"Why you senyum-senyum like that, hey bruh! Lucas.. Wong Xuxi.. hello.." Mark menepuk-nepuk pelan bahu Lucas yang termenung di balkon apartmentnya sembari tersenyum, dan menggaruk kepalanya sendiri dengan ekspresi bahagia yang sulit dirinya ungkapkan.
"Kau bilang aku pacarmu"
Ucapan Jihoon tadi siang masih terngiang di ingatan pemuda Hongkong itu, tanpa peduli dengan Mark yang masih mengamatinya ingin tahu, Lucas berbalik menuju kamarnya, berbaring, dan ekspresi mengemaskan Jihoon yang cemburu membuatnya kembali terkekeh, lengkap dengan cengiran khasnya.
Astaga.. Jihoon ternyata sangat mengemaskan. Mark masih kukuh diposisinya, ikut berbaring disebelah Lucas, dengan dua alis yang bertaut bingung, ekspresi Lucas hari ini benar-benar sangat langka. Biasanya Lucas akan pulang dengan wajah datar dan alis tebalnya yang selalu berkerut. Apalagi bila Jihoon seharian tak mau menanggapi Lucas yang mendekatinya. Bisa mengamuk pemuda tinggi itu diruangan gymnya. Samsak yang tergantung sudah penyok dan miring sedikit, kasian menjadi bulan-bulanan Lucas. Beberapa hari yang lalu, ketika mendapati Jihoon masih menerima kado dari Kang Daniel, ntah untuk merayakan apa, tapi melihat Jihoon memeluk teddy bear sepanjang koridor sembari tersenyum, membuat Lucas murka.
Esoknya ia membeli semua boneka disebuah toko dan menyumpalnya dimobil Jihoon. Dan saat Jihoon melihatnya mereka bertengkar lagi hingga Lucas harus mengendong sebuah boneka setinggi 160 centimeter dan membanting-bantingnya diruangan gym sembari mengumpat. Lucas juga pernah meninggalkan mobil sportnya dipinggir jalan lengkap dengan kuncinya, ketika harus mengantar Jihoon keapartment milik pemuda manis itu. Meskipun Jihoon berkali-kali menolak dan memarahinya, tetap saja akhirnya simanis itu luluh juga.
Segila itu lah Wong Yukhei ini terhadap Park Jihoon. Mark masih menerka-nerka, sesekali melirik sahabatnya yang masih tersenyum bahagia dengan rona yang begitu cerah. "Lucas ada apa, Kepalamu habis terbentur?" Mark menepuk jidat Lucas cukup keras hingga pemuda Wong itu mengaduh.
"Kau kenapa Mark?"
"You yang kenapa?"
"Memangnya aku kenapa?"
Terdengar helaan nafas Mark yang mencoba bersabar. "You smile-smile like a fool kau tahu!" Serunya.
"Hmm so?
"Apa yang terjadi?" Mark yang sabar itu mulai bertanya pada sahabatnya.
"Ntahlah, aku hanya senang akhir-akhir ini Jihoon cukup menerima kehadiranku" Lucas terkekeh, kembali bergulingan dikasurnya. "Aku harus menelfonnya" guman Lucas, tanpa peduli dengan ejekan Mark, Lucas segera mencari nomor Jihoon dan menekan tombol dial.
Dering ke lima telephonenya diangkat.
"Ya?" Suara Jihoon tidak berubah masih sama dinginnya. Tanpa sadar Lucas tersenyum, dirinya tahu Jihoon luarnya saja galak dan pemarah. Tapi hatinya, ah Lucas tak sabar memastikan hubungan mereka secepatnya. Ia tak mau Jihoon kembali pada mantannya, apalagi bila keduanya meminta untuk kembali bersama.
Bisa dipastikan Lucas akan membakar kampus mereka. Sebelum dipenggal oleh ayahnya tentu saja.
"Kau dimana?"
"Di apart, sedang makan"
Lucas berdengung, berguling lagi sembari tersenyum.
"Aku lapar..." desisnya yang membuat Mark menatapnya heran.
"Hmm pergilah makan bersama teman bulemu itu" sahut Jihoon.
"Aku mau makan denganmu"
"Tidak!"
"Tapi aku lapar..."
"Makan sendiri kau kan sudah besar!"
"Kau kan pacarku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIST [COMPLETE✔]
FanfictionAmorist (n.) : Someone who is in love ; Someone who writes about Love. Park Jihoon patah hati, trauma, dan dibully akibat skandal hubungannya dengan Ong Seongwu dan Kang Daniel dulu. memutuskan untuk tak peduli dengan aksi bullyan rekan kampus dan...