3.Sepupu

32 3 0
                                    

Tak terasa sudah lima hari Raihan berada di pesantren. Namun papa, mama atau pun orang terdekatnya tidak ada yang mengunjunginya. Di hati nya yang paling dalam, Raihan cukup sedih karena dia berpikir tidak ada yang peduli dengannya. Di dalam diri seorang Raihan walau terlihat berandalan, tetap saja ada sisi di mana ia sedih karena orang-orang terdekatnya tidak ada yang peduli terhadap Raihan.

Terdengar suara adzan yang begitu
merdu di langit senja penuh warna orange. Semua santri Ponpes itu langsung mengambil wudhu lalu menuju ke masjid.

"Rai kenapa antum masih di situ?" Tanya yahsa, teman sekamar Raihan

Di dalam asrama ponpes Al-Hidayah, terdapat banyak kamar untuk santri yang di kamarnya juga tersedia kamar mandi. Namun tidak tersedia dapur. Yang dijadikan dapur itu sekaligus kantin. Kalau kamar bagi santri ada di sebelah barat dan kamar bagi santri perempuan ada di sebelah timur. Setiap satu kamar ada empat murid di dalamnya. Ranjang nya pun bertingkat dua.

"Lo kagak lihat gue ngantuk?"

Yahsa menggelengkan kepala. Kalau dia sekamar dengan Raihan lama-lama, bisa jadi Yahsa akan memelihara sifat Raihan yang pemalas dan berandalan itu. Yahsa tidak mau melayani Raihan sekarang dan ia langsung pergi ke Masjid.

"Kalau antum tidak dapat makanan ntar malam, saya tidak mau tau!" Teriak yahsa berlalu

"Eh eh, kok ngancem mainnya"

Di peraturan ponpes Al-Hidayah kalau tidak shalat berlaku hukum tidak bisa makan malam. Hukum itu kecuali pada perempuan. Jadi laki-laki tidak ada boleh yang tidak shalat. Setiap pelaksanaan shalat subuh, Maghrib, dan isya harus berjamaah karna kalau tidak bisa mendapatkan hukuman juga.

"Baiklah semua, segera rapikan posisi ananda. Kita akan segera memulai pelaksanaan shalat berjamaah nya" ucap imam bernama Faisal Basri yang di akrab dengan panggilan Pak Fais.

Semua santriwan/Wati segera merapikan posisinya. Di selesai waktu Maghrib, mereka juga akan menunggu datangnya shalat isya. Sambil menunggu semuanya di wajibkan membaca Al-quran. Pelaksanaan shalat pun selesai dari jam setengah enam sampai jam delapan. Semua santri lalu menuju kantin dengan tergesa-gesa agar tidak kehabisan makanan.

°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jam sudah menunjukkan pukul 21:14
Semua santri akan bergegas tidur. Karena di peraturan berlaku harus tidur jam sembilan malam kebawah.

Di kamarnya Raihan belum tidur, karena dia terbiasa tidur jam sebelas ke atas. Sebelum tidur, dia akan berkumpul dulu bersama teman-temannya di markas atau enggak di cafe. Malam itu terasa membosankan bagi seorang Raihan yang tidak bisa tidur.

Raihan masih tetap saja menatap langit-langit kamar asrama dan sekarang pikirannya hanya di penuhi bayang-bayang senyuman dari seseorang gadis, Zahira. Ia masih tak habis pikir apa yang telah menimpa perasaannya. Lalu ia teringat akan orang tuanya, oma,teman dan pacarnya Leona.

"Ma, pa apa kalian merindukan Raihan nakal ini? Dan Oma aku ingin mencurahkan hatiku lebih banyak kepada Oma. Lalu apa kabar dengan temanku dan Leona apa kalian memikirkan ku?" Kata Raihan pada dirinya sendiri

"Rai, kenapa antum belum tidur?" Ucap Asfan mengucek matanya, teman sekamarnya Raihan. Di kamar itu mereka tinggal berempat, ada Raihan, Fauzan, Yahsa, dan Asfan.

"Mmm maaf asf, gue bangunin Lo ya?"

Asfan tidak menyahut dan tidak menjawab. Mungkin karena ia sudah tidur kembali. Lalu Raihan sekarang hanya ingin terbiasa tidur jam sembilan malam.

Ia harus bangun besok pagi-pagi untuk melaksanakan kegiatan pagi seperti mngaji bersama, shalat subuh berjamaah, dan kembali ke kelasnya untuk pelajaran umum.

CINTA DAN AKHLAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang