Chapter 2 - Andhita

7.8K 762 27
                                    

Aku duduk di tepi ranjang, melihat Fikri yang baru saja memasuki kamar kami, dia tampak berantakan dan seperti biasa, Fikri selalu terlambat pulang setelah dia mengatakan kalau Willona kembali 6 bulan yang lalu.

Aku awalnya santai, bersikap biasa saja dan tetap berfikit positif.

"Kamu telat lagi" kataku, dia langsung mendekatiku dan mengecup puncak kepalaku cukup lama, serata mengusap rambutku yang terurai panjang.

"Maaf, menjelang akhir taun, banyak berkas yang harus di cek" lagi.... Lagi lagi alasan itu yang ku dapatkan.

"Aku yang sibuk aja masih bisa ada waktu buat kamu" segera setelah dia melepaskan tangannya dari kepalaku, aku berkata demikian.

Fikri menghentikan langkahnya yang akan menuju kamar mandi, membersihkan diri.

"Aku capek, Dhit, bisa besok aja bahasnya?" dia berkata dengan suara lelahnya, aku menghela nafasku tanpa menanggapinya.
Aku langsung menarik selimut dan merebahkan diri, memunggungi pintu kamara mandi yang membawanya menghilang dari pandanganku.

***

Meja makan terasa dingin, kami makan dengan diam, bahkan Fikri tak repot-repot menyapaku seperti biasanya.

Aku melayaninya seperti biasa, menyiapkan pakaian kerjanya, juga sarapan untuknya.

"Aku akan pulang malam" katanya setelah menghabiskan secangkir kopi yang ku siapkan untuknya.

"Terserah" aku segera membawa piring kotor ke wastafel dan mencucinya dengan diam.

Langkah kaki terdengar mendekat dan aku masih sibuk dengan pekerjaanku.

"Willona cuma masa lalu, kami hanya kebetulan kerja di tempat yang sama" suaranya memecah keheningan, beradu dengan air yang melangir dari kran.

"Iya" aku tak tau harus menanggapi seperti apa, aku juga tak bisa menuduhnya berselingkuh dengan Willona, tapi apa yang ada di fikiran kalian kalau melihat pesan intim yang masuk ke dalam phonsel suamimu? Menanyakan apakah dia sudah sampai apa belum.

Besar kemungkinan kalau dia dan Willona bersama sebelumnya.

Ohhhhh... come on, fikiran kalian pasti akan kemana mana.

"Andhita" suaranya terdengar dekat dan kemudian lengannya melingkari pinggangku yang semakin kecil.

Aku kehilangan berat badanku sejak 3 bulan yang lalu.

"Aku nggak ada hubungan sama dia, oke... Kami cuma rekan kerja" suaranya melembut, aku tau dia menyerah, atau aku yang terlalu bodoh.

"Iya"

***

"Ada apa dengan wajahmu?" Aku menoleh pada Raditya -Atasanku- yang sedang menyetir mobil, membawa kami untuk mengecek proyek pembangunan perumahan yang sedang kami jalani.

"Ada masalah dengan suamimu?" lanjutnya bertanya ketika aku tak kunjung menjawab.

"Hanya pertengkaran biasa" jawabku sambil menoleh ke luar jendela, jalanan lumayan lancar sehingga kami tak perlu berlama lama di jalanan.

Radit memilih diam, tampaknya dia menyadari kalau Moodku terlalu buruk untuk hari ini.

Raditya adalah atasanku, dia sudah lama bekerja pada Firma arsitek yang sudah menaungiku sejak 5 tahun yang lalu, dia adalah pria tampan, namun sayang, dia adalah seorang duda.

Pembawaannya yang santai membuat kami -bawahannya- juga bersikap santai padanya.

Radit masih mencintai mendiang istrinya yang bahkan sudah meninggal sejak 6 tahun yang lalu, akibat kanker payudara yang menggerogoti tubuhnya hingga maut menjemputnya.

Jangan tanyakan aku kenapa aku tau hal itu, sebagian besar karyawan wanita di firma kami, selalu membahasnya di setiap kesempatan, dan Radit selalu menjadi topik pembahasan yang selalu hangat di perbincangkan.

"Kau... Kenapa tidak juga menikah?" aku memilih bertanya karena lama-kelamaan aku merasa tidak nyaman di tengah keheningan kami.

"Aku?" dia bertanya sambil menoleh sekilas padaku dan aku mengangguk.

"Belum menemukan wanita yang tepat" katanya pelan, lalu dia membelokkan mobilnya pada sebuah tempat pembangunan yang sudah setengah jadi, dimana proyek yang tengah kami kerjakan berada.

"Ayo turun" katanya.

Aku mengangguk dan mengambil beberapa berkas yang berisikan sketsa yang sudah di setujui sebelumnya.

Ku tatap punggung Radit yang terlihat tegap dan postur tubuhnya hampir mirip dengan Fikri.

Aku tau, pertanyaanku terlalu bodoh.

Jelas Radit masih mencintai mendiang istrinya, sehingga dia belum menikah lagi.

Lalu apa urusannya denganku?

Cerita ini nggak seperti cerita-cerita sebelumnya.
Aku harus mikir dulu sebelum update.
Jadi nggak bisa update tiap hari.
Tapi... Semoga kalian suka.

Happy Reading and Enjoyyyy

BROKEN ✔ (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang