bagian 3 "Pacaran?"

222 13 4
                                    

"Kalo yang namanya cinta, pasti ngga bakal mandang fisik girls, dan ngga perduli kekurangan apapun yang pasangan kita miliki"
Septi Ca.Latul.

Alisya kini sedang melangkahkan kaki di sepanjang koridor sekolah. Jam masih menunjukan pukul 6.15 masih cukup pagi, tapi sekolah ini sudah ramai. Banyak siswa siswi berhalur mudik. Ia berfikir sejenak ada apa ya?. Alisya mencoba untuk diam dan tidak perduli. Saat hampir melewati mading, ia berhenti sejenak karena di depan kaca berisikan lembaran kertas yg tertempel itu banyak sekali murid-murid yang sedang berkerumun melihat itu.
₩₩₩₩₩₩
"Oi Sya?" Seru Sinta.

"Ehh, apa Sin?" Jawab Alisya.

"Dah tau belum? Di mading sekolah?" Tanya Sinta.

"Emang ada apa Sin?"

"Itu, pentolan sekolah kita bakalan ikut lomba cerdas cermat" jelas Sinta.

"Pentolan sekolah kita? Emang siapa?" Tanya Alisya heran.

"Lo ngga tau?" Pertanyaan Sinta tlah di jawab gelengan oleh Alisya. "Huuhh dasar,, jadi di sekolah kita itu punya pentolan sekolah lo tau ngga? Alan si sangkuriang itu"

"Alan?" Sungguh Alisya bingung dengan apa yang di katakan oleh Sinta.

"Itu tuh, murid super duper cuek itu" ujaran Sinta heboh saat seorang pemuda melintas di hadapan mereka. "Dia Alan, Alan Septia Dwi Anggara si pentolan sekolah yang punya IQ di atas rata-rata, dan the most wanted yang selalu buat onar, dan dan satu lagi, si manequen hidup yang selalu mengundang teriakan cewek-cewek di sekolah kita. Dah tau kan?" Jelas Sinta dengan semangat.

"Itu.." ucapan Alisya terpotong dengan teriakan seorang siswi yang datang kekelas dengan terburu-buru.

"Weyyy kita jamkos full sampe KBM selese gayss.." seru siswi itu, sontak membuat kelas menjadi riuh. Ada yang menaiki meja, ada yang melompat-lompat, ada yang berdiri dan mengecek keadaan luar, dan ada yang langsung berkerumun untuk membahas berita yang di jamin tak berfaedah.

"Ekhem.. ekhem.. jangan pada seneng dulu, Pak Wijaya guru Fisika ngasih tugas buat ngerjain semua soal yang ada di bab 8, dan hari ini harus di kumpulkan" balas si ketua kelas dengan datar. Sontak semua yang berjingkrak-jingkrak tak jelas diam dan mengeluh tertahan. Jam kos di kelas mereka jarang adanya, dan sekalinya jam kos, pasti seperti ini, ada tugas yang harus di selesaikan.

"Ck, badebah banget tuh guru dan tua, batuk-batuk, suka liyer, masih aja inget buat ngasih tugas. Andai aja gue jadi vampire, dah gue gigit tuh leher ampe patah" cerocos Bella.

"Udah lah, terima aja masih mending soal di buku, kalo soal nya dari pak Jaya langsung, bisa mati kutu kita" kata Bowo lelaki hitam manis yang selalu menjadi objek tertawa warga kelas. Bagaimana tidak? Hanya berujar seperti itu saja Bowo sudah mendapatkan tawa kencang dari seluruh temanya.

"Ah bodo amat, Wijaya mah gampang tinggal gue pleret pake lidi aja KO" kata Beni, lelaki berkacamata yang selalu bertingkah konyol. Jangan berfikir bahwa Beni adalah seorang lelaki yang culun, kutu buku, dan bahan buli. Justru sebaliknya, Beni adalah lelaki paling berani di kelas, banyak gaya, dan selalu menindas seseorang yang suka menindas. Terdengar aneh memang.

"Haha,, Al? Lo kenapa?" Tanya Sinta selepas terkekeh.

"Itu Sin cowok yang kamu kenalin namanya Alan, ngga tau kenapa aku ngerasa aneh sama dia" ucapan Alisya membuat kening Sinta bertaut.

"Maksud lo?"

"Dia,, dia dari tadi ada di pohon mangga itu, duduk dan ngga melakukan apapun selain menatap kearah kita. Tapi aku ngga tau, itu cuman perasaan atau emang kenyataan" jelas Alisya.

AlsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang