02 - David Anderson

63 6 0
                                    


Erangan wanita terdengar dari sebuah kamar hotel malam itu. Suasana malam yang dingin, namun terasa panas karena pergulatan mereka.

"Ohh shittt... Davidd..." wanita itu mengerang sekali lagi.

"Tutup mulutmu, bitch. Jangan sebut namaku dengan mulut sampahmu itu." David kembali mengejar  puncaknya yang ada di dalam sana dan segera menumpahkan pelepasannya.

Wanita itupun terkulai lemas diatas ranjang. David melepaskan miliknya dari sana dan segera beranjak membersihkan tubuhnya.

*****

David menyulut rokok dan berjalan keluar dari kamar hotel itu meninggalkan jalangnya disana. Wajahnya begitu dingin, bagai tak tersentuh menambah kesan garang pada pria itu.

Drrrtt...drrrtt...drrtt.. Ponsel nya tiba-tiba bergetar, segera ia melihat siapa yang meneleponnya. Mr. Jacob is calling..

"Ya?" Tanya David singkat.

"Selamat malam, Mr. Anderson. Sudah lama kita tidak berbincang-bincang. Bagaimana kabarmu?"

"Tidak usah bertele-tele, Mr. Jacob. Ada apa?"

Terdengar tawa di seberang line. "Kau memang tidak berubah, Mr. Anderson. Baiklah, aku akan to the point disini. Aku ada sebuah pekerjaan penting untukmu."

"Jangan sebut itu pekerjaan. Aku melakukannya bukan karena uang, tapi karena aku memang menyukainya." David mengeluarkan senyum miringnya.

Mr. Jacob kembali tertawa mendengar jawaban David. "Ya, baiklah. Tapi aku akan memberi harga mahal jika kau berhasil kali ini. Dengarkan aku. Istriku mulai mengetahui tentang Miranda, simpananku. Dan saat ini Miranda sedang hamil anakku. Aku tidak ingin dia merusak rumah tanggaku. Kau bisa membereskannya, bukan?"

David terkekeh, lagi-lagi tentang jalang. "Itu masalah kecil, Mr. Jacob."

Setelah mengakhiri panggilan, David segera melaju membelah kota Los Angeles menuju apartment Miranda. Kebetulan David pernah meniduri wanita itu sekali di apartment Miranda sebelum ia membuangnya begitu saja, jadi bukan hal yang sulit baginya untuk kesana.

David berhenti di depan sebuah gedung dua puluh lantai. Ia menatap gedung itu cukup lama dari dalam mobil. Dari jauh terlihat seorang wanita menggunakan mini dress tengah berjalan memasuki gedung tinggi itu. Mata David tak lepas dari setiap pergerakannya. Dua buah serbuk putih yang dibungkus dalam plastik kecil ia masukkan kedalam sakunya. Setelah dirasa barang yang dibutuhkannya sudah cukup, David segera keluar dari mobil dengan jaket hitam dan topinya untuk menutupi identitasnya. David terus menunduk agar wajahnya tidak terekam oleh kamera pengawas.

David segera mengetuk pintu sebuah apartment di lantai sepuluh gedung itu. Tak lama berselang seorang wanita membukakan pintu dan kaget dengan kedatangan David.

"David? Kau kemari? Apa kau merindukanku, babe?" Miranda memasang wajah menggodanya untuk David.

"Yah, aku sangat merindukanmu, Miranda."

"Ah, kemarilah, kita akan bersenang-senang." Miranda menarik tangan David untuk masuk ke Apartmennya. "Apa kau mau minum?"

"Tentu."

Miranda melenggang meninggalkan David di ruang tamunya. David mengawasi setiap sudut apartment ini dan tidak terlihat ada kamera pengawas disana. Dasar bodoh, kau Miranda. Senyum menyeramkan tergambar jelas di wajahnya. Ia segera menghampiri Miranda yang berada di dapur.

Dipeluknya dari belakang tubuh Miranda, "kau tak perlu bersusah payah, babe. Aku yang akan menyiapkannya untuk kita berdua." David menggoda Miranda agar dia semakin terlena.

Siapa yang tak akan luluh jika David seperti itu. Daya tariknya terlalu kuat. Miranda mulai meremang. Dikecupnya bibir David. "Ahh, babe. Aku tidak sabar untuk memakanmu." Miranda kembali melumat bibir David, kali ini lebih ganas. David melepaskan pautan bibirnya.

"Keluarlah, babe, aku akan menyiapkannya." Miranda mengangguk dan keluar dari dapur menuju ruang tamu seperti perintah David.

David mengeluarkan sarung tangan karetnya dan segera menuangkan anggur di gelas. Lalu ia mengeluarkan bungkusan plastik kecil di sakunya yang sudah ia siapkan sejak tadi di mobil dan menuangkannya kedalam gelas Miranda. Saatnya bersenang-senang, jalang. David pun segera membawa gelas itu pada Miranda, dan diteguk habis olehnya. Dia berdiri didepan wanita itu menunggu obatnya bereaksi.

"Satu.." David mulai menghitung. Miranda pun menatap wajah David bingung.

"Dua..."

"Apa yang kau lakukan padaku, David?" Miranda mulai merasa panas di tenggorokannya. Kerongkongannya serasa terbakar oleh minuman itu. "Oh shit, k-ka-kau apakan mi-minuman-k-ku?"

"Tiga..." Miranda jatuh ke lantai sambil memegang tenggorokannya yang seakan tercekik. Ia ingin berteriak minta tolong namun sia-sia, dia tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun. "Kau bodoh, Miranda. Kau tau, jalang tetaplah jalang. Jalang tidak akan pernah menjadi ratu. Dan seperti inilah akhir seorang jalang. Nikmatilah kematianmu, Mr. Jacob akan bahagia mendengar kau tiada." Miranda merenggang nyawa di hadapannya. Mulutnya dipenuhi oleh busa-busa.

David meletakkan serbuk putih bungkusan baru di atas meja dengan sebelumnya diberi sidik jari Miranda. Ia pun menukar gelas yang digunakan minum wanita itu dengan gelas Miranda lainnya. David mengatur semuanya seolah-olah Miranda bunuh diri.

Setelah memastikan ia tidak meninggalkan barang bukti apapun, ia segera menggunakan topi dan jaketnya, lalu segera pergi meninggalkan apartment itu. Ia pun segera mengetikkan pesan pada Mr. Jacob.

Semua beres. Tidak akan ada yang bisa menangkapku. David tersenyum dengan mengerikan.

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Ia harus segera pulang dan bekerja besuk pagi.

*****

David Anderson, pria bertubuh kekar dengan wajah tampannya, adalah seorang pemilik perusahaan multinasional yang memiliki banyak cabang perusahaan di banyak negara Eropa, Amerika, dan Asia, Anderson Corp. David adalah pemilik perusahaan yang banyak bergerak pada sektor ritel, teknologi, kuliner, otomotif, dan banyak lagi. Tak heran ia menjadi pria bergelimang harta, dan tentunya banyak digilai oleh wanita.

Meskipun banyak wanita yang akan dengan senang hati melempar tubuhnya pada David, tidak ada satupun yang spesial baginya. Mereka hanya jalang dan tempat pemuas nafsu David ketika ia membutuhkannya. Hatinya begitu beku terhadap wanita. Ia sama sekali tidak percaya akan cinta. Baginya cinta hanyalah sebuah bualan dan pembodohan saja.

Tentu saja dengan harta yang ia punya, David dapat memilih wanita mana yang akan ia tiduri. Siapapun itu. Ia akan mendapatkannya. Namun siapa sangka, ternyata pundi-pundi harta yang ia miliki tidak hanya bersumber dari perusahaan-perusahaan besarnya. David menjadi seorang pembunuh bayaran yang dingin dan tak terkalahkan. Keahlian menembak, bela diri, kenangan kelam, dan darah psikopat yang mengalir membuatnya menyukai pekerjaannya itu.

*****

DEAR OLIVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang