4••Minggu depan?

6.1K 258 1
                                    

Minggu depan?
🌺🌺

Ferro dan Lana sedari tadi diam. Mereka sungguh gugup. Kini mereka berada di kamar Lana. Tak ada yang angkat bicara, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Lana yang tengah membaca novel dengan kepala dan punggung yang ia sandarkan di sofa kamarnya, sedangkan Ferro. Ia sedari tadi mencari cara agar Lana bisa berbicara dengannya. Ya sedikit basa-basilah ceritanya.

"Lan." Panggi Ferro. Lana yang merasa dipanggil pun menatap sekilas dan pandangan matanya bertemu dengan Ferro yang kini duduk di sampingnya.

"Hmm." sahut Lana sambil membaca novel miliknya.

"Lo baca apa?" Tanya Ferro, basa-basi.

Lana menaikan alis kanannya dan mengangkat Novel yang ia baca. Ferro hanya ber-oh-ria. Jujur Lana sangat risah berdekatan dengan orang asing, namun ia urungkan kerisihannya itu demi hidup tenang agar cerita novelnya ini segera bisa ia selesaikan membaca. Setelah beberapa menit, akhirnya cerita yang ber-genre fiksi remajanitu pun tuntas dibaca. Lana pun mengalihkan pandangan pada Ferro yang masih senantiasa duduk di samping tanpa berkutik ataupum berbuat sesuatu.

"Pak..." Panggil Lana. Ferro mengalihkan pandangannya pada Lana. Jujur saja Ferro begitu kagum dengan bentuk mata gadis ini, terlihat sangat manis. Tak sadar ia tersenyum kecil dan membuat Lana bingung.

'Ngapain ni orang?' Batin Lana.

"Pak..." Panggil Lana dengan menarik-narik  lengan kemeja Ferro. Ferro tersadar langsung gelagapan dan berusaha bersikap biasa-biasa saja.

"Kamu manggil saya?" Tanya Ferro tanpa memandang Lana di sampingnya. Lana memutar bola matanya malas. Logika lah eperibadeh, di kamar ini kan yang udah bapak-bapak hanya dirinya.

"Iya, kenapa?Lo nggak nyadar apa, dari tadi disini tu cuma ada gue dan lo, jadi gue manggil lo lah." Jawab Lana kesal, ingin rasanya ia menendang jauh-jauh laki-laki yang disebut-sebut tampan oleh teman-temannya ini.

"Oh gitu? Sorry, saya bukan bapak-bapak, saya ini masih 21 tahun, dan saya juga bukan bapak kamu!" Ucap Ferro tajam. Pandangannya kini beralih ke ke samping dan menatap tajam Lana. Lana tak takut dengan tatapan tajam itu, bahkan dirinya bisa melakukannya lebih dari yang Ferro lakukan.

"Lah, lo kan guru gue. Sebagai murid lo, ya gue harus manggil lo bapak." Ucap Lana tak merasa bersalah.

"Iya, saya memang gurumu. Tapi itu di sekolah dan di sekolah tidak ada murid yang berbicara dengan gurunya menggunakan bahasa Lo-Gue!" Jelas Ferro.

"Ya terus gue harus panggil lo siapa?Om? Paman? Atau pedofil yang nafsu sama anak kecil. Nah makanya lo mau kan nerima perjodohan ini karena lo pedofil." Tuduh Lana. Ferro melotot tak terima dengan ucapan Lana. Tapi, Ferro sedikit bersyukur. Karena dari yang dirinya dengan Lana ini irit bicara dan juga dingim terhadap orang lain.

"Sembarangan kamu. Saya sehat, nggak punya penyakit jiwa. Dan ya, ingat umur kamu sudah 18 tahun, sudah punya ktp dan umur saya sudah 21 tahun. Jadi saya bukan pedofil." Jelas Ferro.

Lana hanya memangut-mangut. "Terus panggil siapa,Om?"

"Ck, panggil saya kakak saja. Anggap saya sebagai kakak kamu, agar kita tidak merasa canggung walau baru bertemu." Ucao Ferro.

FERLANA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang