Ekstra Chapter 1

6.4K 217 14
                                    

Budayakan vote sebelum baca!

1 tahun kemudian....

Selama itu mereka menikah, tak jarang ada konflik di antara mereka, namun hanya konflik biasa yang begitu mudah mereka atasi.

Selama 1 tahun mereka menikah, tak masih tak ada yang mengetahui. Geng Exeflo sudah pada melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Digta Cs juga sudah, bahkan perubahan besar terjadi pada mereka bertiga, perubahan yang positiv namun tetap pencicilan.

Digta, Diska dan Nola mengambil jurusan Ekonomi. Risa dan Angga mengambil jurusan kedokteran, Reno Jurusan hukum dan Lana Psikolog. Mereka satu kampus dan sangat femause di kampus mereka.

Ferro sudah bekerja kembali di perusahaannya menjadi seorang CEO. Lana sudah kuliah dan mengambil jurusan Psikolog, ntah mengapa ia ingin memasuki jurusan itu. Hubungan mereka semakin erat dan harmonis.

                             ✉✉✉

Kringg....

Suara alarm membangunkan dua insan yang tengah berbalut di dalam selimut. Mata Lana perlahan terbuka dan sudah mendapatkan wajah suaminya yang tak pernah bosan ia lihat. Lana terus menatap wajah Ferro yang berada di depannya. Lana merasa tubuhnya ditarik oleh tangan kekar yang melekat di pinggangnya. Tubuh mereka bersentuhan dan membuat wajah Lana memerah.

Mata Ferro terbuka dan melihat istrinya dengan wajah memerah, sudah dipastikan Lana tertangkap basah oleh suaminya karena menatapnya.

"Morning" Ucap Ferro.

"Morning juga" Jawab Lana sambil tersenyum manis. Lana masih berada dalam pelukan Ferro, enggan untuk bangun.

"Sayang..." Panggil Ferro. Lana hanya menjawab dengan berdehem, jujur Lana masih mengantuk akibat tugas kuliahnya yang begitu banyak dan harus ia kerjakan malam tadi.

"Kamu hari ini libur kan?" Tanya Ferro.

"Iya"

"Kamu ikut aku ke kantor yuk..." Ajak Ferro, Lana mengerutkan dahinya. Tak biasanya Ferro mengajaknya ke kantor.

"....biar ada penyemangat gitu" Lanjut Ferro saat sadar atas kebingungan Lana. Lana tersenyum manis dan mengangguk.

Ferro senang, Ferro bahagia. Walau karna hal kecil saja ia bisa bahagia. Wajah Ferro mulai mendekat ke wajah Lana, hidung dan dahi mereka bersatu...

Cup..

Ferro mengecup singkat bibir Lana, membuat sang empu merasakan maraton jantung di pagi hari. Lana yakin pipinya pasti memerah, ia menunduk dan menelusupkan wajahnya di dada bidang Ferro, tempat teramannya jika ia sudah merasa malu.

Ferro terkekeh saat Lana menelusupkan wajahnya di dada bidang Ferro.

"Cie blushing..." Ejek Ferro membuat Lana kesal, tubuh Lana menjauh dari tubuh Ferro dan bangun dengan wajahnya yang kesal, bibirnya mengerucut membuat siapa saja yang melihatnya merasa gemas.

Lana bangkit dari tempat tidur dan segera berjalan ke kamar mandi, namun perkataan Ferro membuat Lana menjadi tambah kesal.

"Nggak usah digituin bibirnya, nanti aku cium kasar...dan jangan sampai aku khilaf" Lana membalikkan badannya menuju ke arah ranjang, mengambil gulingnya dan memukuk Ferro dengan guling tersebut.

"Ihh...dasar mesum, aku nggak mau ikut ke kantor kalo gitu" Ucap Lana masih memukul Ferro dengan guling, yang di pukul sudah kelimpung untuk menangkis guling tersebut. Ferro dapat menangkap ujung guling tersebut yang terbebas dari tangan Lana.

"Lah...kenapa gitu?" Tanya Ferro. Wajah Lana sudah memerah akibat kesal.

"Kenapa...kenapa lagi nanya, aku nggak mau sama manusia berotak mesum kaya kamu" Ucap Lana kesal, ia melepas bantal guling tersebut dan melipat tangan di depan dada serta mengalihkan pandangannya dari Ferro.

"Yaelah...aku mesum juga sama kamu doang istriku" Ntah kenapa ucapan Ferro membuat Lana bergidik geli, belum lagi posisi Ferro tengah memperhatikannya dengan intens dengan siku tangan yang dilipat dan dijadikan tompangan kepalanya.

"Tapi geli Ferro...." Ucap Lana sambil mengusap tengkuknya yang terasa merinding mendengarnya.

✉✉✉

Ferro dan Lana sudah siap untuk pergi ke kantor Ferro. Ferro sudah mengenakan kemeja maroon dengan lengan dilipat se siku, satu kancing atas yang ia biarkan terbuka dan celana panjang hitam serta sepatu yang senada dengan celananya, membuatnya terlihat sangat cool dan tampan.

Lana hanya menggunakan dress selutut berwarna putih dengan corak bunga-bungan berwarna merah, high heels coklat yang tidak terlalu tinggi dan tas kecil samping berwarna coklat yang terkesan sederhana, tak lupa ia memakai sedikit bedak dan liptin serta rambut se-siku yang ia gerai menambah kesan manis dan imut.

Ferro menatap istrinya tersebut dengan tatapan kagum, sangat manis dan cantik. Aduhh ciptaan tuhan yang begitu ia syukuri dan bisa ia miliki.

"Sudah siap nyonya?!" Tanya Ferro dengan nada menggoda. Ferro mengulurkan tangan kanannya dan sedikit menunduk, Lana hanya terkekeh dan menerima uluran tangan tersebut.

"Tentu sudah tuan" Sahut Lana sambil sedikit tertawa kecil.

Ferro berdiri dan meletakkan tangan Lana di lengannya berjalan menuju lantai utama. Saat mereka menuruni anak tangga, semua pekerja rumah menatap kagum ke arah mereka. Bibi tersenyum sopan dan menghampiri Lana dan Ferro yang sudah selesai menuruni anak tangga.

"Sarapannya sudah selesai tuan muda" Ucap Bibi sopan.

"Kamu mau sarapan dirumah atau di kantor aja?" Tanya Ferro pada Lana. Lana berfikir sejenak.

"Di kantor aja...aku belum lapar" Ucap Lana, Ferro hanya mengangguk dan kembali menatap bibi.

"Hm, bi kita nggak sarapan sekarang....makanannya taruh saja dulu atau kasi pekerja aja kalo mereka laper" Ucap Ferro dan diangguki oleh bibi.

"Baik tuan" Ucap bibi sopan.

✉✉✉

JENGJENG.....
HAI KETEMU LAGI SAMA AKU.....

AKU MAU NAMBAHIN 5 CHAPTER AJA, KALOK BUAT SQUELNYA NANTI AKU PIKIRIN YA....MAU BUAT ATAU NGGAK😊

OH IYA, KELIMA EKSTRA CHAPTER INI KAYAKNYA BAKAL ADA BEBERAPA KONFLIK DEH🙄

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT YA....

FERLANA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang