Epilogue

1.9K 265 110
                                    


"Kau yang mengenakan nametag berwarna merah jambu, maju kedepan!" Seorang senior bertubuh tinggi besar membentak Jihoon. Pemuda berwajah cantik itu melirik kearah Somi sahabatnya yang hanya memasang wajah kasian kearahnya. Takut-takut Jihoon bergerak maju, keluar dari barisan dengan kepala menunduk malu.

"Kenapa menunduk! Memangnya kami akan memakanmu?!" Bentak panitia itu lagi kearah Jihoon yang mendongkak dengan wajah memerah menahan tangis.

"Karena kelompok barisanmu tidak lengkap, jadi kau mewakili mereka untuk dihukum" lanjutnya sembari terkekeh yang dibalas smirk beberapa panita pria lainnya yang menatapnya gemas.

Jihoon hanya mengangguk pasrah, sekumpulan panitia itu masih mengerubunginya, sesekali mengoda dengan mencubiti pipi gembil Jihoon.

"Berhentilah menganggu mahasiswa baru!" Seru seorang panitia berwajah cantik yang seingat Jihoon memberikannya sekotak makan siang.

"Kenapa Nancy, kau suka orang cantik juga?" Sindir panitia bertubuh tinggi itu. Menatap Jihoon dengan sorot mata yang membuat pemuda manis itu merinding takut.

"Ada apa ini?" Suara cukup halus tapi tegas menyentakan semua panitia yang perlahan mundur menjauhi Jihoon.

"Barisannya tidak lengkap, jadi kami akan menghukumnya Seongwu sunbae" jelas si tinggi itu pada Seongwu senior tahun ke tiga yang menatap Jihoon dengan senyuman tipis diwajah tampannya.

"Peraturan tetap peraturan, karena kelompokmu tidak lengkap. Maka kami terpaksa menghukummu saat teman-temanmu melakukan tugas yang lain" Seongwu menatap Jihoon tajam "kau mengerti?"

Jihoon mengerjapkan matanya kemudian mengangguk.

"Bagus"

"Jangan terlalu keras, ingat itu!" Pria itu menoleh kearah parah panitia sebelum  tersenyum lembut, mengusap kepala Jihoon yang masih menunduk takut.

"Nah kau dengar bukan kata ketua panitia, sebaiknya kau dihukum apa ya?"

"Menari ditengah lapangan?" Salah satu panitia berambut merah menyeringai kearah Jihoon. Yang dibalas gelengan cepat pemuda itu.

"Bagaimana bila kau merayuku saja!" Goda panitia pria berkacamata, tapi untung saja dibalas seruan tak terima dari beberap senior itu.

Jihoon meremat kemejanya, takut gugup. Ingin menangis saja. Menyesal kenapa tidak menuruti permintaan orangtuanya untuk ikut pindah dan kuliah di Jepang, semua itu karena Somi;  Karena gadis itu memohon agar Jihoon terus menemaninya. Somi takut dia bisa kuliah hingga lima belas tahun tanpa Jihoon disisinya. Yah Jihoon berulang kali membantu mengoreksi tugas dan belajar gadis itu sejak sekolah menengah dulu. Untung saja mereka memilih falkutas yang sama meskipun Jihoon ragu, sepertinya Somi hanya ikut-ikutan karena begitu mereka mendaftar Somi selalu menanyainya kenapa mereka harus belajar ilmu ekonomi managament ketika kedua orangtua Jihoon adalah pasangan profesor medis dan biology.

Ntah apa hubungannya.

"Suruh dia menyanyi saja!" Seru panitia perempuan yang tampak gusar melihat tingkah tidak dewasa teman-teman pria mereka.

Panitia bertubuh besar-tinggi itu terkekeh, seakan mendapatkan hadiah kemenangan. Menoleh lagi tepat kewajah Jihoon.

"Hey cantik bernyanyilah, awas kalau suaramu tidak bagus kau akan ku hukum lebih keras!" Serunya lagi tanpa belas kasian.

Jihoon gemetar.

Mendongkak dengan mata memerah dan bibir mencebik siap berteriak kesal.

"Hai guys! Sorry aku terlambat!" Seruan suara serak mengejutkan mereka yang langsung menoleh kearah sosok tinggi berkaos putih lengkap dengan celana ripped jeans yang sedang memberikan cengiran bodohnya.

AMORIST [COMPLETE✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang