo tunggu gue di sini ya," ucap Ririn sambil melirik Luna.
Luna tersenyum, "Iya, cepet sembuh ya, " katanya lirih.
Selang beberapa menit, Ririn sudah tertidur dengan pulas.
"Ikut gue, gue perlu data," ucap Genta melirik Luna.
"Data apaan?"jawab Luna bingung
"Udah lo, ikut aja, Apa susahnya sihh" ucap Genta geram sambil berjalan menuju ruang PMR, sementara Luna hanya mengekorinya dari belakang.
"Duduk," Luna duduk diatas kursi yang sudah tersedia, sementara Genta mengambil buku absen dari lemari kaca.
"Nama lengkap? sama kelas?"tanya Genta.
"Hah, nama gue Luna Priciyla Anatasya kelas XI IPA 4"jawab Luna cepat.
Genta terkekeh, "Maksud gue tu, Nama temen lo yang sakit. bukan lo," ucap Genta enteng.
Seketika pasokan oksigen Luna habis, bisa dipastikan mukanya sekarang merah padam. Karena malu.
"Oh, kirain Nama gue." ucap Luna yang sebisa mungkin mengontrol dirinya.
"Namanya Rinjani Adi Putri kelas XI IPA 4."
"Okey, sipp."
Tiba-tiba tangan Genta terulur, "Gue Genta Aditiya, panggil aja Genta gue kelas XI IPA 2," ucap Genta sambil menatap Luna.
Luna menerima uluran tangan dari Genta, "Harus gue ulangi Nama gue lagi?" tanya Luna geram.
Genta terkekeh kembali, "Nggak perlu, gue udah tahu,"jawa Genta sambil tersenyum manis.
Harus Luna akui Genta adalah cowok tampan berkulit putih dengan hidung mancung dan rahang yang tegas membuat kadar ketampananya bertambah.
"Anak PMR ya?"tanya Luna penasaran.
"Iya, gue ketuanya. Kebetulan ini jadwal jaga gue," jawab Genta sambil membereskan bukunya dan meletakan kembali ke dalam lemari kaca.
Luna mengangguk-angukan kepalanya, "Btw, sorry ya buat yang tadi gue nggak ngetuk pintu dulu malah langsung nylonong masuk," ucap Luna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Genta tersenyum, "Nggak papa, untung gue udah selesai coba kalau belum."
"Salah lo juga, ganti baju bukanya dikunci kek pintunya," ucap Luna mencibir.
"Iya deh, gue yang salah. Lo anak baru ya?"tanya Genta
"Yup, gue pindahan dari Bandung."
"Oh gitu, pantesan gue gak pernah lihat lo," setelah itu tidak ada perbincangan lagi diantara mereka, yang ada hanya hening.
Luna berdiri dari duduknya, "Gue mau ke UKS ya, jagain Ririn." pamit Luna kepada Genta
"Bentar." ucap Genta sambil merogoh handpone dari saku celananya, lalu menyodorkanya ke arah Luna.
"Gue boleh minta WA lo?" tanya Genta dengan hati-hati.
"Buat?"tanya Luna bingung.
"Ya, buat... Tambah temen aja, gimana?"
Luna tersenyum, "Okey." Luna mengambil handpone milik Genta lalu mengetik 12 digit nomor Wa miliknya.
"Makasih, nanti gue chat. Save ya nomor gue. "
"Okey."ucap Luna sambil berlalu.
***
Bell, pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu, para murid SMA Brawijaya sudah pulang ke rumah masing-masing, kecuali anak OSIS yang akan mengadakan rapat dan beberapa murid yang sedang menunggu jemputan.
"Gimana? Udah baik belum?" tanya Luna melirik Ririn yang ada disampingnya.
Ririn tersenyum menatap Luna, " Udah dong, kan tadi ada Genta."ucapnya senang.
Luna memutar bola matanya jengah, "Lah, apa hubunganya sama Genta? makanya kalau makan sambal tu kira-kira,"ucap Luna mencibir.
"Genta itu tampan and mempesona jadi gue cepet sembuh deh. Iya... Iya gue nggak bakalan makan banyak sambel lagi, "
Tiba-tiba mobil avanza putih berhenti di depan mereka.
"Eh, gue duluan ya. Udah dijemput tu." Luna melambaikan tanganya ke arah Ririn, sementara Ririn membalasnya dengan senyuman.
Luna membuka pintu mobil, disana sudah ada Heri Ayahnya yang sedang menunggu.
"Assalamualaikum, Ayah." ucap Luna sambil menyalami Ayahnya.
"Walaikumsalam, gimana tadi sekolahnya?"tanya Heri sambil mengelus kepala anaknya.
"Baik kok Yah, walaupun cuma beberapa orang yang aku kenal sih,"
"Gak apa-apa nanti lama-lama juga banyak yang kenal kamu," Heri mulai menjalankan mobilnya, "Apalagi anak Ayah cantik, pasti banyak cowok yang kesemsem,"ucapnya menggoda.
"Ihh, Ayah bisa aja. Aku jadi malu ni."
Jangan lupa vote and comment ya♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FOSFOUR
Teen FictionPernah nggak kalian berada di situasi saat 3 orang cowok yang berbeda menyukaimu sangat-sangat menyukaimu, bingung? Pasti. haruskah memilih satu diantara mereka? Kurasa tak bisa. Haruskah lari dari mereka? Kurasa sangat susah. "Gue suka sama lo"~Gen...