Amorist I

1.8K 309 132
                                    

Lucas Wong, pemuda berdarah Hongkong-Thailand itu sedari tadi mengamati sosok pemuda manis yang tengah menyusuri lorong falkutas ekonomi dengan sekotak bekal makan siang yang diambilnya sendiri pada ruangan customer service.

dua jemari kanannya masih menahan selinting rokok yang menyala tapi belum ia hisap, mata bulatnya berkedut ketika sosok manis itu mendekat kearah pemuda berambut blonde yang terkekeh mencubit pipi simanis itu gemas.

Lucas berdecak, ia cemburu. Tapi apa haknya berkenalan saja tidak, mungkin si manis itu tak tahu keberadaanya dikampus ini, siapa juga yang tahu bila setiap hari dia hanya datang kekampus untuk mengisi absen dan berdiam seharian diatas rooftop, terkadang bersama Mark, teman satu jurusannya. Pemuda Korea-Kanada yang masih belepotan dalam mengucapkan kalimat.

"Hey Lucas!"

Lucas menoleh, melihat kedatangan Mark menenteng dua kaleng cola dingin dan dua kantong burger lengkap dengan kentang gorengnya.

"Lunch" Mark terkekeh menyodorkan menu makan siang mereka begitu duduk disisi sahabatnya itu.

"Kau baru bangun?"

Mark mengangguk dengan senyuman lebar. "Why you always menolak If I mengajakmu go to club?" Gerutu Mark.

"Boring" sahutnya kembali fokus pada kedua pasangan yang tengah duduk dikursi taman yang sepi, si manis tampak membuka kotak makan siangnya, dengan pemuda Blonde falkutas hukum yang menatapnya masih dengan ekspresi yang sama.

"Almost one semester but kau don't know namanya"

"English please Mark.." deliknya sembari membuka kaleng cola dan meneguknya "And I know his name so well"

"Really?"

Lucas mengangguk, tidak sulit mencari identitas dan data diri mahasiwa dikampus ini baginya, datang saja keruangan ayahnya, berbasa-basi sebentar. Mendengarkan cermah selama sepuluh-lima belas menit dan ia bisa langsung mengakses data-data itu dari Laptop ayahnya.

Dia hanya pemalas, bukan bodoh.

"Siapa namanya?" Mark mengerakan wajahnya kearah simanis yang tengah disuapi makan siang. "Woah.. kemarin bukannya kau melihat dia berciuman dengan senior itu di parkiran"

"Namanya Jihoon, dan Mark" Lucas tak jadi mengambil burgernya, ia kehilangan nafsu makan melihat sepasang kekasih disebrangnya itu. "Bukan urusan kita dia sekarang makan siang dengan siapa dan nanti berciuman dengan siapa" lirihnya sambil melemparkan burger yang masih terbungkus itu kepangkuan Mark.

"Oh Thanks, kau tahu saja aku masih sangat lapar" kekeh Mark. Keduanya kembali terdiam sesekali Mark berkomentar, mengamati mahasiswa dikampus ini dari tempat mereka dengan Lucas yang sekedar berdengung menanggapi sang sahabat. Wajah Lucas masih datar, ia tak suka berada diposisi ini tapi siapa dia.

Jihoon mengenalnya saja tidak. Teman sekelasnya saja kadang tak ingat keberadaannya karena sekali lagi Lucas hanya datang dan masuk kekelas bila memang diperlukan. "Oh ya" Mark menoleh kearahnya "Kau tahu Mina bukan, dari Falkutas Hukum. Gadis yang ku incar?"

Lucas mengeleng, apa urusannya.

"Dia bilang, si Manis itu berkencan dengan senior Ong tapi juga dekat dia" Mark menunjuk sosok Daniel yang kini tengah meraih tangan Jihoon dan mengenggamnya.

"Aku tahu" sahut Lucas datar.

"What??!!" Mark menoleh, menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"You know everything about him, tapi tidak mau berkenalan, pengecut sekali!" Desis Mark menyindirnya.

Lucas terkekeh, mata bulatnya berganti sendu, Daniel mengusap kepala Jihoon sebelum menciumnya.

"Memangnya orang sepertiku pantas untuk dia?"

"Maksudmu?"

Lucas tertawa, menyadari kadar otak Mark yang sering melambat bila kekenyangan.

"Bukan apa-apa Mark, kau masih lapar?"

Mark mengangguk.

"Temani aku ke Bar biasa?"

Keduanya terkekeh, Lucas membuang rokoknya yang telah mati ditempat sampah, diikuti Mark dibelakangnya.  Turun dari rooftop dan ketika ia berjalan bersebrangan dengan Jihoon, mata itu sempat melirik pemuda manis yang bahkan melewatinya seakan pemuda setinggi 185cm itu tidak ada disana.

-
-
-

Lucas keluar dari ruangan Rektor, wajahnya tampak frustasi. Mark yang tak tidur semalam karena pesta lagi ke club hanya menatapnya bingung.

"Ada apa?"

"Dia pergi"

"Siapa?"

"Park Jihoon"

Mark mebelalakan matanya. Lucas hanya tersenyum tipis menarik penutup  hoodie hitamnya melangkah lunglai kearah rooftop, mengabaikan pertanyaan Mark yang ingin tahu. Awalnya Lucas tak terlalu menyadari ketidak hadiran Jihoon dikampus mereka seminggu ini, hingga ia mendapati Seongwu, senior falkutas ekonomi yang dilihatnya mencium Jihoon beberapa waktu lalu sedang mengantar seorang gadis difalkutas kedokteran, bahkan bergandengan tangan. Dua hari kemudian dia juga melihat Daniel sedang membonceng senior falkutas hukum dan mereka berpelukan.

Seketika Ia tersadar ada sesuatu diantara Jihoon dan kedua pria itu saat ini. Apa mereka putus? Lucas tak tahu dan ia tak peduli hubungan seperti apa yang Jihoon lalui dengan dua pemuda tampan itu. Sebulan, dua bulan dan ini sudah bulan ketiga Jihoon tak tampak dikampusnya, dengan telinga tebal ia nekat masuk lagi keruangan Ayahnya, yang untung saja sedang meeting dengan pihak dosen. Ia gunakan waktu berharga itu membuka data mahasiwa dan mendapati Jihoon mengajukan cuti selama satu semester ini karena alasan kesehatan dan harus pergi Ke Jepang menemui orangtuanya.

"Apa dia sakit?" Guman Lucas usai mengisap rokoknya, Mark yang sedang bermain game tak acuh melirik sekilas kearah sang sahabat.

"Siapa yang sakit?"

Lucas hanya mengendikan bahunya, terlalu malas untuk menjelaskan. Dan untung saja sahabatnya itu bukanlah orang yang suka ikut campur tanpa dirinya minta.

"Mark"

"Ya"

Lucas menatap sahabatnya, yang ikut menghentikan kegiatan bermain gamenya. "Ada apa bro, tell me you harus cerita all of you think sekarang"

"Bila aku diberi kesempatan, apa bisa aku mendekatinya?"

"Jihoon?"

Lucas mengangguk.

Mark tertawa, cukup nyaring hingga membuat Lucas menggerut kesal mendengarnya.

"Stupid! Kau memang harus mendekatinya bila kau suka, kenapa bodoh sekali" desis Mark.

"Kalau ia menolakku?"

"Kau sudah mencoba?"

"Belum"

Mark menghela nafas lalu menepuk bahu kokoh sahabatnya itu.

"Jika kau serius menyukai Jihoon, dekati saja. Setidaknya kau mencoba dan akhirnya Jihoon tahu kau ini hidup didunia ini"

"Sarkas sekali"

"Memang"

Semester baru dimulai, tepat enam bulan sudah  Lucas tidak melihat Jihoon, sosial media pemuda itu bahkan deactive. Ia dengan rutinitas hariannya mengamati seluk beluk kegiatan mahasiswa dari rooftop favoritnya sembari merokok. Jujur saja dia rindu pada Jihoon, melihat kehadiran pemuda manis itu saja sebenarnya sudah lebih cukup bagi Lucas. Tapi sekali lagi, dia siapa berhak merindukan pemuda manis itu.

Matanya meredup, dan ketika ia berdiri merapikan pakaiannya sosok mungil Jihoon yang tengah diseret gadis bernama Samy menarik atensinya lagi.
Tanpa sadar Lucas ikut tersenyum, lebar, mirip cengiran. Tidak ada yang lebih menyenangkan melihat kehadiran Jihoon lagi saat ini.

Bagaimana bisa melihat Jihoon dari jarak jauh saja ia sudah bahagia, apalagi suatu saat bisa bicara dengan pemuda itu.

Mungkin Lucas hanya  bisa bermimpi.


TBC

Bunda Loves You 💋

AMORIST [COMPLETE✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang